Mayoritas emiten ritel Kompas100 mencetak kenaikan kinerja, ini yang paling menarik

Minggu, 29 Agustus 2021 | 20:06 WIB   Reporter: Kenia Intan
Mayoritas emiten ritel Kompas100 mencetak kenaikan kinerja, ini yang paling menarik

ILUSTRASI. Lima emiten ritel dalam indeks Kompas100 sudah merilis laporan keuangan sepanjang enam bulan pertama tahun 2021.


IHSG - JAKARTA. Lima emiten ritel dalam indeks Kompas100 sudah merilis laporan keuangan sepanjang enam bulan pertama tahun 2021. Kelima emiten itu ritel itu adalah PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS). 

Mengutip catatan Kontan.co.id, emiten-emiten ritel itu mencetak kenaikan kinerja di semester pertama 2021 dibanding periode yang sama tahun lalu. Hanya ACES yang terlihat mengalami penurunan baik dari sisi top line maupun bottom line

Tercatat, pendapatan bersih ACES melorot 7,27% year on year (yoy) menjadi Rp 3,32 triliun. Sementara, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tertekan lebih dalam 23,56% yoy menjadi Rp 276,93 miliar. 

Baca Juga: OJK Merancang Aturan Stock Split dan Reverse Stock

Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya mencermati, kinerja ACES  yang tampak lesu itu lebih dikarenakan kinerja ACES di semester pertama 2020 yang relatif lebih kuat dibanding emiten lain. Di sisi lain, kebiasaan masyarakat saat ini beralih ke marketplace untuk membeli produk-produk sejenis. 

Adapun di sisa tahun 2021, kinerja ACES diperkirakan masih akan berat. Mengingat, di awal kuartal ketiga ada pengetatan mobilitas masyarakat. Melalui PPKM Darurat maupun PPKM level empat pemerintah menerapkan kebijakan pusat-pusat perbelanjaan atau mal ditutup untuk menekan penularan virus Covid-19. 

Sementara itu, kinerja emiten ritel fesyen seperti LPPF dan RALS tampak cenderung meningkat di semester I 2021. Salah satu sebabnya adalah low base effect pada periode yang sama tahun lalu. Mengingat, pandemi Covid-19 pertama kali diumumkan secara resmi di Indonesia pada awal bulan Maret 2020. Sepengamatan Christine, emiten-emiten ritel fesyen sangat terdampak oleh Covid-19 ketika itu. 

Baca Juga: Ini yang bikin investasi di sektor logistik kian menarik

Walau mampu mencetak pertumbuhan sepanjang enam bulan pertama 2021, kinerja LPPF dan RALS masih akan berat ke depan, khususnya di kuartal ketiga 2021. Pengetatan mobilitas masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah melalui PPKM Darurat maupun PPKM level empat akan memberatkan kinerjanya. 

Akan tetapi, kinerja keduanya diprediksi akan lebih baik di kuartal IV 2021. Mengingat, secara musiman, emiten ritel fesyen akan mencetak pertumbuhan penjualan yang signifikan di kuartal tersebut. Dengan catatan, tidak terjadi kenaikan kasus Covid-19 karena mutasi virus baru. 

Melihat hal tersebut, Christine mencermati kienrja LPPF sebenarnya terlihat mulai menarik. Oleh karenanya, ia meningkatkan rekomendasi menjadi trading buy untuk saham LPPF dengan target harga di Rp 3.000 per saham. 

Akan tetapi, dilihat secara keseluruhan, Christine mencermati MAPI memiliki kinerja paling atraktif dibanding emiten-emiten ritel indeks Kompas100 lainnya. "MAPI punya digit pertumbuhan yang bagus sekali," kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (27/8). 

Baca Juga: Belanja masyarakat kelas menengah atas pulih, ini saham rekomendasi analis

Lebih lanjut ia mengungkapkan, pertumbuhan yang kuat ini tidak hanya disebabkan oleh low base effect pada periode yang sama tahun lalu. Christine mencermati, pangsa pasar MAPI terlihat lebih mudah beralih atau beradaptasi untuk berbelanja melalui kanal-kanal digital. 

Sekadar informasi, di semester pertama 2021 MAPI mengantongi pendapatan bersih hingga Rp 9,13 triliun. Jumlah ini meningkat 33,90% yoy. Di sisi lain, MAPI mampu membalikkan keadaan dari menanggung rugi bersih hingga Rp 407,93 miliar menjadi laba Rp 271,7 miliar. Adapun mengutip  risetnya, MAPI disarankan untuk trading buy dengan target harga Rp 750 per saham. 

Sementara untuk ERAA, pertumbuhan kinerjanya di separuh tahun ini memang cukup kuat. Akan tetapi Christine memprediksi, kenaikan tahun ini tidak akan setinggi tahun lalu. Mengingat, kinerja ERAA tahun lalu ditopang oleh penjualan iPhone12 yang sangat diminati pasar. 

Baca Juga: Permintaan jasa pengiriman terus naik, investasi di sektor logistik kian menarik

Tidak jauh berbeda, Analis Erdhika Elit Sekuritas Regina Fawziah mengamati, kendati LPPF dan RALS mencetak kinerja yang positif sejauh ini, kinerja keduanya hingga akhir tahun diproyeksi  masih berat. 

" Pada kuartal ketiga aktivitas ekonomi  cenderung terbatas dengan adanya kebijakan PPKM level 4 dan 3 yang diberlakukan oleh pemerintah, meskipun memang ada beberapa pelonggaran," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (29/8). Menurutnya, pembatasan itu akan tetap berpengaruh terhadap kinerja emiten sektor ritel terutama ritel fesyen. Mengingat, pusat perbelanjaan sempat ditutup selama kurang lebih satu bulan. 

Kendati di periode Agustus 2021 ini ada pelonggaran dan pusat perbelanjaan diperbolehkan buka dengan protokol kesehatan yang ketat, Regina menilai dampak kebijakan tersebut masih terbatas terhadap emiten-emiten ritel fesyen. Masyarakat belum sepenuhnya tertarik untuk melakukan pengeluaran secara langsung melalui toko-toko offline. 

Baca Juga: Kinerja Ace Hardware (ACES) lesu di semester I-2021, simak rekomendasi analis berikut

Akan tetapi, di kuartal keempat 2021 atau di akhir tahun, emiten ritel fesyen LPPF dan RALS berpotensi mencetak pertumbuhan kinerja karena  meningkatnya aktivitas ekonomi di Indonesia seiring kebijakan PPKM yang diprediksi semakin longgar. 

Adapun di antara saham ritel indeks Kompas100, Regina menganggap saham LPPF yang masih punya potensi penguatan. Tidak dipungkiri, kenaikan yang terjadi memang sudah signifikan saat ini, dilihat secara year to date (ytd) sahamnya telah menguat 101,57% menjadi Rp 2.570 per saham. Harga tersebut naik 3,21% dibanding penutupan hari sebelumnya. 

Dalam jangka pendek sahamnya akan terkoreksi terlebih dahulu. namun masih ada potensi penguatan dalam jangka menengah dengan kisaran resistance Rp 2.500 per saham hingga Rp 2.800 per saham dan support Rp 2.200 per saham hingga Rp 2.100 per saham. 

"Sehingga bisa akumulasi buy jika break di Rp 2.470," pungkas dia. 

Baca Juga: Meski pendanaan dari pasar modal makin diserbu, tapi kredit perbankan tetap andalan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati

Terbaru