Menguatnya permintaan daging ayam menjadi angin segar bagi emiten sektor perunggasan

Minggu, 17 Januari 2021 | 10:00 WIB   Reporter: Sugeng Adji Soenarso
Menguatnya permintaan daging ayam menjadi angin segar bagi emiten sektor perunggasan


INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) - JAKARTA. Menguatnya permintaan daging ayam beserta turunannya menjadi angin segar bagi emiten yang ada di sektor perunggasan. Terlebih pandemi virus corona (Covid-19) ternyata tidak menyurutkan permintaan atas konsumsi daging ayam, telur, maupun produk olahannya. 

Kepala Riset Praus Kapital Alfred Nainggolan mengatakan, sejauh ini prospek industri unggas masih cukup baik mengacu pada demand. Kebutuhan daging ayam dan semua yang terkait di sektor unggas masih cukup kuat, bahkan pertumbuhan pendapatan emiten-emiten di sektor unggas pada tahun ini juga masih mencatatkan penguatan.

Hanya saja yang menjadi masalah ada di laba bersih yang terpantau turun cukup signifikan dikarenakan depresiasi nilai tukar rupiah. Sebab, penyediaan bahan baku pakan ternak berasal dari impor sehingga menggerus perolehan laba bersih.

"Kami lihat ekonomi juga cukup bagus ke depannya dan bila faktor kurs rupiah tidak jadi masalah lagi, maka akan mendorong signifikan untuk pemulihan bottom line sektor poultry," kata dia dalam keterangan tertulis, yang diterima Kontan.co.id, Jumat (15/1).

Baca Juga: Belum sebesar emiten poultry lain, Widodo Makmur Unggas masih punya prospek menarik

Untuk itu, Alfred menegaskan bahwa permintaan di sektor unggas masih cukup bagus ke depannya. Bahkan saat terjadi perlambatan ekonomi di tahun lalu, kinerja sisi permintaan dan pendapatan penurunannya tidak signifikan dan hanya di laba bersih saja.

Apalagi isu pemulihan pertumbuhan ekonomi yang kuat di tahun 2021, maka dari sisi pendapatan diyakini masih akan tumbuh. Dengan begitu ketika perusahaan atau emiten melakukan ekspansi di tengah kondisi permintaan yang masih cukup bagus ke depan. 

Hal ini tentunya berdampak positif pada penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) yang sedang dilakukan oleh PT Widodo Makmur Unggas (WMU). Apalagi tidak semua perusahaan bisa mendapatkan dana segar di kondisi seperti ini.

"Jadi ketika mereka bisa mendapatkan momentum itu dan mereka akan ekspansi di sektor yang masih cukup prospek ini, maka akan menjadi hal yang cukup bagus untuk menggeneralisasi pertumbuhannya ke depan," jelas Alfred.

Dia menambahkan, untuk tahun ini pertumbuhan ekonomi digadang-gadang akan berada di angka 4% dan di tahun 2022 bisa lebih tinggi lagi. Artinya ketika perusahaan ekspansi berarti Widodo Makmur Unggas mempersiapkan untuk kondisi ekonomi yang lebih baik pada tahun 2022 bahkan di 2023. 

"Jadi momentumnya sangat bagus sekali ketika mereka berhasil IPO karena tidak semua emiten bisa dapat dana segar," tegasnya.

Direktur Keuangan Widodo Makmur Unggas Wahyu Andi Susilo mengatakan, dana ekspansi yang diperoleh dari IPO untuk keperluan saat ini maupun ke depan, bisa menjadi tonggak untuk menarik pasar dengan jangkauan yang lebih luas lagi. 

Apalagi kinerja usaha WMU terus mencetak pertumbuhan yang sangat signifikan meskipun pandemi Covid-19 sedang menghantam seluruh negara.

Sebagaimana diketahui, WMU menargetkan alokasi dana IPO sebesar 74,3% untuk ekspansi dengan menambah serta memperluas sarana produksi, antara lain untuk pembangunan fasilitas Breeding PS Farm di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Baca Juga: Incar Rp 1,18 triliun, Widodo Makmur Unggas tetapkan harga IPO di Rp 142 - Rp 200

Pembangunan fasilitas Layer Commercial Farm di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Pembangunan fasilitas Hatchery di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa. Pembangunan fasilitas Broiler Commerical Farm di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa. 

Selain itu, perusahaan juga akan melakukan pembangunan fasilitas Slaughterhouse di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Pembangunan fasilitas Feedmill di Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur.

Sementara itu, sisa dana IPO sebesar 25,7% akan digunakan untuk modal kerja perusahaan terutama untuk pembelian bahan baku pada Feedmill dan pembelian Ayam Broiler Komersial untuk Slaughterhouse. Peningkatan kapasitas produksi akan berdampak terhadap penetrasi pasar yang lebih baik lagi ke depannya.

“Setelah IPO tentunya kami akan lari lebih kencang lagi. Seluruh fasilitas produksi akan berjalan sesuai rencana,” pungkas Andi.

 

Selanjutnya: Saham-saham ini banyak ditadah asing saat IHSG merosot Jumat (15/1)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .

Terbaru