Mengulas kinerja emiten penambang emas pada kuartal I 2021

Jumat, 28 Mei 2021 | 05:35 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
Mengulas kinerja emiten penambang emas pada kuartal I 2021


EMITEN -   JAKARTA. Sejumlah emiten penambang emas telah melaporkan hasil kinerja sepanjang kuartal pertama 2021. Hasilnya, mayoritas mengalami perbaikan kinerja pendapatan dan laba bersih.

PT Aneka Tambang  Tbk misalnya, membukukan pendapatan bersih senilai Rp 9,21 triliun, naik 77,04% dari pendapatan di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 5,20 triliun. 

Emiten dengan kode saham ANTM ini membukukan laba bersih senilai Rp 630,37 miliar, berbalik dari kondisi pada kuartal pertama 2020, dimana ANTM membukukan kerugian hingga Rp 281,84 miliar.

Kinerja ANTM masih ditopang oleh segmen emas, dimana pendapatan dari segmen ini sebesar Rp 6,59 triliun atau menyumbang 72% bagi total pendapatan ANTM. Pendapatan dari segmen emas naik 65% secara year-on-year (yoy).

Baca Juga: Kinerja Merdeka Copper (MDKA) diproyeksi membaik, simak rekomendasi sahamnya

Adapun penjualan emas ANTM pada kuartal I-2021 mencapai 7.411 kg (238.269 troy oz), naik 45% dari capaian kuartal pertama 2020 yang hanya 5.097 kg.

PT United Tractors Tbk (UNTR) juga mencatatkan kinerja positif di segmen tambang emasnya. Anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini memiliki bisnis emas lewat Tambang Emas Martabe di Tapanuli Selatan.

PT Agincourt Resources, anak usaha INTR yang menjalankan bisnis tambang emas, mencatatkan penjualan hingga 95.300 onz ribu ons emas sepanjang tiga bulan pertama 2021, naik 1% dari periode yang sama tahun 2020 sebesar 94.800 oz.

Pendapatan bersih unit usaha pertambangan emas membukukan pendapatan Rp 2,2 triliun atau naik sebesar 15% secara  yoy.

Kinerja emiten terafiliasi Grup Bakrie, PT Bumi Resoures Minerals Tbk (BRMS) juga terdorong oleh segmen emas. BRMS membukukan kenaikan pendapatan sebesar 37,13% menjadi  US$ 1,35 juta dari sebelumnya hanya US$ 991.000 di kuartal pertama 2020.

Anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI) ini membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar US$ 1,61 juta, atau meroket hingga 880% yoy.

Baca Juga: Kejaksaan sebut nilai aset yang disita dari kasus korupsi Asabri capai Rp 13 triliun

CEO & Direktur Utama BRMS, Suseno Kramadibrata mengungkapkan pihaknya membukukan kenaikan produksi dore bullion, yakni mencapai 50 kg atau 10 kali lebih banyak dari kuartal I 2020 yang sebesar 5 kg. Adapun, produksi emas di kuartal I tahun ini mencapai 24 kg atau meningkat dari 2 kg produksi pada kuartal I 2020.

"Terlepas dari peningkatan kinerja keuangan dan produksi tahunan tersebut, kami sebenarnya bisa membukukan pencapaian yang lebih baik di kuartal pertama tahun ini. Kondisi pandemi global telah menyebabkan keterlambatan pengiriman beberapa suku cadang dari China untuk perawatan berkala fasilitas pabrik yang ada saat ini di Poboya, Palu," kata Suseno belum lama ini.

Kinerja MDKA menurun

Di saat UNTR, BRMS, dan ANTM menikmati kenaikan laba bersih, hal sebaliknya justru dialami oleh PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

MDKA mencatatkan kerugian tahun berjalan sebesar US$4,98 juta, berbanding terbalik dengan torehan pada kuartal pertama 2020, dimana MDKA mencetak laba sebesar US$ 14,97 juta. MDKA mencatatkan pendapatan senilai US$ 46,54 juta, menurun 55,15% dari pendapatan pada kuartal pertama 2020 yang mencapai US$ 103,78 juta.

Baca Juga: Kuartal I-2021, belanja modal UNTR di tambang Martabe capai sekitar US$ 7 juta

Penurunan kinerja MDKA salah satunya disebabkan oleh insiden pergeseran permukaan tanah di heap leach pad di tambang emas Tujuh Bukit pada September 2020 silam.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Setya Ardiastama menilai, pada tahun ini, volume produksi MDKA berpotensi menurun yang salah satunya disebabkan adanya insiden tersebut.

Namun, tahun ini Okie melihat kinerja MDKA masih dapat kembali menguat. Harga emas dunia dan meningkatnya permintaan tembaga seiring dengan pemulihan produktivitas industri dinilai dapat menjadi momentum bagi MDKA untuk kembali mencatatkan pertumbuhan tanpa mengulangi hedging seperti pada kuartal II dan III 2020.

“Kenaikan dari harga copper (tembaga) sejak awal tahun dinilai dapat mendorong kinerja MDKA pada tahun ini,” terang Okie. 

Selanjutnya: Harga Emas Kembali Melaju, Simak Prediksinya ke Depan

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru