Merdeka Battery (MBMA) akan Digaet Volkswagen untuk Garap Ekosistem Baterai Listrik

Rabu, 19 April 2023 | 05:25 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
Merdeka Battery (MBMA) akan Digaet Volkswagen untuk Garap Ekosistem Baterai Listrik

Komisaris, direksi, manajemen serta pemegang saham?PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA)?saat pencatatan perdana saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta?(18/4/2023).


EMITEN - JAKARTA. Baru resmi melantai di bursa lewat initial public offering (IPO) pada Selasa (18/4), PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) sudah mendapat angin segar. Perusahaan otomotif terkemuka dunia asal Jerman, Volkswagen, dikabarkan bakal menggandeng MBMA dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik.

Sebelumnya, Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan sejumlah perusahaan di Eropa berminat membenamkan investasi berupa pengembagan ekosistem baterai di Indonesia. Perusahaan tersebut yakni BASF, Eramet, dan Volkswagen melalui Power Co.

Menanggapi hal ini, Direktur Utama PT Merdeka Battery Materials Tbk Devin Antonio Ridwan mengapresiasi  rencana  VW  untuk menggandeng MBMA dalam ekosistem baterai listrik. Namun, bentuk kerja sama yang akan dilakukan masih dalam tahap diskusi dan masih dalam tahap awal. 

Baca Juga: Laris Manis, IPO Merdeka Battery (MBMA) Oversubscribed Hingga 19,9 Kali

Saat ini saya belum bisa memberi detail, kami akan informasikan setelah semuanya jelas. Kami sangat senang dan terbuka dan siap bekerja sama dengan VW,” kata Devin usai pencatatan saham perdana MBMA di Bursa Efek Indonesia, Selasa (18/4).

MBMA akan terus mencermati kerja sama nantinya yang akan dibentuk.  
“Kami terus berfokus kepada hilirisasi ini dalam rantai nilai yang tercakup dalam ekosistem baterai kendaraan listrik,” sambung dia.

Saat ini MBMA memiliki dua pabrik pengolahan (smelter) berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang menghasilkan nickel pig iron (NPI). Dua smelter ini dijalankan oleh PT Cahaya Smelter Indonesia dan PT Bukit Smelter Indonesia.

Masing-masing smelter ini memiliki kapasitas 19.000 ton nikel per tahun, yang jika dijumlahkan menjadi 38.000 ton.

Ada satu lagi smelter RKEF yang masih dalam tahap konstruksi, dengan kapasitas 50.000 ton. 
“Sehingga kapasitas RKEF nantinya maksimal 88.000 per tahun,” kata Devin. 

Diharapkan, smelter ketiga tersebut dapat beroperasi pada tahun ini.

Baca Juga: Resmi IPO, Saham Merdeka Battery Materials (MBMA) Melaju Nyaris 7%

MBMA juga berencana membangun pabrik peleburan nikel berteknologi High-Pressure Acid Leach (HPAL), dengan kapasitas masing-masing 120.000 ton, yang dibangun dalam kompleks Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP).

Pembangunan pabrik ini akan dilakukan dua tahap, dengan operasional tahap pertama sebesar 60.000 ton. Pabrik ini akan mengambil limonit dari tambang Sulawesi Cahaya Minerals (SCM), yang merupakan salah satu sumber daya nikel terbesar di dunia yang sesuai dengan  Joint Ore Reserves Committee  (JORC).

“IKIP HPAL akan mendapat bahan baku limonite dari tambang SCM yang tambangnya berdekatan (dengan pabrik pengolahan), sehingga nanti biayanya sangat murah,” sambung Devin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi

Terbaru