KOMODITAS - JAKARTA. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menurunkan target produksinya pada tahun ini imbas dari aktivitas penambangan emas yang semakin dalam.
Adapun, kini target produksi emas MDKA pada tahun 2022 berada di kisaran 100.000 ons hingga 120.000 ons dengan all in sustainable cost (AISC) emas sebesar US$ 1.000 hingga US$ 1.100 per ons emas.
Target tersebut menurun dari realisasi produksi emas pada tahun lalu yang mencapai 125.000 ons emas dengan AISC sebesar US$ 860 per ons emas.
Analis Bahana Sekuritas Timothy Wijaya meyakini penurunan target produksi tersebut tidak akan banyak memberi pengaruh terhadap kinerja MDKA pada tahun ini. Lagipula, penurunan angkanya juga dinilai tidak terlalu signifikan serta punya grade emas yang lebih rendah.
“Sebenarnya, yang lebih berpengaruh ke kinerja MDKA itu bukan produksinya, tapi lebih ke penurunan harga komoditasnya,” kata Timothy ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (27/6).
Baca Juga: IHSG Tergelincir 0,38% ke Level 7.016 pada Penutupan Perdagangan Senin (27/6)
Dengan kondisi harga tembaga dan nikel yang saat ini sedang turun, Timothy melihat hal tersebut akan menjadi sentimen negatif untuk saham MDKA. Menurutnya, imbas dari turunnya harga kedua komoditas tersebut akan membuat saham MDKA cenderung terkoreksi dan bisa berlangsung cukup lama.
Adapun pada tahun ini, ia memproyeksikan pendapatan MDKA akan sebesar US$ 571 juta dengan laba bersih mencapai US$ 88 juta.
Namun, secara jangka panjang, ia meyakini MDKA masih punya prospek yang menarik. Salah satunya didorong oleh keberhasilan MDKA mengakuisisi ekosistem nikel melalui PT Hamparan Logistik Nusantara (HLN). Melalui akuisisi tersebut, MDKA memiliki akses ke sumber nikel terbesar di dunia yang memiliki 1,1 miliar ton ore yang mengandung 13,8 juta ton nikel dan 1 juta ton kobalt.
Tak hanya itu, MDKA juga mendapatkan 2 smelter RKEF yang beroperasi dengan kapasitas gabungan mencapai 38ktpa. Ditambah lagi, MDKA juga akan mendapatkan kawasan industri 3.600Ha di Konawe yang akan difokuskan pada hilirisasi pabrik pemrosesan dan komponen baterai.
Baca Juga: Pekan Lalu Asing Net Sell Rp 4,20 Triliun, Ini Saham yang Banyak Dibuang!
Lewat HLN, MDKA juga membuka peluang untuk berkolaborasi dengan Tsingshan seiring sebagian besar asetnya bermitra dengan raksasa nikel tersebut. Di sisi lain, Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) juga baru saja menjadi investor strategis MDKA dengan memiliki 5% saham MDKA setelah melakukan right issue senilai US$ 235 juta pada April 2022 untuk membangun rantai pasokan logam baterai di Indonesia.
“Oleh karena itu, kami melihat kini MDKA memiliki keahlian dari para mitranya serta modal dari aksi korporasinya untuk mencapai kesuksesan di industri nikel ke depan,” imbuh Timothy.
Lebih lanjut, Timothy menyebut di pipeline MDKA saat ini terdapat beberapa proyek yang mulai berjalan. Mulai dari tambang Tujuh Bukit yang memiliki kandungan 8,2 juta ton tembaga dan 28,6 juta oz emas. Lalu ada tambang Pani yang memiliki cadangan 4,7 juta oz emas, serta proyek Acid Iron Metals (AIM) yang mengumpulkan acid, ores, dan metal dari Wetar.
Ia pun optimistis MDKA masih memiliki ruang untuk pertumbuhan yang besar ke depannya seiring mulai berjalannya berbagai proyek tersebut secara bertahap. Oleh karena itu, Timothy masih mempertahankan rekomendasi beli untuk saham MDKA dengan target harga Rp 5.500 per saham
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News