EMITEN - JAKARTA. Harga saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) masih sulit bangkit. Senin (18/10), harga saham BUKA melemah lagi 3,42% ke level Rp 705 per saham.
Pada perdagangan, Senin (18/10), saham BUKA mencatatkan harga tertinggi Rp 740 dan harga terendah Rp 700. Harga saham BUKA akhirnya ditutup turun Rp 25 per saham dalam sehari.
Kalau dihitung sejak 7 hari yang lalu (11 Oktober 2021), harga saham BUKA sudah merosot 10,19 % dibanding harga saat itu (Rp 785).
Selama sebulan, harga saham BUKA sudah ambles 16,57%.
Harga saham BUKA makin menjauh dari harga IPO. Sebagai perbandingan, harga IPO BUKA sebesar Rp 850 per saham.
Baca Juga: Harga saham masih di bawah harga IPO, ini rekomendasi saham Bukalapak.com (BUKA)
Senin (18/10), Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham BUKA mencapai Rp 189,10 miliar, sedangkan volume saham yang ditransaksikan mencapai 2.656.281 lot.
Seiring penurunan harga sahamnya, kapitalisasi pasar saham BUKA saat ini juga merosot menjadi Rp 72,66 triliun.
Sebelumnya, Presiden Bukalapak.com Teddy Oetomo mengatakan, pergerakan saham BUKA tidak terlepas dari strategi fund manager yang mengalokasikan portofolio investasi sesuai dengan industri yang sedang booming saat ini, yang berbarengan dengan naiknya komoditas.
Teddy menilai, di saat sejumlah harga komoditas naik, di saat itu pula terjadi rotasi portofolio, dari saham berbasis tekonologi ke saham berbasis komoditas yang lebih menggiurkan.
“Bukan hanya BUKA, tetapi yang lain juga terkena rotasi. Kebetulan harga komoditas memang sedang naik,” terang Teddy saat audiensi dengan media, Kamis lalu (14/10). Namun, Teddy menilai, fenomena booming komoditas ini baik bagi Indonesia.
Kenaikan harga komoditas tentunya membantu menyeimbangkan ekonomi khususnya di luar Jawa. Nantinya, melonjaknya harga jual komditas terefleksi dari naiknya daya beli masyarakat secara keseluruhan.
Dia mencontohkan, perusahaan teknologi raksasa dunia juga sempat mengalami hal serupa seperti BUKA, yakni harga sahamnya cenderung melandai pasca melakukan initial public offering (IPO). Sebut saja Google dan Facebook.
Dari perspektif Teddy, penurunan saham emiten teknologi pasca IPO juga berkaitan dengan periode dimana investor masih mencoba mengerti dan mencerna bisnis yang dijalankan oleh emiten yang bersangkutan. Dalam hal ini, investor dinilai masih mencerna strategi dan model bisnis yang dipakai BUKA yang menyasar pengembangan segmen UMKM.
“Kami menggunakan salah satu kemampuan yang dimiliki Indonesia, yakni UMKM. Sehingga perlu waktu bagi investor untuk mengerti model bisnis BUKA,” kata dia.
Selanjutnya: Ini kata Presiden Bukalapak (BUKA) terkait rencana pembagian dividen
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News