Pasar saham mulai pulih, ini harapan dan evaluasi dari pelaku pasar

Selasa, 19 Oktober 2021 | 22:05 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
Pasar saham mulai pulih, ini harapan dan evaluasi dari pelaku pasar

ILUSTRASI. Setelah tahun lalu terseok-seok, pasar saham Tanah Air berangsur-angsur pulih.


IHSG - JAKARTA. Setelah tahun lalu terseok-seok, pasar saham Tanah Air berangsur-angsur pulih. Selasa (19/10), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah berada di level 6.656. Level ini nyaris mendekati level tertinggi (all time high) IHSG di level 6.689 pada Februari 2018 silam.

Fundamental Analis B-Trade Raditya Pradana berharap, dalam waktu dekat ini IHSG bisa mencatatkan level all-time high.  Momentum saat ini dinilai cukup tepat seiring dengan pemulihan perekonomian Indonesia, harga komoditas yang juga sudah mencatatkan level tertingginya, serta adanya fenomena window dressing pada akhir tahun.

Berdasarkan pemulihan yang sudah berjalan, B-Trade mengharapkan jam perdagangan bursa diperpanjang kembali sampai pukul 16.00 WIB dan auto rejection bawah (ARB) tetap pada 7%. “Ketika perekonomian sudah benar-benar pulih dan Covid-19 hilang, mungkin ARB bisa dikembalikan seperti sebelum pandemi terjadi,” terang Raditya saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (19/10).

Evaluasi terhadap pasar saham juga terkait maraknya influencer yang melakukan aksi pom-pom saham. Otoritas pasar modal diminta untuk lebih tegas menangani masalah ini, dan jangan sampai merugikan investor ritel.

Baca Juga: Mayoritas bursa Asia menghijau terdorong rilis kinerja keuangan kuartal III

Raditya juga menyarankan agar pengawasan kepada influencer yang ternyata memiliki afiliasi dengan pihak lain diperketat.  Contohnya, influencer yang memberi rekomendasi suatu saham atau memberikan ulasan positif, tetapi pihak afiliasinya  malah melakukan penjualan secara masif dengan memanfaatkan pengikut dari influencer tersebut yang membeli karena terpengaruh.

Selain itu, saat ini banyak saham yang mengendap di Rp 50 yang bangkit dari tidur. Menurut analisis B-Trade, Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu memanggil perusahaan yang sahamnya bangkit setelah lama tidur. “Untuk meminta klarifikasi, apakah ada perubahan fundamental yang signifikan  sehingga membuat harga naik atau hal tersebut terjadi karena aksi oknum bandar saja,” ujar dia.

Ekonomi juga pulih

Kepala Riset Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu menilai, dalam dua tahun terakhir yakni semasa pandemi terjadi,  kekokohan yang terjadi tidak terbatas hanya di pasar modal saja, tetapi secara umum menyebar di perekonomian. Hal ini terbukti dari membaiknya sejumlah indikator makroekonomi.

Penerapan kebijakan yang anti-cyclical dari berbagai kementerian (termasuk BI dan OJK) serta APBN yang ekspansif merupakan kunci utama yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Ditambah adanya keuntungan dari harga komoditas global yang cukup tinggi, sehingga kita diuntungkan dari segi ekspor batubara, minyak sawit, dan komoditas logam,” terang Chandra kepada Kontan.co.id, Selasa (19/10).

Namun, Chandra menilai, kunci utama pemulihan pasar modal dan perekonomian tetap berada di penanganan pandemi dan vaksinasi yang dirasa cukup berhasil. Keberhasilan pemerintah untuk mengamankan pasokan vaksin dari berbagai produsen diharapkan bermuara pada tercapainya tingkat herd immunity di awal 2022.

Chandra berharap, kemampuan ekonomi dalam mencipakan rantai nilai tambah (value added) dan inovasi bisa meningkat. Paling tidak, hal ini bisa tercipta di sektor manufaktur berbasis teknologi tinggi  (high-tech), seperti yang dilakukan Taiwan.

Hal ini bisa dimulai dengan memperkuat rantai pasok di industri dasar. Tercermin dari dibangunnya berbagai smelter, pabrik kimia (petrochemical), dan besi baja. Chandra menilai, dengan adanya manufaktur berbasis teknologi tinggi, Indonesia bisa lebih terintegrasi dengan rantai pasok global, tidak hanya sebatas menjadi sasaran pasar karena jumlah penduduknya yang besar.

“Secara tidak langsung, ini diharapkan tercermin di pasar modal, sehingga kita mempunyai perusahaan IPO dengan nilai tambah (value added) yang tinggi di rantai pasok dunia. Sehingga, kita bisa menjadi bagian dari new wave economy bukan hanya sekadar menjadi penonton,” kata Chandra.

Dengan mempertimbangkan sejumlah sentimen seperti penanganan Covid-19, pemulihan ekonomi, hingga booming harga komoditas, Chandra mempertahankan proyeksi IHSG pada rentang 6.600-6.700 hingga akhir tahun . Tetapi, ada kemungkinan proyeksi ini bisa ditembus apabila investor sudah melihat pertumbuhan kinerja (earnings) emiten  untuk periode 2022.

Chandra menilai, satu-satunya tekanan akan datang dari kenaikan tingkat bunga di Amerika Serikat (AS) dan global.

 

Selanjutnya: Pasar saham tangguh, IHSG diramal bisa capai level psikologis 7.000 pada kuartal IV

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat

Terbaru