Pelita Samudera Shipping (PSSI) anggarkan capex US$ 20,1 juta untuk tahun 2021

Kamis, 12 November 2020 | 07:38 WIB   Reporter: Filemon Agung
Pelita Samudera Shipping (PSSI) anggarkan capex US$ 20,1 juta untuk tahun 2021


CAPEX - JAKARTA. Walau tahun 2020 belum usai, PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI) sudah menyiapkan sejumlah rencana ekspansi untuk tahun depan. Buktinya, perusahaan sudah menyiapkan alokasi belanja modal alias capital expenditure (capex) untuk 2021 bahkan hingga 2025 mendatang. . 

Ini dilakukan karena PSSI mengincar pendapatan sebesar US$ 138 juta pada tahun 2025 mendatang. Selain itu, perusahaan juga optimitis dapat meraih EBITDA sebesar US$ 38 juta dalam lima tahun mendatang.

Presiden Direktur PSSI Alex Iriawan Barat mengungkapkan, alokasi belanja modal alias capital expenditure (capex) juga akan meningkat mulai tahun 2021 mendatang.

Untuk tahun ini, PSSI mengalokasikan capex sekitar US$ 10 juta dimana telah terserap sekitar US$ 7 juta untuk perbaikan dan pemeliharaan kapal.

Baca Juga: Sampai kuartal III-2020, PSSI catat pertumbuhan dua digit pada sektor mother vessel

"Permintaan akan meningkat sehingga utilisasi tahun depan akan lebih bagus dibanding tahun ini, juga beli kapal dan perbaikan kesinambungan dengan aset kami," kata Alex dalam Public Expose Virtual, Rabu (11/11).

Adapun, untuk 2021 nanti alokasi capex diperkirakan mencapai US$ 20,1 juta. Secara khusus untuk belanja modal 5 tahun ke depan akan dialokasikan untuk pemugaran kapal. Yang terdekat, di akhir 2020 atau di awal 2021, PSSI bakal mengalokasikan anggaran pembelian 1 buah unit  MV Supramax dengan estimasi biaya US$ 8 juta hingga US$ 11 juta.

Sementara itu, upaya diversifikasi bisnis juga dilakukan oleh PSSI lewat peningkatan pengangkutan komoditas non batubara.

Corporate Secretary PSSI Imelda Agustina Kiagoes mengungkapkan ke depannya akan dilakukan peningkatan pengangkutan segmen kapal MV untuk batubara dan non batubara serta peremajaan aset kapal TNB.

"Diversifikasi kargo yang banyak dilakukan MV dan TNB dimulai dari pengangkutan batubara kami ekspansi ke klinker, nikel juga pernah angkut beras, alumina, pasir besi maupun komoditas lain," kata Imelda.

Merujuk paparan PSSI, di tahun 2021 nanti ekspansi diversifikasi kargo diharapkan sudah dapat dimulai dimana pengangkutan batubara diprediksi menopang 80% pendapatan sementara 20% berasal dari non batubara.

Pada tahun tersebut, PSSI juga berencana menambah lini bisnis baru yakni proyek logistik. Dengan diversifikasi, pendapatan diprediksi tumbuh 25%.

Selanjutnya di 2022 mendatang, pengangkutan non batubara diharapkan meningkat menjadi 30% dan sisanya 70% dari batubara. Target penambahan diprediksi meningkat 13%.

lalu, pengangkutan batubara di 2023 semakin terpangkas menjadi sebesar 65% sementara 35% bersumber dari non batubara. Jumlah ini terus meningkat di 2024 dimana pengangkutan batubara menjadi sebesar 60% dan non batubara sebesar 40%.

Baca Juga: Pelita Samudera (PSSI) mengempit kontrak jangka panjang US$ 101 juta

Barulah pada 2025, pengangkutan batubara sebesar 53% sementara non batubara sebesar 47%. Salah satu komoditas non batubara yang diharapkan jadi penopang yakni nikel. 

Direktur PSSI, Harry Tjhen bilang upaya diversifikasi sejatinya dimulai pada tahun ini dengan mengandalkan pengangkutan nikel.

"Kami bisa liat bahwa tahun ini kita cukup agresif lakukan diversifikasi, revenue tahun ini akan dekati 20% untuk non-coal mengacu pada konsumen besar di nikel," kata Harry.

Demi menguatkan bisnis pengangkutan nikel, PSSI berencana membuka kantor cabang di Kendari dengan kontrak 4 tahun. Alex menjelaskan, rencana pembukaan kantor ini dilakukan agar lebih dekat dengan pelanggan.

"Salah satu customer terbesar di nikel ada di Kendari, biaya tak besar tapi bisa dekat dengan pelanggan utama," jelas Alex.

Kendati komoditas bijih nikel mendapat larangan ekspor dari pemerintah, Alex memastikan pembangunan smelter pun bakal memberi dampak positif dan multiplier effect termasuk bagi industri pelayaran.

 

Selanjutnya: Pelita Samudera Shipping (PSSI) targetkan pendapatan US$ 69 juta di 2020

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari
Terbaru