Pendapatan Bank Central Asia (BBCA) tumbuh di semester I, ini rekomendasi analis

Senin, 26 Juli 2021 | 06:35 WIB   Reporter: Danielisa Putriadita
Pendapatan Bank Central Asia (BBCA) tumbuh di semester I, ini rekomendasi analis


BANK -  JAKARTA. Kinerja keuangan PT Bank Central Asia (BBCA) mampu tetap tumbuh di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Meski, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat diperpanjang, analis memproyeksikan dalam jangka prospek kinerja BBCA akan tetap menarik. 

Berdasarkan paparan kinerja, Kamis (22/7), BBCA berhasil catatkan pertumbuhan laba bersih senilai Rp 14,45 triliun di semester I-2021. Angka tersebut tumbuh 18,1% secara year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 12,24 triliun. 

Sementara, pendapatan operasional naik 2,4% yoy dari Rp 37,57 triliun menjadi Rp 38,48 triliun. Sedangkan pendapatan bunga bersih tumbuh 8,8% yoy dari Rp 27,24 triliun menjadi Rp 28,27 triliun. Pendapatan non bunga turun 1,2% yoy dari Rp 10,32 triliun menjadi Rp 10,21 triliun.

Chief of Equity Research Teknologi Finansial Emtrade, Christopher Andre Benas menilai kinerja BBCA di semester I-2021 solid meski pertumbuhan di pos pendapatan melambat. Faktor yang menahan pertumbuhan pendapatan BBCA di satu semester awal ini karena pinjaman belum tumbuh sesuai ekspektasi. 

Baca Juga: Laba bersih Bank Central Asia (BBCA) melesat 18,1% pada semester I 2021

Tercatat, kredit BBCA terkontraksi tipis 0,3% yoy dari Rp 595,13 triliun menjadi Rp 593,58 triliun sepanjang Juni 2021.

Manajemen BBCA juga mengatakan pertumbuhan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) tumbuh menyentuh Rp 2 triliun di semester I 2021. Namun, adanya PPKM Darurat yang kini diperpanjang BBCA memperkirakan perolehan tersebut turun Rp 1 triliun-Rp 1,2 triliun untuk periode Juli. 

Sementara, William Surya Wijaya CEO PT Indosurya Bersinar Sekuritas mengatakan bagaimanapun PPKM sifatnya adalah sementara. "Kuncinya ada di masyarakat mau patuh protokol atau tidak, jika tidak, ya PPKM akan lanjut terus dan ini menjadi tantangan bisnis diberbagai lini usaha, tidak terkecuali perbankan," kata William. 

Secara umum, William menilai kinerja perbankan akan tetap prospektif dalam jangka panjang. Saat kondisi kembali normal, masyarakat akan kembali membangkitkan kegiatan bisnis di sektor riil dan sektor perbankan lah yang akan kembali diandalkan. 

Baca Juga: BCA salurkan kredit Rp 593,6 triliun hingga semester I, ini penopangnya

Andre melihat keuangan BBCA bisa tetap bertahan solid dengan dukungan cost of fund yang murah. Hal tersebut terlihat dari, rasio CASA atau current account saving account BBCA tumbuh 21% yoy. 

Secara total kepemilikan aset BBCA masih baik dengan naik 15,8% yoy. Meski, non performing loan naik ke 2,4% dari 2,1% di periode tahun lalu, Andre mengatakan  kualitas kredit BBCA masih baik karena NPL coverage juga bertumbuh dari 204,5% di semester I-2020 menjadi 230,6% di semester I-2021.

"Jadi secara kualitas aset, BBCA, sangat baik," kata Andre, Kamis (22/7). 

Dalam berusaha mencari pertumbuhan kinerja di tengah pandemi, manajemen BBCA mengatakan terus mencari solusi dan peluang termasuk melalui digitalisasi. Terbaru, bank digital milik BBCA, Blu memiliki sejumlah fitur yang memungkinkan nasabah membuka tabungan hingga 10 macam dalam satu rekening. 

Baca Juga: Dana murah makin tambun, dana pihak ketiga BCA tumbuh 17,5% di semester I-2021

William menilai infrastruktur dan sistem digital BBCA sudah lebih siap dari daripada kompetitornya. Tentunya, keunggulan digital BBCA bisa menjadi penyokong pertumbuhan kinerja BBCA ke depan. William merekomendasikan buy on wekness BBCA dalam jangka pendek dan tetap merekomendasikan buy dalam jangka panjang. 

Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 17,5% yoy dari Rp 761,6 triliun menjadi Rp 895,23 triliun di semester 1-2021. Sementara net interest margin (NIM) BBCA terkoreksi 0,7% yoy ke 5,3% dari 6% di semester I-2020.

Rahmi Marina Analis Maybank Kim Eng menulis dalam risetnya di akhir Juni, di tengah pelemahan ekonomi yang berkepanjangan, BBCA akan bersaing keras dalam menarik pinjaman yang berkualitas. Akhirnya, BBCA berpotensi terpaksa menjaga suku bunga pinjamannya tetap rendah yang ujungnya bisa menurunkan pendapatan. 

"Mengingat ruang BBCA untuk lebih lanjut memangkas suku bunga depositonya terbatas, maka kami memperkirakan NIM BBCA menurun ke 5,1% di tahun ini dari perkiraan awal di 5,6%," kata Rahmi. 

Rahmi merekomendasikan sell dan memasang target harga Rp 26.500. Sementara, Anggaraksa Arisman Analis NH Korindo Sekuritas merekomendasikan beli dan memasang target harga Rp 38.000.

Selanjutnya: Sebelum IPO, Bank Digital BCA bakal disuntik modal lagi oleh BCA

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru