Pendapatan Telkom (TLKM) tahun 2020 tumbuh di bawah 1% karena tekanan bisnis legacy

Senin, 03 Mei 2021 | 08:05 WIB   Reporter: Nur Qolbi
Pendapatan Telkom (TLKM) tahun 2020 tumbuh di bawah 1% karena tekanan bisnis legacy


EMITEN - JAKARTA. Total pendapatan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) sepanjang tahun 2020 hanya naik 0,66%, dari Rp 135,57 triliun pada 2019 menjadi Rp 136,46 triliun. Padahal, sepanjang tahun 2019, pertumbuhan total pendapatan Telkom mencapai 3,7% year on year (yoy).

VP Corporate Communication Telkom Pujo Pramono mengatakan, pendapatan total Telkom yang hanya naik kurang dari 1% pada tahun 2020 disebabkan oleh tekanan pada bisnis mobile akibat bisnis legacy  (voice dan SMS) yang turun signifikan seiring peralihan konsumsi ke layanan data. Sebagaimana diketahui, segmen mobile yang dijalankan oleh PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) merupakan penyumbang terbesar pendapatan Telkom.

Pergeseran bisnis legacy ke layanan digital tersebut juga terlihat dari pendapatan digital business Telkomsel yang tumbuh 7% menjadi Rp 62,33 triliun sepanjang tahun 2020. Kontribusi pendapatan digital business terhadap total pendapatan Telkomsel turut meningkat menjadi 71,6%, dari 63,9% pada tahun sebelumnya.

Baca Juga: Laba Delta Jakarta (DLTA) melesat 33,59% di kuartal I 2021

Selain itu, layanan fixed broadband Telkom melalui IndiHome juga mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang signifikan, yakni 21,2% yoy menjadi Rp 22,2 triliun. Tak mau kalah, segmen enterprise juga membukukan pendapatan tahunan yang cukup besar, yakni mencapai Rp 17,7 triliun pada 2020. Menurut Pujo, pencapaian ini dikontribusi oleh pendapatan dari data center & cloud, application services, dan enterprise broadband.

Tak berhenti sampai di situ, Telkom juga mencatatkan kenaikan pendapatan dari segmen wholesale dan international business sebesar 27,3% yoy menjadi Rp 13,5 triliun yang utamanya didorong oleh peningkatan bisnis menara.

 

 

"Telkom memiliki bisnis yang terdiversifikasi sehingga saat salah satu segmen mengalami tekanan, dapat dikompensasi oleh segmen lainnya," ungkap Pujo saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (2/5).

Pujo menambahkan, meski total pendapatan Telkom tumbuh kurang dari 1% pada 2020, Telkom tetap mencatatkan kenaikan dua digit di sisi EBITDA dan laba bersih. EBITDA Telkom tumbuh 11,2% yoy menjadi Rp 72,08 triliun dan laba bersih meningkat 11,5% yoy menjadi Rp 20,80 triliun.

Baca Juga: Dafam Property Indonesia (DFAM) menderita rugi Rp 12,96 miliar di 2020

Untuk tahun 2021, Telkom optimistis pendapatan dan laba bersihnya masih dapat tumbuh positif seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi IMF dapat tumbuh sebesar 4,3%. "Namun demikian, kami tetap berhati-hati dan lebih konservatif dalam situasi pandemi Covid 19 yang belum berakhir seperti saat ini," kata Pujo.

Untuk meraih pertumbuhan tersebut, Telkom akan senantiasa berupaya menciptakan peluang pertumbuhan melalui tiga pilar bisnisnya, yaitu digital connectivity, digital platform, dan digital services.

Pujo menjelaskan, Telkom secara konsisten berinvestasi untuk memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar pada domain konektivitas digital, melalui kehadiran layanan mobile data maupun fixed broadband yang berkualitas dengan jangkauan terluas ke berbagai penjuru Indonesia.

"Kami juga terus membangun data center dan cloud sebagai inti dari digital platform yang juga merupakan enabler bagi terciptanya berbagai fitur dan solusi digital services sesuai kebutuhan pelanggan," tutur Pujo.

Telkom juga terus berupaya meningkatkan nilai perusahaan melalui hal-hal strategis lain seperti aktivitas inorganik, unlocking aset-aset yang belum tervaluasi secara optimal, serta berinvestasi dan mengembangkan perusahaan rintisan (startups company).

Telkom juga menuturkan bahwa perusahaan selalu terbuka untuk berinvestasi atau menjalin kemitraan dengan perusahaan lain, termasuk pada perusahaan digital untuk memperoleh imbal hasil dan sinergi. "Kami juga memiliki aset-aset yang belum tercermin secara optimal dalam valuasi perusahaan, seperti menara dan data center dimana pada umumnya memiliki valuasi yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan telekomunikasi," ungkap Pujo.

Baca Juga: Ini fokus bisnis Nusantara Almazia (NZIA) pada tahun 2021

Oleh karena itu, Telkom berharap, aset-aset tersebut dapat di-unlock di masa mendatang demi  meningkatkan nilai perusahaan, baik melalui kemitraan strategis ataupun melalui go public di pasar modal.

Sebagaimana diketahui, anak usaha Telkom yang bergerak di bisnis menara telekomunikasi, yakni PT Dayamitra Telekomunikasi berencana melaksanakan penawaran saham perdana pada kuartal IV 2021 atau kuartal I 2022.

Untuk terus memperkuat infrastruktur digital dalam rangka investasi dan memberikan pengalaman terbaik bagi seluruh pelanggan, Telkom mengalokasikan belanja modal sekitar 24%-25% dari total pendapatan tahun 2021. Capex tersebut akan digunakan untuk dan pengembangan jaringan mobile 4G, meningkatkan bisnis fixed broadband, dan mengembangkan bisnis menara.

Selain itu, dana tersebut juga dimanfaatkan untuk pembangunan jaringan tulang punggung (backbone) berbasis fiber, pengembangan data center, dan infrastruktur pendukung lainnya. Sumber dananya berasal dari pendanaan internal (retained earnings) maupun pembiayaan eksternal, baik obligasi maupun pinjaman bank.

Selanjutnya: Pendapatan Elnusa (ELSA) turun 11,52% di kuartal I 2021, ini pemicunya

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi

Terbaru