RIGHTS ISSUE - JAKARTA. Industri perbankan masih semarak dalam menerbitkan saham baru atau melakukan rights issue pada tahun ini. Setidaknya ada empat bank yang telah mengumumkan akan melakukan penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) pada pertengahan tahun 2023 ini.
Misalnya, PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) yang berencana melakukan right issue untuk penambahan modal pada tahun ini dengan target dana jumbo yakni sekitar Rp 12 triliun. BBKP akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 120 miliar saham baru dengan besaran Rp100 per saham.
Dept Head Financial Planning & Investor Relation I Putu Adi Saputra mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang mengajukan izin aksi korporasi ini ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ditargetkan pernyataan efektif dari OJK dapat diterima di bulan ini.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I-2023 Berpotensi di Bawah 5%, Ini Pemicunya
"Saat ini right issue kami masih dalam proses di OJK dan terdapat perubahan indikasi timeline. Saat ini kami masih menunggu pernyataan efektif dari OJK," ujar Putu kepada kontan.co.id, Rabu (3/5).
Dia mengungkapkan, Kookmin Bank selaku pemegang saham pengendali juga sebagai stand by buyer berkomitmen menyediakan dana untuk menyerap 100% saham baru.
Putu juga menjelaskan, tujuan dari rights issue ini yakni, untuk penguatan permodalan perusahaan anak, juga ekspansi kredit di segmen WHolesale, SME dan Retail.
"Setelah menerima dana rights issue, perseroan akan mempercepat proses ekspansi kredit ke segmen yang sehat untuk peningkatan pendapatan bunga dan perbaikan kondisi profitabilitas," imbuhnya.
Sebagai catatan, pada tahun buku 2022 lalu BBKP masih membukukan kerugian Rp 5,03 triliun. Jumlah tersebut meningkat dari periode yang sama setahun sebelumnya, yakni rugi sebesar Rp 2,31 triliun.
Selain itu, KB Bukopin mencetak pendapatan bunga konsolidasian sebesar Rp4,12 triliun. Sementara itu, kerugian penurunan nilai aset keuangan meningkat menjadi Rp3,93 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp1,04 triliun pada tahun 2021.
Ekuitas bank pun menyusut menjadi Rp11,21 triliun pada tahun 2022 dari setahun sebelumnya Rp13,2 triliun. Adapun jumlah kredit yang bermasalah telah turun dari sebelumnya Rp2,93 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp2,42 triliun pada tahun 2022.
Pada rasio kredit bermasalah, Bank KB Bukopin berhasil menurunkannya menjadi 6,56% pada tahun 2022 dari yang sebelumnya 10,66% pada tahun 2021. Sama halnya dengan NPL net Bank KB Bukopin yang sebesar 4,84% pada 2022 dari yang sebelumnya 4,91% pada tahun 2021.
Selanjutnya ada PT Bank QNB Indonesia (BKSW) yang akan menerbitkan saham baru lewat skema rights issue atau Penambahan Modal dengan Memberikan hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD VII).
Bank QNB anak menerbitkan 14,72 miliar saham baru dengan nominal Rp 250 per saham atau setara 41,87% dari total modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah rights issue.
Setiap pemegang 100.000 saham lama BKSW berhak atas 72.034 HMETD. Setiap satu HMETD ini bisa konversi menjadi satu saham biasa BKSW dengan harga pelaksanaan Rp 250 per saham. BKSW pun berpeluang meraup dana segar hingga maksimal Rp 3,68 triliun.
Asal tahu saja, harga pelaksanaan rights issue ini jauh di atas harga rata-rata saham BKSW di pasar. Dalam beberapa bulan terakhir, harga saham BKSW rata-rata berada di bawah Rp 100 per saham.
Sebagai pengendali dan pemegang saham utama dengan kepemilikan 92,48%, Qatar National Bank berkomitmen akan melaksanakan seluruh HMERD yang dimilikinya, yakni sebanyak 13,61 miliar saham.
Manajemen BKSW berkomitmen untuk menggunakan seluruh dana bersih hasil rights issue sebagai modal kerja, yaitu untuk ekspansi kredit.
Untuk diketahui, agenda rights issue sudah mendapat persetujuan pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang berlangsung 16 Februari 2023. Sementara tanggal efektif dari OJK telah dikantongi pada 28 April 2023.
Baca Juga: Laba Perbankan Kian Gemuk Berkat Pemangkasan Pencadangan
Sebagai catatan, kinerja keuangan BKSW per 30 Maret 2023 tidak terlalu menggembirakan. Laba bersihnya anjlok 47,51% secara tahunan menjadi Rp 29,03 miliar. Hal ini disebabkan karena kenaikan beban umum dan administrasi sebesar 25,42% secara tahunan menjadi Rp 50,74 miliar.
Selain itu, karena adanya penyisihan kerugian penurunan nilai aset sebesar Rp -78,83 miliar setelah pada kuartal I/2022 positif Rp 13,38 miliar. Hal ini disebabkan karena penyisihan kerugian penurunan nilai aset keuangan atas kredit yang diberikan yakni Rp 78,53 miliar.
Walau begitu, penyaluran kreditnya masih bisa bertumbuh sekitar 2,77% secara tahunan menjadi Rp 183,64 miliar. Pendapatan bunga bersihnya pun masih bertumbuh 19,94% menjadi Rp 123,13 miliar.
PT Bank J Trust Indonesia Tbk (BCIC) juga berencana mengadakan rights issue pada semester I 2023. Aksi korporasi tersebut bertujuan merealisasi setoran modal pemegang saham pengendali pada Desember 2022.
BCIC akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 10 miliar saham seri C senilai Rp 100 per lembar saham. Perseroan pun menargetkan dana sekitar Rp 1 triliun dari rights issue.
"Dalam rights issue, tidak ada pembeli siaganya. Ekspansi bisnis lebih ke pertumbuhan pinjaman," ungkap Direktur Keuangan dan Perencanaan Bank J Trust Helmi A. Hidayat.
Asal tahu saja, BCIC menutup tahun 2022 dengan mencatat kinerja positif dengan perolehan laba sebesar Rp 86,6 miliar dari rugi bersih Rp 445,4 miliar pada Desember 2021.
Per Desember 2022 kredit juga tumbuh sebesar 95% menjadi Rp 19,53 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 10,01 triliun per Desember 2021 dengan 3 segmen penopang utama dari corporate, linkage multifinance, dan commercial & SME.
Tak mau kalah, PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS) akan melakukan Penawaran Umum Terbatas V dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue dengan rencana peningkatan modal ditempatkan dan disetor perseroan sebanyak-banyaknya Rp 1,38 triliun di pertengahan tahun 2023.
Baca Juga: Perbankan Siap, Pungutan Batubara akan Berlaku di Semester I-2023
Perseroan akan menerbitkan saham sebanyak-banyaknya 13,81 miliar lembar saham atau 33,32% dari total modal ditempatkan atau disetor penuh setelah PMHMETD V, dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Sehingga jumlah dana yang diperoleh dari PMHMETD V dalam rangka penerbitan HMETD seluruhnya berjumlah sebanyak-banyaknya sebesar Rp 1,38 triliun.
IBK, selaku pemegang saham utama Perseroan yang memiliki 25,22 miliar saham dalam Perseroan dan memiliki hak untuk memperoleh 12,61 miliar saham Baru. Berdasarkan Surat Pernyataan tertanggal 2 Maret 2023, IBK menyatakan akan melaksanakan sebagian haknya untuk membeli saham baru yang ditawarkan dalam PMHMETD V ini, sebanyak-banyaknya 10 miliar saham sehingga kepemilikan saham IBK menjadi sebanyak-banyaknya 84,96% dengan nilai nominal Rp 100.
Selain itu, IBK akan mengalihkan sebagian haknya kepada PT Bumi Indawa Niaga (BIN) sebanyak-banyaknya 45 juta saham dan dengan dilengkapi bukti kecukupan dana dari BIN berupa account statement Bank Maybank tanggal 6 Maret 2023. Adapun sisanya tidak akan dijual atau dialihkan, akan tetapi sisa saham HMETD tersebut dapat diserap oleh pemegang saham publik atau pihak ketiga lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Untuk diketahui, agenda rights issue sudah mendapat persetujuan pemegang saham pada RUPSLB yang berlangsung 8 Februari 2023. Sementara tanggal terakhir pelaksanaan HMETD adalah 25 Juli 2023.
Sebagai catatan, Bank IBK berhasil membukukan kinerja yang solid pada kuartal I/2023. Laba bersih Bank IBK tercatat sebesar Rp 55,76 miliar pada triwulan pertama tahun ini, bila dibandingkan dengan perolehan pada Desember 2022 melesat 57,42%. Pada Desember 2022 Bank IBK mencatatkan laba Rp 35,42 miliar.
Tercatat perolehan laba perseroan ditopang oleh pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp 126,34 miliar atau naik 32% dibanding akhir Desember 2022 yang sebesar Rp 95,7 miliar.
Bank IBK juga mencatat total aset per kuartal I/2023 sebesar Rp 19,18 triliun atau naik 4,8% jika dibandingkan aset di akhir Desember 2022 lalu yang sebesar Rp 18,30 triliun.
Di sisi lain, Bank IBK telah menyalurkan kredit sebesar Rp 7,97 triliun pada Maret 2023, turun tipis sebesar 1,11% dibanding akhir Desember 2022 sebesar Rp 8,06 triliun.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian menilai, rights issue BCIC dan IBK menarik untuk dicermati, karena kedua emiten sedang mengalami lonjakan kinerja keuangan yang cukup positif.
"Secara umum, outlook industri perbankan domestik sebetulnya cukup baik, di tengah masih tingginya angka pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan kredit di tahun ini. Hanya saja, untuk bank-bank yang memiliki skala menengah hingga kecil akan mengalami persaingan yang sengit," tutur Fajar.
Fajar menyebut, di antaranya adalah perebutan dana pihak ketiga, hingga perebutan pangsa pasar kredit. Belum lagi risiko kredit yang berpotensi meningkat, di tengah semakin tingginya risiko resesi ekonomi global
Di sisi lain, Fajar melihat, kedua saham tersebut BCIC dan IBK pergerakan sahamnya tidak terlalu signifikan, di tengah minimnya likuiditas dan minat investor. Namun demikian, kata Fajar dengan dilakukannya rights issue, maka permodalan dari bank-bank kecil tersebut akan tebal, dan dapat digunakan sebagai alat manajemen risiko di saat kondisi ekonomi memburuk
Menurutnya, IBK menarik untk dikoleksi, seiring dengan rasio profitabilitasnya yang cukup baik dan rasio permodalan yang juga cukup tinggi, sehingga tingkat risiko bank ini juga relatif cukup terjaga.
"Secara jangka pendek, harga sahamnya juga cenderung uptrend, investor bisa speculative buy dengan target harga terdekat di 92, stop loss di 82," tandasnya.
Sementara itu Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan melihat right issue yang menarik masih untuk bank yang mencatat kinerja positif dan bagus seperti Bank IBK.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I-2023 Berpotensi di Bawah 5%, Ini Pemicunya
Menurutnya, kinerja IBK menunjukkan peningkatan dibanding tahun sebelumnya, selanjutnya diikuti Bank BCIC yang juga mencatat laba pada tahun 2022.
"Bila right issue berhasil maka permodalan akan menguat dan harus didukung dengan rencana strategis bank yang baik dan efektif sehingga modal yang ada dapat mendorong peningkatan kinerja keuangan bank," ujar Trioksa.
Selain itu Trioksa mengatakan, bahwa prospek saham pasca right issue akan fluktuatif terutama bila harga right issue menarik dan kinerja baik maka akan mendorong peningkatan harga saham bank.
"Saya merekomendasikan saham IBK yang terlihat kinerja keuangannya baik di kuartal I/2023 ini," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News