Prospek dan Rekomendasi Saham Emiten Semen pada 2023

Senin, 28 November 2022 | 04:30 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
Prospek dan Rekomendasi Saham Emiten Semen pada 2023


REKOMENDASI SAHAM -   JAKARTA. Dinamika pasar semen tahun depan diproyeksikan berubah seiring aksi manuver yang dilakukan oleh dua emiten semen terbesar di tanah air pada tahun ini.

Analis CGS-CIMB Sekuritas Bob Setiadi dan Genie Purnamasari mengatakan, kesepakatan yang dilakukan oleh dua emiten besar pada September 2022 telah mengubah dinamika pasokan di industri semen Indonesia.

Kesepakatan yang dimaksud yakni PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) yang akan melakukan rights issue untuk mengakuisisi PT Semen Baturaja Tbk (SMBR). Lalu, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) yang telah menandatangani perjanjian sewa selama tiga tahun untuk mengoperasikan pabrik terintegrasi Semen Bosowa di Maros, Sulawesi Selatan.

Pasca dua kesepakatan tersebut, CGS-CIMB Sekuritas memperkirakan, SMGR dan INTP akan memiliki kapasitas terintegrasi sebesar 83,2 juta ton per tahun atau sekitar 80% dari total pasokan semen domestik di Indonesia. Kondisi ini akan meningkatkan iklim persaingan harga, terutama di wilayah Sumatra, Jawa bagian timur, dan Sulawesi.

Baca Juga: Tekan Emisi, Indocement (INTP) Gencarkan Penggunaan Semen Hijau Ramah Lingkungan

Dua kesepakatan ini dinilai akan membawa dampak positif terhadap emiten semen. INTP misalnya, akan menerima keuntungan berupa biaya sewa fasilitas semen yang menarik. Sedangkan dampak bagi SMGR akan bergantung pada sinergi dari akuisisi serta jumlah saham yang diterbitkan selama rights issue.

Baik SMGR dan INTP  tercatat telah meningkatkan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP)  sebanyak tiga kali sepanjang tahun ini.

Kenaikan tersebut melebihi ekspektasi awal CGS-CIMB Sekuritas yang memperkirakan hanya ada dua kali kenaikan harga. Kenaikan harga ini dilakukan untuk mengimbangi biaya transportasi yang lebih tinggi, menyusul kenaikan harga bahan bakar.

 

 

Bob dan Genie memperkirakan ASP semen akan meningkat sebesar masing-masing 11% dan 3% pada 2022 dan 2023, dari perkiraan sebelumnya yang hanya 9% dan 1%.

Di sisi lain, asumsi harga batubara Newcastle juga naik menjadi US$ 316 dan US$ 211 per ton untuk 2022 dan 2023 dari sebelumnya hanya US$269 dan US$ 204 per ton.

Baca Juga: Perbaiki TKB90, iGrow Fokus Berikan Pendanaan ke Ekosistem BUMN

Sehingga, CGS-CIMB Sekuritas memperkirakan marjin EBITDA sektor semen akan menurun menjadi 21% di 2022, sebelum akhirnya meningkat secara bertahap menjadi 23,3% pada 2023 dan 25,8% pada 2024 mendatang.

Per Oktober 2022, volume penjualan semen domestik terkoreksi 3% year-on-year (yoy) menjadi 51,9 juta ton. Pelemahan ini lebih besar dibandingkan perkiraan yang dipasang Bob dan Genie, yakni sebesar 2,5% yoy.

Penurunan penjualan semen ini disebabkan oleh sejumlah faktor. Pertama, perubahan perilaku belanja. Kedua, Semen Grobogan mulai beroperasi pada awal 2022, dimana perusahaan ini memproduksi sekitar 1,5% dari volume semen dalam negeri. Ketiga, harga bahan bakar yang lebih tinggi. Keempat, kenaikan inflasi.

Oleh karena itu, CGS-CIMB Sekuritas memangkas estimasi pertumbuhan volume penjualan semen domestik pada tahun ini sampai dengan  2024,  menjadi sebesar  2,3% sampai dengan 3,2%,  dari sebelumnya 2,4% sampai 3,9%.

“Kami mempertahankan rating overweight di sektor semen, karena kami  berekspektasi adanya pertumbuhan laba bersih yang kuat di 2023-2025,” tulis Bob dan Genie dalam riset, Rabu (22/11).

Baca Juga: Aksi Rights Issue Padat Merayap, Investor Perlu Mencermati Fundamental Emiten

SMGR menjadi pilihan teratas (top picks) di sektor semen seiring valuasinya dan adanya keunggulan dari segi biaya. Kemampuan SMGR untuk mempertahankan marjin EBITDA, dan kemampuan SMGR dalam deleveraging belum sepenuhnya dievaluasi oleh pasar.

CGS-CIMB Sekuritas  merekomendasikan add saham SMGR dengan target harga Rp 10.600.

Bob dan Genie memasang rekomendasi add saham INTP dengan target harga Rp 11.600.

Rekomendasi ini menimbang marjin EBITDA INTP yang diperkirakan akan pulih tahun depan seiring ASP yang lebih tinggi, alokasi domestic price obligation (DPO) batubara yang lebih baik, serta perjanjian sewa dengan Semen Bosowa. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru