Sampai September 2021, Sekar Laut (SKLT) sudah menyerap capex sebesar 60%

Kamis, 30 September 2021 | 08:15 WIB   Reporter: Amalia Nur Fitri
Sampai September 2021, Sekar Laut (SKLT) sudah menyerap capex sebesar 60%


EMITEN - JAKARTA. Produsen bahan makanan PT Sekar Laut Tbk (SKLT) mengatakan hingga kini sudah menyerap anggaran belanja modal sebesar 60% dari keseluruhan dana yang dialokasikan.

Jimmy Herlambang, Corporate Secretary SKLT memaparkan tahun ini pihaknya belum memiliki anggaran khusus terkait capex, namun SKLT masih ada penyelesaian dari anggaran di tahun lalu.

"Sampai dengan saat ini serapan capex SKLT sudah berjalan hampir 60% dari total keseluruhan capex yang di-budget-kan dan alokasi capex lebih banyak terserap di belanja kebutuhan bahan baku dan material pendukung produksi," paparnya saat dihubungi Kontan, Selasa (29/9).

Ia melanjutkan, SKLT juga berusaha untuk meningkatkan efisiensi mesin sehingga dapat mendukung proses produksi semakin maksimal. Adapun Direktur SKLT John C Gozal pernah menyebutkan capex tahun lalu berjumlah kurang dari Rp7 miliar.

Baca Juga: Kinerja penjualan Sekar Laut (SKLT) di tahun 2020 menurun, ini penyebabnya

Walau tidak menyebutkan jumlah investasi secara detail tahun ini, SKLT mengisyaratkan jika saat ini belum melakukan investasi dalam jumlah yang besar. Jimmy menuturkan, perseroan melakukan investasi hanya dalam perbaikan sparepart untuk beberapa mesin dan peralatan yang sudah digunakan.

Walau demikian, SKLT memiliki proyeksi bisnis yang optimistis pada sisa semester II ini. Hal ini tercetak dari pelonggaran beberapa aktivitas dan juga PPKM berjenjang, yang dapat meningkatkan pertumbuhan belanja konsumen.

SKLT sendiri menargetkan pertumbuhan penjualan di semester II bisa mencapai sekitar 5% dibandingkan dengan tahun lalu. Adapun secara total, tahun ini SKLT membidik pertumbuhan pendapatan 10% dari tahun 2020 lalu.

"Tentunya proyeksi bisnis di semester II tahun ini diharapkan bisa positif seiring dengan penerapan PPKM berjenjang yang dilakukan oleh pemerintah, yang saat ini sudah di betada di level 2, serta adanya pelonggaran beberapa aktifitas-aktifitas. Kami harap, itu semua bisa meningkatkan pertumbuhan belanja konsumen," paparnya.

Pada semester I 2021, SKLT membukukan peningkatan penjualan 7,06% sebesar Rp690,09 miliar dari Rp644,58 miliar pada semester I 2020. Pendapatan tersebut banyak dikontribusikan dari penjualan produksi lokal sebesar Rp260,16 miliar dan penjualan barang dagangan lokal Rp312,45 miliar. Sedangkan penjualan produksi ekspor menyumbang Rp118,46 miliar dan barang dagangan ekspor sebesar Rp2,07 miliar.

Sementara itu, laba komprehensif yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk adalah sebesar Rp27,62 miliar atau meningkat 56,13%. Lebih lanjut, Jimmy menuturkan mengenai rencana pembatasan kuota penangkapan ikan, tidak mempengaruhi kinerja Perseroan ke depannya.

"SKLT tidak terpengaruh sama sekali dengan kebijakan pemerintah tersebut, karena bahan baku hasil laut yang digunakan SKLT terbatas. SKLT hanya menggunakan udang untuk sebagian produk jadi (prosentase yang digunakan tidak besar). Hal ini dikarenakan kerupuk yang dihasilkan oleh SKLT tidak hanya kerupuk udang saja, melainkan terdapat kerupuk jenis lain. Kebijakan tersebut kemungkinan akan berdampak untuk eksportir hasil laut," paparnya.

 

 

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyiapkan pelaksanaan penangkapan ikan terukur pada tahun 2022 mendatang. Penangkapan ikan terukur akan menetapkan 3 kuota bagi penangkapan ikan.

Kuota pertama diberikan kepada industri penangkapan ikan. Kuota kedua akan diberikan kepada nelayan tradisional yang melakukan penangkapan ikan. Sementara kuota ketiga akan ditetapkan untuk penangkapan ikan dalam pariwisata. Sehingga kegiatan memancing dalam pariwisata akan dibatasi.

"Kami mendukung rencana Pemerintah tersebut sebab ini upaya melindungi habitat dan ekosistem laut kita dari praktik-praktik yang tidak benar seperti ilegal fishing, menangkap ikan dgn pukat harimau/bom ikan dan lain sebagainya sudah sepatutnya kita harus mendukungnya, apalagi sekarang ini marak sekali pencurian ikan dari kapal nelayan asing di perairan laut kita. Seharusnya upaya pemerintah ini disikapi dengan positif juga," tutupnya.

Selanjutnya: Sekar Laut (SKLT) bidik pertumbuhan pendapatan hingga 10% tahun ini

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .

Terbaru