Sejahtera Bintang Abadi Textile (SBAT) bakal rights issue untuk tambah mesin

Selasa, 12 Oktober 2021 | 05:15 WIB   Reporter: Nur Qolbi
Sejahtera Bintang Abadi Textile (SBAT) bakal rights issue untuk tambah mesin


RIGHTS ISSUE - JAKARTA. Emiten tekstil PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT) berencana menambah mesin penunjang produksi seiring dengan banjirnya pesanan benang dari Bangladesh. Untuk itu, SBAT akan mencari pendanaan melalui rights issue yang bakal digelar bulan Oktober 2021 ini.

Melalui aksi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) ini, perusahaan bakal melepas sebanyak-banyaknya 3,57 miliar saham atau setara 62,42% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. SBAT mengincar dana segar sekitar Rp 132 miliar melalui aksi korporasi ini.

Rencananya, dana hasil rights issue tersebut akan digunakan untuk menambah 3 set mesin Open End. Pasalnya, saat ini, SBAT belum bisa menyanggupi permintaan benang dari pelanggan di Bangladesh yang digunakan untuk memproduksi handuk sebanyak 3-4 kontainer dalam sebulan karena faktor keterbatasan mesin.

Oleh karena itu, setelah penambahan mesin, SBAT menjanjikan untuk memenuhi permintaan tersebut. "SBAT berharap proses impor mesin dan instalasi mesin dapat berlangsung dengan lancar dan dapat dengan segera beroperasi awal tahun depan,” ungkap Direktur Utama SBAT Jefri Junaedi dalam keterangan tertulisnya, Senin (11/10).

Baca Juga: Waskita Beton Precast (WSBP) bakal menjual 3 pabrik senilai Rp 709 miliar

Selagi menantikan proses penambahan mesin Open End, SBAT berencana untuk menggandeng perusahaan tekstil di Jawa Tengah agar dapat mempercepat proses produksi benang.

"Karena memang kebutuhan ini sifatnya sangat penting. SBAT akan menyewa pabrik tersebut dan membuat benang Open End untuk kebutuhan handuk dunia," ucap Jefri.

Dengan kerja sama ini, SBAT berharap dapat terus menciptakan benang unggulan yang diminati pasar dan terus menambah pangsa pasar ekspor, terutama ke Bangladesh. Pasalnya, pelanggannya di Bangladesh akan mengolah benang tersebut menjadi handuk yang selanjutnya akan diekspor ke Amerika Serikat (AS).

Menurut Jefri, AS merupakan negara importir handuk terbesar dari Bangladesh seiring dengan meningkatnya sektor pariwisata di negeri Paman Sam tersebut. Hal ini membuat permintaan barang berupa handuk yang didistribusikan ke restoran, hotel, rumah sakit, dan juga pelayaran ikut meningkat pesat.

Baca Juga: Insentif PPN dongkrak penjualan Triniti Dinamik (TRUE) di tahun ini

Selain Bangladesh dan Indonesia, perusahaan yang berdiri tahun 2003 ini juga mendistribusikan benangnya ke Kanada, Kolombia, Uruguay, Mesir, Afrika Selatan, Belgia, Kroasia, Rusia, Ukraina, Pakistan, China, Korea Selatan, Jepang, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan lain-lain.

Benang tersebut digunakan oleh para pelanggannya untuk memproduksi kain batik, handuk, sarung tangan rajutan, kain denim, kain kanvas, karpet, pel, serbet, kain lap, dan produk lainnya untuk industri rumah tangga.

Selanjutnya: MNC Land (KPIG) gandeng Infokom kembangkan infrastruktur dan ekosistem teknologi

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi
Terbaru