REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Beberapa analis menilai fenomena sell in May and go away kembali hadir di pasar modal Indonesia. Fonema ini menyebabkan sejumlah saham terdiskon sehingga bisa dicermati oleh investor.
Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai fenomena sell in May terjadi dari investor asing. Menurut dia, ada dua faktor yang menyebabkan investor asing keluar dari pasar modal Indonesia pasca libur lebaran.
Pertama, adanya kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh The Fed untuk meredam nilai inflasi di Amerika Serikat. Dia menilai kenaikan suku bunga tersebut memicu munculnya ekspektasi pasar bahwa Bank Indonesia (BI) ikut mengerek suku bunga dalam negeri.
Baca Juga: Mencermati Saham-Saham Murah Setelah Fenomena Sell In May
BI tetap mempertahankan mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5% di Mei 2022 ini. Hal ini tentu mematahkan ekspektasi yang telah muncul.
Kedua, adanya kekhawatiran oleh pelaku pasar dan investor adanya kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan pasca libur mudik lebaran. Namun, ternyata pemerintah kembali membuka aktivitas lebih lebar jadi membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rebound.
Di sisi lain, Wawan mencermati secara umum earning dari konstituen LQ45 di kuartal pertama 2022 naik signifikan dengan rata-rata kenaikan di 80% secara tahunan. Dia bilang secara Secara historis rata-rata belum saham-saham di Indonesia belum ada yang mahal, kecuali teknologi yang selalu mahal.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Teknikal Saham DIGI, JPFA dan MPMX untuk Hari Selasa (7/6)
"Dari indeks Kompas100 mirip dengan LQ45 dari likuiditas, jadi bisa fokus perbankan terutama bank-bank big four itu valuasi masih menarik. Lalu ada, ICBP, KLBF, UNVR yang kinerjanya membaik dan di saat pemulihan seperti ini akan mengalami kenaikan penjualan," jelas Wawan kepada Kontan.co.id, Senin (6/6).
Sektor lainnya, lanjut Wawan, sektor otomotif juga masih menarik. Kemudian ada sektor telekomunikasi yang bisa menjadi pilihan karena cenderung defensif.
Menurut Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Raditya Pradana bisa dibilang fenomena sell on May pada tahun ini terjadi. Hal ini berkaca dari data Bursa Efek Indonesia yang mencatatkan sepanjang perdagangan Mei IHSG sudah turun 1,11%.
Baca Juga: Lockdown di China Berakhir, Bursa Asia Berseri pada Senin (6/6)
Berdasarkan hitungannya, sektor infrastruktur mengalami diskon dengan penurunan 5,46%. Kemudian ada sektor properti yang terkoreksi 1,95% dan keuangan 5,90% pada Mei 2022.
Sementara, dari indeks konstituen Kompas100, Raditya menyebutkan saham dengan fundamental bagus dan valuasi murah ada ARTO dengan target harga Rp 11.800, BBRI Rp 5.100, WIKA Rp 1.200, WSKT di Rp 1,050, BSDE Rp 1.600 dan CTRA di Rp 1.300.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News