Sudah naik drastis, saham-saham teknologi Grup Kresna kini melorot

Senin, 15 November 2021 | 21:08 WIB   Reporter: Kenia Intan
Sudah naik drastis, saham-saham teknologi Grup Kresna kini melorot

ILUSTRASI. PT NFC Indonesia Tbk (NFCX).


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Saham sektor teknologi melesat paling tinggi di antara sektor lain. Bursa mencatat, kenaikannya mencapai  746,49% sejak awal tahun atau year to date (ytd). Akan tetapi, kenaikannya mulai meredup dalam beberapa waktu terakhir.

Hal itu juga dialami oleh beberapa saham teknologi milik Grup Kresna. Penelusuran Kontan.co.id, dalam tiga bulan terakhir PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) melorot hingga 27,58% menjadi Rp 4.780 per saham. Sementara, PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) tertekan 22,13% menjadi Rp 9.675 per saham.

Adapun PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) menurun 15,64% menjadi Rp 2.750 per saham. PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA) juga tertekan 1,17% menjadi Rp 2.120 per saham.

Sementara, penurunan PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) baru terlihat dalam sebulan terakhir. Tercatat, sahamnya melorot 3,78% menjadi Rp 12.100 per saham.

Baca Juga: Ada sejumlah faktor pemberat, simak prediksi pergerakan IHSG hingga akhir 2021

Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mencermati, tekanan terjadi karena saham-saham teknologi sudah mengalami kenaikan harga yang signifikan sebelumnya. Di sisi lain, Hendriko melihat adanya rotasi saham di bursa menjelang akhir tahun.

Sebagai gambaran, walau sudah mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir, TFAS masih mencetak peningkatan harga 2.555,56% ytd. Saham lainnya seperti DMMX dan NFCX juga terkerek masing-masing 1.065,25% ytd dan 318,83% ytd.

Adapun MCAS dan DIVA  masing-masing masih mengalami penguatan 203,26% ytd dan 75,93%  ytd.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga mengungkapkan, sejak Agustus 2021 emiten-emiten Grup Kesna itu mengalami tren penurunan dari level tertingginya. Akan tetapi, hal ini dinilai wajar karena penguatan signifikan yang terjadi sebelumnya.

Walau cenderung melorot, Herditya memperkirakan, saham-saham tersebut masih memiliki potensi menguat.

"Tampak dari indikator Stochastic dan MACD yang mulai menunjukkan tanda awal pengatan meskipun pada beberapa emiten seperti NFCX dan DIVA belum terkonfirmasi lebih lanjut," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (15/11).

Ia pun lebih menyarankan DMMX dan MCAS untuk trading buy. Target harga DMMX di area Rp 2.850 per saham, sementara target harga MCAS di kisaran Rp 14.00 per saham.

Sementara itu, Hendriko cenderung menyarankan investor untuk memahami betul bisnis yang dijalankan oleh emiten-emiten sektor teknologi.

Baca Juga: IHSG diramal lanjutkan pelemahan pada Selasa (16/11), cermati saham-saham ini

"Memilih emiten dengan potensi membukukan kinerja yang menjanjikan pertumbuhan ke depannya mengingat masih banyak emiten teknologi yang merugi saat ini," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (15/11).

Hendriko sebenarnya masih melihat  potensi saham-saham teknologi kembali menguat. Dengan catatan, terjadi rotasi ke sektor teknologi yang dipicu oleh katalis-katalis positif. Di sisi lain, saham ini bisa menguat kembali apabila emiten-emiten mampu membukukan kinerja yang baik dan sesuai dengan ekspektasi investor.

Sekadar informasi, emiten-emiten Grup Kresna yang sudah merilis laporan keuangan hingga kuartal III 2021 mencetak pertumbuhan yang positif, bahkan beberapa melesat drastis.

Mengutip laporan keuangan, TFAS membukukan kenaikan pendapatan bersih hingga 0,89% year on year (yoy) menjadi Rp 489,88 miliar. Sementara laba bersihnya meningkat 269,95% yoy menjadi Rp 38,40 miliar.

Adapun pendapatan bersih DMMX bertumbuh 105,93%  yoy menjadi Rp 715,85 miliar, dengan kenaikan laba yang lebih yang lebih signifikan yakni 811,93% yoy menjadi Rp 226,18 miliar.

Baca Juga: Jelang akhir tahun, MI mulai ancang-ancang window dressing

Kinerja yang positif juga dicatatkan oleh NFCX dengan pertumbuhan pendapatan 8,71% yoy menjadi Rp 6,44 triliun. Sementara laba bersihnya terkerek 823,39% yoy menjadi Rp 164,88 miliar.

Di sisi lain, DIVA mengalami kenaikan pendapatan bersih hingga 45,54% yoy menjadi Rp 3,61 triliun. Laba bersihnya melesat menjadi Rp 1,24 triliun dari sebelumnya Rp 26,06 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru