Terkoreksi 9,40% ytd, Berikut Pemberat Indeks Sektor Properti

Kamis, 19 Mei 2022 | 18:41 WIB   Reporter: Ika Puspitasari
Terkoreksi 9,40% ytd, Berikut Pemberat Indeks Sektor Properti

ILUSTRASI. Indeks sektor properti mencatat penurunan paling dalam kedua sejak awal tahun.


EMITEN - JAKARTA. Saham-saham properti dan real estate masih terlihat lesu sejak awal tahun. Ini tercermin dari IDX Sector Property & Real Estate yang tertekan hingga 9,40% secara year to date (ytd). Penurunan tersebut menjadi yang paling dalam kedua setelah IDX Sector Technology yang terkoreksi hingga 16%.

Indeks sektor properti juga terpaut cukup jauh dari indeks utama yakni Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih bercokol di zona hijau secara ytd terpantau positif 3,67%.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengungkapkan, cukup banyak sentimen yang menekan sektor properti tahun ini. Seperti diketahui, sektor ini terpantau lesu pada dua tahun sebelumnya imbas dari Covid-19 yang menekan daya beli masyarakat, serta geliat ekonomi yang belum berjalan normal.

Baca Juga: IHSG Menguat 0,44% pada Kamis (19/5), Asing Mencatat Net Sell

Meski tahun ini sudah terjadi pemulihan ekonomi yang cukup signifikan, ada sentimen negatif lain yang masih membayangi sektor properti. Harga-harga komoditas dunia yang masih tinggi, khususnya komoditas pertambangan seperti besi dan baja menyebabkan harga bahan baku atau material bangunan naik yang bisa menekan margin emiten properti.

"Selanjutnya ada kenaikan suku bunga The Fed, yang dikuatirkan pula dapat memicu kenaikan suku bunga BI. Jika hal ini terjadi, maka dapat menurunkan minat masyarakat untuk memiliki properti dengan cara financing," papar Frankie kepada Kontan.co.id, Kamis (19/5).

Di lain sisi, Frankie melihat sektor properti sebenarnya masih memiliki katalis kuat untuk naik, setidaknya akhir tahun menuju tahun 2023 mendatang. Sentimen positif datang dari harga komoditas yang tinggi seperti CPO dan batubara. Pada umumnya secara siklus, setelah sektor komoditas naik akan disusul sektor properti.

Baca Juga: Realisasi IPO 2022 Sudah Lebih Tinggi, Semester Kedua Bakal Makin Semarak

Selain itu, meski The Fed menaikan suku bunga dan memicu BI turut menaikkan suku bunga, tetapi dengan tingkat inflasi Indonesia yang masih sangat terjaga kemungkinan suku bunga Indonesia tidak naik signifikan dan tidak dalam waktu dekat.

Dari jajaran saham-saham properti, Frankie menyarankan agar pelaku pasar bisa melirik emiten properti yang menorehkan perbaikan dan pertumbuhan kinerja. Seperti PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dengan target harga Rp 1.100 per saham, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dengan target harga di Rp 1.000 per saham, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dengan target harga di Rp 800-Rp 900 per saham, PT Alam Sutera Realty (ASRI) dengan target harga di Rp 190 per saham, dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dengan target harga di level Rp 600 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati

Terbaru