Wall Street: Indeks S&P 500 dan Nasdaq Ditutup Melemah, Terseret Kekhawatiran Resesi

Rabu, 25 Mei 2022 | 08:00 WIB Sumber: Reuters
Wall Street: Indeks S&P 500 dan Nasdaq Ditutup Melemah, Terseret Kekhawatiran Resesi


WALL STREET - NEW YORK. Wall Street berhasil memangkas koreksi jelang penutupan. Namun, hal tersebut tak mampu membuat indeks S&P 500 dan Nasdaq untuk ditutup menguat. Tekanan bagi bursa Amerika Serikat (AS) datang karena kekhawatiran bahwa langkah agresif Federal Reserve untuk mengekang inflasi tinggi dapat mendorong ekonomi ke dalam resesi.

Selasa (24/5), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 48,38 poin atau 0,15% menjadi 31.928,62, indeks S&P 500 melemah 32,27 poin atau 0,81% ke 3.941,48 dan indeks Nasdaq Composite turun 270,83 poin atau 2,35% ke 11.264,45.

Enam dari 11 sektor utama pada indeks S&P 500 mengakhiri sesi di wilayah negatif. Di mana, sektor layanan komunikasi dan diskresi konsumen menderita persentase kerugian terbesar.

Sebenarnya, ketiga indeks saham utama AS tersebut memangkas kerugian jelang penutupan. Bahkan indeks Dow Jones yang berisi saham blue-chip berubah positif.

Meski begitu, indeks S&P 500 berakhir hanya 2,2 poin persentase di atas, yang mengkonfirmasi, telah berada di pasar bearish sejak mencapai level tertinggi sepanjang masa pada 3 Januari.

"Saat kami mundur dan mengakui katalis pasar utama, ini benar-benar tentang poros The Fed dan perubahan suku bunga, yang telah memengaruhi harga di seluruh pasar modal," kata Bill Northey, Senior Investment Director US Bank Wealth Management di Helena, Montana.

Baca Juga: Wall Street Anjlok, Proyeksi Penurunan Pendapatan Snap Picu Aksi Jual

"Dalam dua minggu terakhir, kami telah melihat beberapa tingkat kemerosotan ekonomi makro mulai dimanifestasikan dalam pendapatan perusahaan dan rilis ekonomi," lanjut Northey.

Sebagian besar aksi jual didorong oleh peringatan keuntungan dari Snap Inc, yang membuat saham perusahaan anjlok 43,1%, memicu koreksi di seluruh sektor saham media sosial.

Alhasil, saham Meta Platforms Inc, Alphabet Inc, Twitter Inc dan Pinterest Inc ambles dalam kisaran 5% hingga 24%. Sementara itu, sektor Layanan Komunikasi pada indeks S&P 500 yang lebih luas turun 3,7%.

Gangguan rantai pasokan global telah diperburuk oleh perang Rusia dengan Ukraina dan tindakan pembatasan di China untuk mengendalikan wabah COVID-19 terbaru, mengirimkan inflasi ke level tertinggi selama beberapa dekade.

The Fed telah berjanji untuk secara agresif mengatasi pertumbuhan harga yang persisten dengan menaikkan biaya pinjaman, dan risalah dari pertemuan kebijakan moneter terbaru, yang diharapkan dirilis hari ini akan diuraikan oleh pelaku pasar untuk petunjuk mengenai kecepatan dan tingkat tindakan tersebut.

Investor saat ini mengharapkan serangkaian kenaikan suku bunga 50 basis poin selama beberapa bulan ke depan, memicu kekhawatiran bahwa bank sentral dapat mendorong ekonomi ke dalam resesi, sebuah skenario yang semakin dimasukkan ke dalam proyeksi analis.

Baca Juga: Permintaan dari Segmen Korporat Meningkat, Zoom Menaikkan Proyeksi Laba di Tahun Ini

"Besok kami melihat ke risalah FOMC untuk tanda-tanda bahwa pendekatan terhadap kebijakan moneter mungkin condong lebih hawkish atau dovish daripada yang ditetapkan pada pertemuan terakhir," tegas Northey.

Data yang dirilis pada hari Selasa melukiskan gambaran memudarnya momentum ekonomi, dengan penurunan penjualan rumah baru dan aktivitas bisnis yang melambat.

Di sisi lain, Gubernur European Central Bank Christine Lagarde mengharapkan, suku bunga deposito ECB dinaikkan setidaknya 50 basis poin pada akhir September.

Pada sesi ini, saham pengecer pakaian Abercrombie & Fitch Co jatuh 28,6%, setelah membukukan kerugian kuartalan yang mengejutkan dan memangkas prospek penjualan dan margin tahunannya.

Saham Zoom Video Communications Inc melonjak 5,6%, menyusul kenaikan laba setahun penuh karena permintaan perusahaan yang solid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari

Terbaru