Wall Street Jatuh: S&P 500 Konfirmasi Pasar Bearish, Kekhawatiran Resesi Meningkat

Selasa, 14 Juni 2022 | 08:00 WIB Sumber: Reuters
Wall Street Jatuh: S&P 500 Konfirmasi Pasar Bearish, Kekhawatiran Resesi Meningkat


WALL STREET - NEW YORK. Wall Street jatuh dengan indeks S&P 500 mengkonfirmasikan berada di pasar bearish dan meningkatkan kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga agresif dari Federal Reserve dapat mendorong ekonomi ke dalam resesi.

Senin (13/6), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 2,79% menjadi 30.516,74, indeks S&P 500 ambles 3,88% ke 3.749,63 dan indeks Nasdaq Composite anjlok 4,68% ke 10.809,23.

Dengan hasil ini, indeks acuan S&P telah melemah selama empat hari berturut-turut dan berada di penurunan beruntun terpanjang dalam tiga bulan. Alhasil, indeks S&P 500 sudah jatuh 21,8% dari rekor penutupan tertinggi yang dicetak pada 3 Januari silam dan mengkonfirmasi pasar bearish dimulai, menurut definisi yang umum digunakan.

Pada perdagangan kali ini, semua sektor utama pada indeks S&P turun tajam, dengan hanya 5 komponen S&P 500 yang berada di wilayah positif hari ini.

Pasar berada di bawah tekanan pada tahun ini karena kenaikan harga, termasuk lonjakan harga minyak sebagian karena perang di Ukraina, telah menempatkan The Fed mengambil tindakan tegas untuk memperketat kebijakan moneternya, seperti kenaikan suku bunga.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Ditutup Menguat di Awal Pekan, Pasokan Terbatas

The Fed dijadwalkan untuk membuat pengumuman kebijakan berikutnya pada Rabu (15/6) dan investor akan sangat fokus pada petunjuk seberapa agresif bank sentral akan menaikkan suku bunga.

Saham kelas berat dengan pertumbuhan tinggi seperti Apple Inc, Microsoft Corp dan Amazon.com Inc adalah hambatan terbesar pada indeks S&P 500. Dengan imbal hasil US Treasury tenor acuan 10-tahun mencapai 3,44% , level tertinggi sejak April 2011.

Saham-saham di sektor pertumbuhan tinggi cenderung mengalami penurunan pendapatan dalam lingkungan tingkat kenaikan tersebut.

Rilis data harga konsumen (CPI) yang lebih panas dari perkiraan pada hari Jumat (10/6), mendorong para pedagang untuk memperkirakan kenaikan suku bunga secara total 175 basis poin (bps) pada bulan September, sementara ekspektasi untuk kenaikan 75 basis poin pada pertemuan Juni telah melonjak menjadi hampir 30%, dari 3,1% di pekan lalu, menurut CME Fedwatch Tools.

Baca Juga: Dolar AS Semakin Kuat, Kebijakan Moneter Bisa Makin Ketat

"Pasar telah mencoba untuk menggalang gagasan bahwa inflasi telah mencapai puncaknya, dan The Fed tidak perlu menjadi lebih agresif," kata Ross Mayfield, Investment Strategy Analyst Baird di Louisville, Kentucky.

"Cerita itu berantakan pada hari Jumat dengan laporan CPI, menunjukkan inflasi luas yang mengakar di mana pun Anda melihat," lanjut Mayfield.

Sementara itu, kurva imbal hasil US Treasury tenor acuan 10-tahun dan 2-tahun secara singkat terbalik untuk pertama kalinya sejak April. Ini dilihat oleh pelaku pasar sebagai sinyal yang dapat diandalkan bahwa resesi bisa datang dalam satu atau dua tahun ke depan.

Pasar bearish S&P 500 terpanjang berlangsung lebih dari lima tahun, dimulai pada 6 Maret 1937 dan berakhir pada 29 April 1942. Sementara yang terpendek berlangsung lebih dari sebulan, dimulai, pada 19 Februari 2020 dan berakhir pada 23 Maret 2020, menurut untuk Indeks S&P Dow Jones.

Berdasarkan data CFRA Reserch, diperlukan waktu rata-rata lebih dari satu tahun bagi indeks untuk mencapai titik terendahnya selama pasar bearish, dan kemudian kira-kira dua tahun lagi untuk kembali ke level tertinggi sebelumnya.

Di sisi lain, indeks Nasdaq Composite, yang mengalami penurunan keempat berturut-turut, mengkonfirmasi berada di wilayah pasar bearish pada 7 Maret dan telah turun sekitar 30% di tahun ini.

Indeks Volatilitas CBOE, juga dikenal sebagai pengukur ketakutan Wall Street, melonjak ke level tertinggi sejak 9 Mei di 35,05 sebelum ditutup di 34,02. Namun, banyak analis melihat level tersebut agak tenang dan bisa berarti lebih banyak tekanan jual akan terjadi.

Baca Juga: Peter Lynch Gabungkan 2 Gaya Investasi Ini untuk Raup Untung 29% per Tahun

"Ini adalah pasar yang tidak terlihat seperti menyerah sebanyak frustrasi," ujar Rob Haworth, Senior Investment Strategist di US Bank Wealth Management di Seattle.

"Bahkan dengan beberapa sekuritas yang membuang, itu tidak cukup dalam, cukup keras untuk melihat bahwa orang-orang telah mengambil posisi," lanjutnya.

Pada perdagangan ini, aset kripto dan dan saham terkait blockchain, termasuk Riot Blockchain, Marathon Digital Holdings dan Coinbase Global, semuanya jatuh karena bitcoin merosot lebih dari 10% setelah perusahaan pemberi pinjaman kripto utama AS, Celsius Network, membekukan penarikan dan transfer mengutip kondisi "ekstrim".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari

Terbaru