Waspada! Ini Sentimen yang Membayangi Bursa Saham Indonesia

Rabu, 29 Juni 2022 | 07:34 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
 Waspada! Ini Sentimen yang Membayangi Bursa Saham Indonesia

ILUSTRASI. Petugas kebersihan melintasi layar digital pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (24/6/2022). Waspada! Ini Sentimen yang Membayangi Bursa Saham Indonesia. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc.


IHSG - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) masih dibayangi beberapa dari dalam negeri maupun luar negeri.

Salah satu sentimen yang membayangi bursa saham Indonesia saat ini dan masa-masa mendatang adalah kondisi pasar saham di Amerika Serikat (AS).

Indeks S&P di AS yang sedang mengalami pelemahan (bear rally) menjadi salah satu sentimen terbesar yang berpengaruh terhadap pasar modal Indonesia.  

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Pilihan Saham untuk Perdagangan Rabu (29/6)

Kepala Riset Aldiracita Sekuritas Agus Pramono melihat bursa saham AS sedang berada dalam kondisi yang tidak stabil.

Kenaikan suku bunga acuan beberapa kali oleh The Fed. Agus mungkin menyebabkan Inflasi dan resesi yang tidak terkendali pada pasar modal AS.

Bahkan, menurut riset Bloomberg, peluang Amerika Serikat untuk mengalami resesi mencapai 33%. Hal ini menunjukkan faktor ketidakpastian di AS masih cukup tinggi.

Kenaikan harga komoditas akibat perang Ukraina-Rusia serta pembukaan kembali aktivitas ekonomi (economic reopening) juga menjadi sentimen yang mempengaruhi bursa saham Indonesia.

Namun, soal ini Indonesia diuntungkan fenomena booming komoditas. Ini tercermin pada current account domestik yang mengalami surplus.

Melambungnya harga komoditas juga berdampak terhadap penjualan kendaraan bermotor dan juga penjualan semen.

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG untuk Perdagangan Hari Ini, Rabu (29/6)

“Saya melihat harga komoditas mulai berdampak ke daya beli masyarakat,” terang Agus di Jakarta, Selasa (28/6).

Namun, Agus menduga harga komoditas akan mulai melandai pada kuartal ketiga.

Secara perlahan, sejumlah komoditas yang tadinya memanas akan mulai mendingin.

Hanya saja, untuk batubara, Agus menilai harga komoditas energi ini masih akan tetap tinggi. Faktor ketidakpastian perang antara Rusia dengan Ukraina masih menjadi penyebabnya.

Baca Juga: Terkoreksi pada Perdagangan Selasa, Simak Proyeksi IHSG untuk Rabu (29/6)

Bursa saham juga dihadapkan pada kondisi kenaikan inflasi dan kenaikan tingkat suku bunga. Inflasi yang tinggi akan membuat bank sentral menaikkan suku bunga.

“Masa seperti ini membuat volatilitas tinggi. Ini yang menjadi risiko,” sambung dia.

Pada kuartal ketiga, pasar akan melihat sikap BI dan sikap The Fed.

Menurut Agus, Bank Indonesia akan mulai menaikkan tingkat suku bunganya pada kuartal ketiga 2022.

Proyeksi dia, bank sentral Indonesia ini bisa menaikkan suku bunga  BI-7DRRR sebesar 50 basis points (bps) sampai 75 bps di tahun ini.

Hanya saja, perlambatan pertumbuhan ekonomi global masih menjadi ancaman.

Perlambatan ekonomi akan membuat harga komoditas menurun dengan cepat seiring melemahnya permintaan.

Baca Juga: Asing Banyak Menadah Saham-Saham Ini di Tengah Penurunan IHSG, Selasa (28/6)

Lebih lanjut, perang dagang dan berlanjutnya konflik antara Rusia dengan Ukraina akan menyebabkan disrupsi pada rantai supply, yang menyebabkan kondisi tingginya permintaan namun dengan penjualan yang rendah.

Aldiracita Sekuritas sendiri memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada di rentang 7.200 sampai 7.500 hingga akhir tahun ini.

Sejumlah sentimen diyakini bisa mendorong IHSG selama paruh kedua 2022, seperti pertumbuhan earnings emiten di kuartal kedua 2022.

Tingkat perekonomian juga diyakini akan kembali ke waktu sebelum pandemi (pre-Covid).

Di sisi lain, masa transisi kenaikan suku bunga menjadi risiko. Di kuartal ketiga sendiri, Agus memprediksi IHSG akan bergerak di rentang 6.900-7.200.

“Ekspektasi yang bagus sebagian besar sudah di-price in oleh pasar,” terang dia.

Saham pilihan

Menurut Agus, sektor yang dapat dicermati oleh investor pada semester kedua 2022 diantaranya sektor barang konsumsi primer, komoditas, komunikasi, dan perbankan.

Saham-saham pilihan dia antara lain PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Japfa Confeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).

Meskipun sensitif terhadap suku bunga, saham BBTN dinilai atraktif karena valuasinya yang murah. Margin memang akan menurun jika suku bunga naik. Hanya saja, loan growth diyakini akan tetap tinggi.

JPFA yang merupakan saham sektor consumers non-cyclical diuntungkan dengan kenaikan harga ayam broiler. INCO dan PTBA diuntungkan dengan fenomena booming komoditas.

Sementara TLKM disokong oleh prospek industri telekomunikasi yang cukup tangguh. 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hasbi Maulana

Terbaru