EMITEN - JAKARTA. Bisnis properti di kawasan Transit Oriented Development (TOD) mulai menjamur, terutama di kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya. Salah satunya emiten yang turut mengembangkan properti TOD adalah PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN).
Marketing Director Agung Podomoro Land Agung Wirajaya mengatakan, pihaknya menggarap proyek Kota Podomoro Tenjo yang mana hunian ini memiliki konsep TOD di wilayah pinggiran Jakarta. Proyek ini pun terintegrasi dengan Stasiun Tenjo dan Tigaraksa yang menghubungkan arus penumpang dari dan menuju Jakarta.
Agung mengklaim, proyek Kota Podomoro Tenjo memiliki capaian penjualan yang positif. Sejak Agustus 2022, sudah ada lebih 5.000 unit rumah yang terjual di Kota Podomoro Tenjo. “Kisaran harga rumah di sana mulai dari Rp 250 jutaan sampai Rp 1 miliaran,” kata dia, Selasa (16/5).
Baca Juga: Dorong KPR, Bank Mandiri Gandeng Agung Podomoro Land
Selain itu, APLN juga memiliki proyek Podomoro Golf View Cimanggis yang berada sekitar 100 meter dari pintu keluar Cimanggis dari jalan tol Jagorawi. Proyek yang dikembangkan sejak 2018 ini berdekatan dengan proyek LRT Jabodebek.
Sampai saat ini, terdapat 5.000 unit apartemen di Podomoro Golf View yang terjual ke konsumen dengan kisaran harga Rp 400 jutaan sampai Rp 900 jutaan. Proyek ini juga menghasilkan penjualan rumah sebanyak 600 unit di kisaran harga Rp 1 miliar sampai Rp 3,5 miliar.
Prospek hunian berbasis TOD, menurut Agung, akan semakin positif pada tahun-tahun mendatang. Permintaan terhadap properti TOD pun terus meningkat, terutama dari konsumen kalangan pekerja yang membutuhkan tempat tinggal yang dekat dengan akses transportasi umum, sehingga mobilitasnya makin efisien.
Meski tak disebut secara gamblang, APLN tak menampik peluang untuk mengembangkan proyek properti TOD di wilayah lainnya. “Kami akan terus mengembangkan kawasan TOD di lokasi-lokasi yang infrastrukturnya sudah siap untuk mendukung konsep tersebut,” jelas dia.
Sementara itu, Colliers Indonesia menilai bahwa bisnis properti TOD memang menjanjikan. Proyek-proyek TOD pun dianggap lebih tahan terhadap gejolak ekonomi dibandingkan proyek non-TOD, terutama selama pandemi Covid-19 berlangsung.
Berdasarkan riset berjudul “Are TOD Apartments More Desirable?” yang dirilis April 2023, Colliers mencatat, rata-rata penjualan TOD tumbuh 10,3% hingga akhir 2022. Di sisi lain, proyek non-TOD hanya mencatatkan pertumbuhan penjualan rata-rata 3,8% pada periode yang sama.
Sebanyak 61% pembeli properti TOD adalah pengguna akhir atau end user, sedangkan sisanya 39% adalah investor. Proyek properti TOD biasanya menyasar konsumen end user yang aktivitas kesehariannya sangat bergantung pada transportasi umum.
“Namun, pembeli kalangan investor juga tertarik untuk berinvestasi dengan harapan unit tersebut akan lebih menarik bagi penyewa karena dekat dengan transportasi umum,” tulis Ferry Salanto, Senior Associate Director Research Colliers Indonesia dalam riset tersebut.
Ke depannya, kebutuhan terhadap hunian berbasis TOD akan meningkat seiring kenaikan tarif tol secara periodik, kenaikan harga BBM, pajak kendaraan bermotor, pembatasan pelat ganjil, tarif parkir yang tinggi, hingga realisasi penerapan ERP di beberapa ruas jalan Jakarta.
Belum lagi, masyarakat juga dihadapkan dengan kemacetan jalan raya yang tidak diimbangi dengan penambahan ruas jalan, sehingga permintaan hunian TOD meningkat.
Di sisi lain, keberhasilan TOD juga ditentukan oleh realisasi rencana pemerintah dalam menyediakan infrastruktur transportasi massal yang terjangkau dan ramah lingkungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News