EMITEN - JAKARTA. PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) mencatatkan penurunan produksi minyak sawit mentah (CPO) dan inti sawit (PK) di kuartal I 2023. Efeknya, pendapatan perseroan melorot di kuartal I 2023.
Adapun ANJT mencetak pendapatan sebesar US$ 50,87 juta. Angka itu turun 32,65% dibandingkan kuartal I 2022 sebesar US$ 75,54 juta.
Manajemen ANJT menjelaskan, produksi CPO dan PK mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,6% dan 2,5% menjadi 60.051 metrik ton (MT) dan 11.517 mt. Utamanya, disebabkan oleh pembelian TBS eksternal yang jauh lebih rendah di perkebunan Sumatera Utara I.
Hal ini disebabkan oleh pembatasan akses jalan pada ukuran truk pengantar TBS yang diterapkan oleh pemerintah daerah. Batas akses jalan telah dicabut pada April 2023 dan perseroan telah melanjutkan pembelian TBS eksternal di perkebunan Sumatera Utara I.
Baca Juga: Austindo (ANJT) Cetak Rugi Bersih pada Kuartal I 2023, Simak Penyebabnya
"Perseroan juga melaporkan penurunan volume penjualan CPO sebesar 3,3% menjadi sebesar 58.103 MT pada kuartal I 2023 dibandingkan dengan 60.057 MT pada kuartal I 2022 sebagai dampak dari produksi CPO dan PK yang lebih rendah," jelasnya, Jumat (28/4).
Perseroan juga mencatatkan harga jual rata-rata (HJR) untuk CPO sebesar US$ 776/metrik ton (MT) di kuartal I 2023.
Angka itu mencerminkan 27,5% lebih rendah dari HJR kuartal I 2022 sebesar US$ 1.069/MT. Sedangkan HJR untuk PK pada kuartal I 2023 sebesar US$ 382/MT, mengalami penurunan sebesar 56,7% dari HJR kuartal I 2022 sebesar USD 882/MT.
Alhasil, pendapatan dari CPO alami penurunan 29,86% secara tahunan (YoY) menjadi US$ 45,08 juta. Lalu, pendapatan dari PK juga merosot 55,22% YoY menjadi US$ 4,71 juta.
Baca Juga: Tambah Gedung Data Center, Indointernet (EDGE) Siapkan Capex Rp 1 Triliun
Hanya produksi tandan buah segar (TBS) yang mengalami kenaikan 8,7% menjadi 189.662 MT dari 174.424 MT. Hampir seluruh perkebunannya mencetak pertumbuhan produksi, hanya perkebunan di Papua Barat Daya yang mengalami penurunan TBS sebesar 8,1%.
"Akibat tandan partenokarpi yang disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi selama tahun 2022 yang mempengaruhi pembentukan buah dan sebagai akibatnya juga mempengaruhi kualitas TBS yang dikirim ke pabrik," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News