Bagaimana Arah Pergerakan IHSG di Tengah Invasi Rusia ke Ukraina?

Jumat, 25 Februari 2022 | 06:00 WIB   Reporter: Ika Puspitasari
Bagaimana Arah Pergerakan IHSG di Tengah Invasi Rusia ke Ukraina?


BURSA EFEK INDONESIA / BEI - JAKARTA. Memanasnya konflik Rusia-Ukraina turut membuat pasar saham Indonesia parkir di zona merah pada perdagangan Kamis (24/2). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 1,48% atau 102,24 poin ke level 6.817,82.

Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus mengatakan, kabar invasi Rusia ke Ukraina menjadi sentimen negatif jangka pendek untuk pasar saham Indonesia.

“Selama perang tidak berlangsung lama, saya perkirakan efek sentimen negatif ini hanya sementara dan tidak akan berpengaruh banyak terhadap pasar saham Indonesia,” ungkapnya, Kamis (24/2).

Baca Juga: Mengukur Efek Perang Rusia-Ukraina Terhadap Ekonomi Indonesia

Melihat fundamental Indonesia yang masih solid, Daniel memandang IHSG masih berpotensi menuju ke level 7.200 hingga tutup tahun 2022, dengan catatan IHSG tidak kembali turun ke bawah level 6.648.

Menurutnya, dengan adanya tensi yang semakin meninggi antara Rusia dan Ukraina bisa membuat harga energi terutama harga minyak dan gas melonjak.

Indonesia sebagai pengimpor minyak dan gas berpotensi untuk terkena dampak dari kenaikan harga komoditas ini. Di lain sisi, konflik tersebut juga dapat mengakibatkan inflasi naik dan dapat membebani APBN apabila perang terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama.

Di tengah memanasnya konflik antara Rusia dan Ukraina, Danie menilai investor kembali memburu saham-saham berbasis komoditas seperti sektor minyak, batu bara, CPO dan komoditas lainnya. Saham sektor tersebut diproyeksikan akan mendapat sentimen positif seiring dengan kenaikan harga komoditasnya.

Baca Juga: Rusia Gempur Ukraina, Bursa Saham Eropa dan Global Serentak Melorot

Ia menyarankan agar investor perlu mencermati perkembangan geopolitik di Ukraina-Rusia terutama seberapa lama perang akan berlangsung.

Apabila harga minyak naik terus menerus, maka inflasi bisa melonjak dan The Fed bisa meningkatkan suku bunga lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya untuk meredam inflasi tersebut.

Ia menambahkan, saham-saham berbasis komoditas minyak, batubara, CPO, dan nickel bisa dijadikan watchlist dalam beberapa minggu ke depan. “Seiring dengan kenaikan harga komoditasnya, sektor ini akan paling diuntungkan dengan adanya perang tersebut,” tambahnya.

Baca Juga: Asing Net Buy Rp 899 Miliar Saat IHSG Anjlok, Ini Saham yang Banyak Ditadah

Tak hanya itu, sambung Daniel, sementara investor bisa mengalihkan asset beresiko seperti saham dan kripto ke asset yang lebih aman seperti emas atau deposito. Idealnya dengan kondisi saat ini porsi investasi sebesar 70% untuk asset yang tak berisiko.

Equity Analyst PT Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora menuturkan, dari segi fundamental, terjadinya perang Rusia-Ukraina ini dapat membawa kontribusi positif bagi Indonesia, karena Indonesia merupakan penghasil komoditas terbesar di dunia.

“Sebaiknya para pelaku pasar untuk menghindari saham-saham yang memiliki market cap besar yang bisa menjadi penekan indeks,” ungkap Andhika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru