Berikut Sejumlah Saham Pilihan Saat Harga komoditas Sedang Melejit

Minggu, 06 Maret 2022 | 19:25 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
Berikut Sejumlah Saham Pilihan Saat Harga komoditas Sedang Melejit

ILUSTRASI. Lonjakan harga komoditas turut menggerakkan saham-saham yang berkaitan dengan komoditas.


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Konflik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina menyulut kenaikan harga sejumlah komoditas, khususnya komoditas energi. Harga batubara, minyak, dan gas misalnya, merangkak naik di tengah kekhawatiran krisis energi.

Selain  itu, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) serta harga komoditas logam seperti nikel juga turut naik. Sentimen ini turut menggerakkan saham-saham yang berkaitan dengan komoditas, baik batubara maupun komoditas logam. Pasar pun diperkirakan bakal melirik saham-saham di sektor komoditas.

Analis BCA Sekuritas Mohammad Fakhrul Arifin melihat, dengan tren yang ada saat ini, rotasi sektor paling tidak masih akan bertahan dalam beberapa waktu ke depan. Setidaknya hal ini terjadi sampai pertengahan tahun ini, dengan asumsi perang dari Ukraina - Rusia akan menjadi fakor penentu (driving factor) yang utama.

Meski demikian, pemulihan (recovery) ekonomi juga masih akan menjadi tema penting di tahun ini. Sehingga, sektor yang diuntungkan dari pemulihan ekonomi seperti perbankan masih akan menjadi primadona. Terlebih dengan melihat hasil kinerja keuangan emiten perbankan tahun lalu yang memuaskan.

Baca Juga: Mengintip Rekomendasi Saham Emiten Penghuni Indeks Kompas100, Saham Apa yang Menarik?

Fakhrul menilai, saat ini kenaikan harga komoditas tentu sangat berdampak baik terhadap saham sektor komoditas. Hal tersebut  akan terus menjaga level Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ada saat ini.

Namun secara garis besar, harus juga dilihat secara komponen ke indeks, yakni sebesar apa pembobotannya. “Berdampak banyak di sini tergantung dari performanya secara aggregat atau tidak, apalagi seperti beberapa waktu terakhir ini, tentu saja secara tidak langsung (kenaikan saham komoditas) dapat mengangkat IHSG,” tutur Fakhrul saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (6/3).

Menurut dia, tren kenaikan komoditas yang terjadi saat ini sangat bergantung terhadap isu geopolitik. Asumsinya, paling tidak akan berfluktuasi hingga pertengahan tahun ini.

Di saat yang sama, dengan adanya katalis lain seperti dividen jumbo dari emiten perbankan seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) tentunya akan memoles daya tarik pasar saham domestik. Pada akhirnya, hal ini akan menarik investor asing untuk masuk ke Indonesia.

Dus, BCA Sekuritas memproyeksikan IHSG hingga akhir tahun berada di kisaran 7.600 – 7.700.

Fakhrul melanjutkan, inti dari pergerakan harga komoditas saat ini didasari oleh isu geopolitik yang saat ini terjadi. Sehingga, Fakhrul tidak memungkiri jika harga komoditas menurun maka dapat memangkas outlook positif dari perusahaan komoditas.

Jika nantinya harga komoditas mulai melandai, menurut Fakhrul, hal itu bisa menjadi salah satu indikator pemulihan sektor lain. Sehingga, penurunan saham komoditas nantinya dapat ditopang oleh recovery story oleh sektor lainnya juga. “Harusnya tidak akan menurunkan IHSG secara signifikan,” kata Fakhrul.

Sektor komoditas masih seksi

Menurut Fakhrul, dalam keadaan yang sangat tidak menentu saat ini, terutama dengan melihat perkembangan dari perang yang belum akan berakhir, sektor komoditas akan menjadi salah satu sektor yang seksi untuk diperhatikan.

Namun untuk lebih aman, dia mengimbau investor tidak hanya berfokus pada saham di satu sektor saja, melainkan melakukan diversifikasi aset di sektor yang menonjol lainnya yang sejalan dengan tema di tahun ini, yakni pemulihan ekonomi.

Baca Juga: Proyeksi Optimistis, IHSG Diprediksi Bisa Capai 7.400 Hingga Akhir Tahun Ini

Dalam laporannya tertanggal 24 Februari 2022, Analis Ciptadana Sekuritas Asia Arief Budiman merekomendasikan investor untuk mengakumulasi saham berbasis komoditas dalam situasi saat ini. Ketegangan yang masih berlangsung dapat mendukung kenaikan saham-saham ini lebih lanjut.

Di sisi lain, Arief merekomendasikan investor untuk menghindari perusahaan yang komponen energi dan komoditas menjadi kontributor besar bagi beban pokok penjualan atau cost of good sold (COGS), seperti emiten semen dan  emiten consumer good.

Portofolio pilihan saat ini adalah beli saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan target harga Rp 8.650, PT Bank Jago Tbk (ARTO) dengan target harga  Rp 22.500, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan target harga Rp 4.900, dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dengan target harga Rp 4.500.

Ciptadana Sekuritas juga merekomendasikan  beli saham PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan target harga Rp 30.000,  PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dengan target harga yang masih under review, PT Harum Energy Tbk (HRUM dengan target harga Rp 16.000. Lalu saham PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) dengan target harga Rp 1.150,  dan PT Bundamedik Tbk (BMH) dengan target harga Rp1.630.

Arief menilai, fluktuasi pasar akan menjadi peluang untuk melakukan akumulasi. Hal ini berkaca pada data historis bahwa perang dan pengaruhnya terhadap pasar saham harus dilihat sebagai peluang membeli saham yang berkualitas. Oleh karena itu, Ciptadana Sekuritas mempertahankan target IHSG akhir tahun pada level 7.300.

Baca Juga: Menguat 0,87% di Akhir Pekan, Simak Proyeksi Pergerakan IHSG, Senin (7/3)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat

Terbaru