Bukit Asam (PTBA) akan berfokus pada sejumlah proyek hilir dan diversifikasi bisnis

Sabtu, 13 Maret 2021 | 21:30 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
Bukit Asam (PTBA) akan berfokus pada sejumlah proyek hilir dan diversifikasi bisnis


EMITEN - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan berfokus pada sejumlah proyek hilir dan diversifikasi bisnis tahun ini. Rencana ini sesuai dengan jargon emiten pelat merah ini, yakni beyond coal.

Salah satu proyek yang menjadi fokus PTBA adalah proyek gasifikasi batubara, hasil kerjasama dengan Pertamina dan Air Products Chemical Inc.

Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin menyebut, PTBA telah meneken perjanjian kerjasama atau cooperation agreement  pada 11 Februari 2021. Proyek yang menghasilkan produk Dimethyl Ether atau DME tersebut diharapkan bisa menjadi produk substitusi  untuk mengurangi impor liquefied petroleum gas (LPG).

Terlebih, proyek prestisius ini juga mendapat sokongan pemerintah dengan terbitnya Perpres 109 Tahun 2020 yang ditandatangani pada 17 November 2020 oleh Presiden Joko Widodo.

Baca Juga: Outlook batubara membaik, Bukit Asam (PTBA) bidik penjualan 30,7 juta ton pada 2021

Perpres ini menjadikan proyek gasifikasi batubara di Tanjung Enim dan Kawasan Industri – Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) – Tanjung Enim sebagai sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN).

“Kami meyakini proyek pengembangan DME batubara bisa berjalan sesuai rencana untuk mulai beroperasi di kuartal II-2024,” ujar Arviyan saat konferensi pers virtual, Jumat (12/3).

Arviyan juga membeberkan kemajuan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Mulut Tambang Sumsel 8, yang tingkat penyelesaiannya mencapai 72%  per Februari 2021. Proyek yang nantinya membutuhkan 5,4 juta ton batubara pertahun ini ditargetkan beroperasi penuh secara komersial pada Maret 2022.

PTBA juga merambah ke segmen pengembangan karbon aktif batubara. PTBA berencana mengembangkan pabrik karbon aktif di Kawasan Industri Tanjung Enim untuk memproduksi karbon aktif sebanyak 12.000 ton per tahun dengan mengolah sebanyak 60.000 ton batubara per tahun.

Sejumlah kajian tambahan termasuk tambahan uji sample batubara guna menghasilkan produk akhir yang optimal serta optimasi pemilihan teknologi yang digunakan sedang dalam proses di tahun  ini.

Karbon aktif  sendiri dapat dimanfaatkan untuk proses penjernihan dan pemurnian air hingga pemurnian gas dan udara.

Tak hanya di segmen batubara, emiten pelat merah ini juga PTBA berencana menggarap proyek pengembangan energi terbarukan, yakni pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di lahan pasca tambang milik perusahaan yang berada di Ombilin, Sumatra Barat, dan Tanjung Enim, Sumatra Selatan.

Masing-masing lahan bekas tambang akan terpasang PLTS dengan kapasitas mencapai 200 MW. Saat ini, PLTS sedang dalam tahap pembahasan dengan perusahaan listrik negara (PLN) untuk bisa menjadi Independent Power Producer (IPP) dan ditargetkan mulai bisa beroperasi pada tahun 2022.

“Dana investasi (untuk PLTS) ini sedang dikaji, kami mencari teknologi yang paling efisien,” kata Arviyan.

Sementara itu, emiten yang berbasis di Sumatera Selatan ini mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp 3,8 triliun. Capex ini lebih tinggi dari serapan capex tahun lalu yang hanya Rp1,3 triliun.

 

Selanjutnya: Sepanjang 2020, Bukit Asam (PTBA) jual 26,12 juta ton batubara

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .
Terbaru