Cermati rekomendasi saham emiten batubara saat harga batubara sedang naik

Senin, 31 Mei 2021 | 07:20 WIB   Reporter: Hikma Dirgantara
Cermati rekomendasi saham emiten batubara saat harga batubara sedang naik


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Harga batubara masih terus membara. Merujuk data Bloomberg, harga batubara ICE Newcastle untuk kontrak September 2021 telah berada di level US$ 107 per ton pada perdagangan Jumat (28/5). Level tersebut merupakan yang tertinggi dalam beberapa waktu terakhir.

Analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu memproyeksikan, rata-rata harga batubara pada akhir semester I-2021 akan berada di kisaran US$ 92-US$ 95 per ton. Menurutnya, jika harga tersebut bisa bertahan, atau malah masih menguat, tentu akan mendorong kinerja emiten batubara pada kuartal II-2021.

Sementara itu, analis Phillip Sekuritas Indonesia Michael Filbery memperkirakan, harga acuan batubara pada tahun ini akan berada di level US$ 75,0 per ton. Menurutnya, salah satu sentimen datang dari larangan China atas impor batubara asal Australia. Kebijakan tersebut membuat ketersediaan batubara berkalori menengah berkurang. Hal ini pada akhirnya bisa menjadi katalis positif bagi pasar batubara Indonesia

Tak hanya itu, ia juga melihat, pertumbuhan ekonomi Kawasan Asia tahun ini yang didukung dengan masifnya program vaksinasi diperkirakan bakal mendongkrak permintaan sumber energi, salah satunya batubara.

Baca Juga: Private placement, Bumi Resources (BUMI) akan terbitkan 103,07 miliar saham baru

Michael menyebut, tahun ini China juga diprediksi masih akan mengalami ketatnya pasokan batubara yang bisa tercermin dari laporan China Electricity Council (CEC), bahwa konsumsi listrik China pada tahun ini diperkirakan naik 7%-8% dibanding tahun lalu.

Lebih lanjut, sentimen positif lainnya bagi sektor batubara adalah keputusan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang mengerek naik target produksi batubara pada tahun ini menjadi 625 juta ton, dari sebelumnya 550 juta ton.

“Selisih kenaikan 75 juta ton digunakan untuk pasar ekspor. Kebijakan pemerintah tersebut sudah tepat seiring dengan pemulihan ekonomi di pasar eskpor batubara Indonesia, yang akan meningkatkan permintaan batubara,” terang Michael kepada Kontan.co.id, Sabtu (29/5)

Senada, analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia mengatakan, tingginya harga batubara belakangan ini tidak terlepas dari meningkatnya permintaan seiring dengan dibukanya kembalinya aktivitas ekonomi. Walau sektor batubara diuntungkan dengan kondisi tersebut, ia menyebut sektor ini sebenarnya dibayang dua sentimen yang berpotensi menjadi pemberat bagi supplier domestik batubara.

Pertama, sentimen soal pajak karbon yang dalam jangka menengah bisa mengerem industri akan kebutuhan bahan bakar batubara. Kedua, pemerintah yang berencana tidak akan menambah lagi pembangkit listrik dengan bahan bakar batubara dalam rangka mengurangi emisi karbon.

“Permintaan batubara dari negara barat kan sudah menurun karena mereka sudah beralih ke energi terbarukan. Jadi, dua sentimen tersebut akan berpotensi mengurangi permintaan dari dalam negeri dan menjadi pemberat bagi supplier batubara domestik,” kata Catherina.

Tapi, Catherina secara khusus menilai hingga 2020, energy mix dari Indonesia masih didominasi oleh bahan bakar fosil dan batubara. Oleh karena itu, walaupun pemerintah ingin menuju ke green energy, prosesnya tidak akan berubah secara drastis dan masih akan diimplementasikan secara bertahap.

Baca Juga: Ini rekomendasi saham-saham berbasis komoditas di tengah kenaikan harga komoditas

Dessy juga punya pendapat yang sama. Rencana transformasi itu masih merupakan rencana jangka panjang. Menurutnya, pemerintah juga akan melakukan implementasi secara bertahap sehingga tidak terlalu memberatkan produsen. Apalagi, mayoritas pembangkit listrik di Indonesia saat ini juga masih menggunakan batubara.

Lebih lanjut, Dessy juga memperkirakan implementasi pajak karbon kemungkinan besar justru akan dipercepat. Menurutnya, kebijakan tersebut akan memberi dampak positif maupun negatif ke produsen batubara.

“Pajak karbon ini akan cukup menguntungkan bagi emiten yang sudah masuk ke bisnis hilirisasi atau masuk ke bisnis lain selain batubara, karena akan mengamankan bisnis jangka panjangnya. Namun, akan cukup berat bagi produsen yang masih mengandalkan penjualan batubara tanpa ada value added (hilirisasi),” imbuh Dessy.

Tak jauh berbeda, Michael tak menampik penerapan pajak karbon berpotensi akan mengurangi pendapatan emiten-emiten batubara yang produksinya menyasar bahan baku PLTU. Namun, dengan adanya berbagai pola diversifikasi yang sudah disiapkan, seharusnya akan membuka prospek yang cukup bagus untuk emiten batubara. Salah satunya adalah dengan proyek gasifikasi

Adapun, Phillip Sekuritas menjadikan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebagai top pick emiten batubara. Michael menilai, sejumlah diversifikasi yang dilakukan PTBA seperti gasifikasi batubara yang akan menyerap 6 juta ton batubara serta power plant development yang dapat menyerap 5,4 juta ton batubara per tahun, menjadi daya tarik bagi emiten pelat merah ini.

Setali tiga uang, Samuel Sekuritas pun memilih PTBA sebagai top pick. Menurut Dessy, program hilirisasi PTBA yang sudah berjalan bisa menjadi buffer di tengah isu pajak karbon dan program pengurangan konsumsi batubara untuk power plant. Pasalnya, dengan hilirisasi, batubara produksi PTBA bisa diserap di sektor lain.

Sedangkan, Catherina menjadikan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sebagai salah satu emiten batubara yang menarik. Pasalnya, ADRO punya pangsa ekspor yang besar serta sudah terjun ke energi terbarukan lainnya. Belum lagi, model bisnis ADRO yang juga terdiversifikasi ke berbagai segmen bisnis seperti Adaro power, Adaro water, Adro mining, Adro land, Adro logistics menjadi daya tarik bagi saham ADRO.

Baca Juga: Harga komoditas terus melejit, China bakal genjot pasokan dalam negeri

Berikut rekomendasi untuk saham-saham emiten batubara:

1. PT Adaro Energy Tbk (ADRO)

ADRO tak hanya diuntungkan karena punya pangsa ekspor yang besar, namun diversifikasi lini bisnisnya juga bisa menjadi katalis positif. Di luar lini bisnis batubara, ADRO berencana untuk membuat bahan bakar biomass dari wood pellets dan limbah kelapa sawit yang menghasilkan emisi lebih rendah. Selain itu, ADRO juga lebih fokus pada energi terbarukan dengan melakukan ekspansi pada panel surya dan hydro-plant

Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia merekomendasikan beli saham ADRO dengan target harga Rp 1.450 per saham.

 

 

2. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)

PTBA pada tahun ini merevisi target produksi batubara menjadi 30 juta ton dari semula sebanyak 29,5 juta. Meningkatnya target produksi PTBA sejalan dengan keputusan Kementerian ESDM yang mengerek target produksi nasional dari 550 juta ton menjadi 625 juta ton. PTBA yang sudah menjalankan hilirisasi dinilai akan lebih diuntungkan dengan adanya wacana pajak karbon dan program pengurangan konsumsi batubara untuk power plant.

Analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu merekomendasikan beli saham PTBA dengan target harga Rp 2.900 per saham

3. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)  

ITMG menjadi emiten batubara yang paling diuntungkan dengan kenaikan harga batubara internasional. Pasalnya, ITMG memiliki eksposur yang tinggi ke pasar batubara lintas laut (ekspor), yakni sebesar 85% pada kuartal I-2021. Di satu sisi, biaya produksi ITMG diperkirakan akan tetap stabil pada tahun ini seiring penurunan nisbah (rasio) kupas dan volume produksi yang lebih tinggi.

Analis Maybank Kim Eng Sekuritas Isnaputra Iskandar merekomendasikan beli saham ITMG dengan target harga Rp 15.000 per saham

4. PT United Tractors Tbk (UNTR)

Kenaikan harga batubara belakangan ini diperkirakan akan turut menopang kenaikan penjualan alat berat Komatsu milik UNTR. Adapun, UNTR telah menjual 4,62 juta ton batubara sepanjang empat bulan pertama 2021, atau naik 1,7% secara YoY. Pada tahun ini, UNTR mematok penjualan batubara sebanyak 9 juta hingga 9,5 juta ton. Dari total penjualan itu termasuk 2,3 juta ton untuk batubara jenis coking coal

Analis BRI Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri merekomendasikan beli saham UNTR dengan target harga Rp 30.000 per saham.

 

Selanjutnya: Harga batubara membara, prospek Indo Tambangraya (ITMG) makin mentereng

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat
Terbaru