Rekomendasi

Ditendang dari LQ45 Nov 2025, Saham Fundamental Bagus Ini Berpotensi Rebound

Sabtu, 01 November 2025 | 07:34 WIB
Ditendang dari LQ45 Nov 2025, Saham Fundamental Bagus Ini Berpotensi Rebound

ILUSTRASI. Ditendang dari LQ45 Nov 2025, Saham Fundamental Bagus Ini Berpotensi Rebound


Reporter: Sugeng Adji Soenarso  | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Lima saham terdepak dari Indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai November 2025. Meski begitu, analis menilai beberapa saham diantaranya masih menarik dikoleksi untuk investasi.

BEI resmi mengumumkan hasil evaluasi mayor Indeks LQ45, yang berlaku efektif mulai November 2025. Setelah pengumuman tersebut, saham-saham yang terdepak dari daftar indeks unggulan ini kompak melemah di perdagangan Kamis (30/10).  

Saham yang keluar dari LQ45 meliputi:  
- PT Bank Jago Tbk (ARTO)  
- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS)  
- PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR)  
- PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA)  
- PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)  

Baca Juga: Calon Saham Blue Chip LQ45 Tren Naik, Mana yang Layak Investasi?

Saham Terdepak Kompak Melemah  

Dalam perdagangan Jumat (31/10), kelima saham tersebut mengalami koreksi:  
- Harga saham ARTO: Rp 2.190, turun 60 poin atau 2,67% dibandingkan sehari sebelumnya.
- Harga saham JSMR: Rp 3.570, turun 50 poin atau 1,38% dibandingkan sehari sebelumnya.
- Harga saham MAPA: Rp 700 turun 15 poin atau 2,10% dibandingkan sehari sebelumnya.
- Harga saham SMRA: Rp 392 turun 2 poin atau 0,51% dibandingkan sehari sebelumnya.
- Harga saham BRIS: Rp 2.550 turun 20 poin atau 0,78%  dibandingkan sehari sebelumnya.

Menurut Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, keluarnya saham dari indeks LQ45 biasanya menimbulkan tekanan jangka pendek karena adanya penyesuaian portofolio investor institusi yang mengacu pada indeks tersebut.  “Namun, efeknya sering kali bersifat sementara, terutama jika fundamental emiten masih kuat,” jelas Ekky.  

Tonton: Hari Oeang Republik Indonesia, Ini Sejarah Awal Lahirnya Rupiah

Saham yang Masih Menarik Dilirik  

Ekky menilai BRIS dan SMRA masih menarik karena memiliki fundamental solid.  

- BRIS didukung oleh pertumbuhan aset dan pembiayaan yang kuat di segmen perbankan syariah.  
- SMRA berpotensi diuntungkan oleh pemulihan sektor properti dan kenaikan prapenjualan.  

“MAPA juga menarik untuk jangka panjang karena margin tinggi dan ekspansi ritel premium yang agresif,” tambahnya.  

Sejalan dengan itu, Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, juga menilai MAPA memiliki fundamental positif selama 2025, didukung oleh pemulihan daya beli konsumen.  “Untuk sektor consumer non-primer, terutama ritel, MAPA layak dipantau karena strategi ekspansinya cukup agresif,” katanya.  

Berdasarkan laporan keuangan semester I-2025, MAPA membukukan pendapatan Rp 8,79 triliun, tumbuh 11,54% YoY, dan laba bersih Rp 662,42 miliar, naik 12,86% YoY.  

Indy juga menyoroti fundamental BRIS dan ARTO yang masih solid.  “Penetrasi sektor perbankan masih luas, terutama karena keduanya aktif meluncurkan produk baru,” ujarnya.  

Baca Juga: Kinerja Masih Cemerlang, Medco Energi (MEDC) Naikkan Dividen Interim 2025 Sebesar 66%

Potensi Rebound Saham BRIS dan JSMR  

Menurut Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, setiap emiten yang terdepak dari LQ45 memiliki narasi tersendiri.   Ia menilai BRIS dan JSMR masih memiliki dukungan makro yang kuat dari kebijakan pemerintah dan BUMN.  “BRIS berpotensi rebound karena meningkatnya permintaan pembiayaan halal dan sinergi BUMN syariah.  

Sementara JSMR diuntungkan oleh penurunan suku bunga serta program Danantara yang mempercepat monetisasi jalan tol,” jelas Liza.  

Rekomendasi Analis untuk Saham Terdepak  

Ekky Topan merekomendasikan akumulasi bertahap untuk BRIS dan SMRA.  
  - Target harga: BRIS Rp 3.000–3.050, SMRA Rp 500 (jangka menengah).  
  - MAPA berpotensi menguji level Rp 850–900 dalam jangka pendek.  

Indy Naila menyarankan buy on weakness untuk BRIS dan MAPA, dengan target harga masing-masing Rp 3.000 dan Rp 850.  

Liza menilai pasar masih memiliki peluang akumulasi bertahap terhadap BRIS dan JSMR karena prospek jangka menengahnya masih positif, terutama jika tren penurunan suku bunga berlanjut hingga 2026.  

Selanjutnya: Prima Executive Gathering 2025: Resiliensi Sistem Pembayaran dan Kolaborasi Inovasi

Menarik Dibaca: Manfaat Jus Alpukat ​untuk Pasien Asam Urat, Cek Informasi Selengkapya di Sini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Video Terkait


Terbaru