REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Prospek PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dinilai masih cukup baik seiring dengan naiknya harga batubara dunia. Naiknya harga emas hitam ini tidak terlepas dari kondisi pasokan di China.
Analis KGI Sekuritas Nugroho R. Fitriyanto mengatakan, China yang merupakan konsumen terbesar batubara global masih terus mengalami penurunan persediaan. Per Februari 2021, persediaan di China turun 13,8% secara year-on-year (YoY) ke level 159 juta metrik ton
Di sisi lain, ketegangan geopolitik antara China dan Australia sangat menekan pasokan impor batubara dari Australia. Hal ini akhirnya berdampak pada kenaikan proporsi impor dari Indonesia, yang naik ke angka 71,0% pada Februari 2021.
Baca Juga: Green Initiative bakal jadi pilar bisnis ke-9 milik Adaro Energy (ADRO)
Rahmat menyebut, faktor tersebut mendorong harga batubara naik signifikan. Per April 2021, harga batubara Newcastle 6.000 naik ke level US$ 93,69 per metrik ton, naik 60,0% secara YoY.
Harga acuan batubara Indonesia (HBA) naik 2,6% secara bulanan ke US$ 86,68 per metrik ton. Sementara harga batubara domestik China, yakni Qinhuangdao 5500 naik 15% secara bulanan ke level US$ 110,86 per metrik ton.
Rahmat mengatakan, terdapat ekspektasi translasi kenaikan harga batubara terhadap harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) ADRO di 2021. Penjualan ADRO mayoritas berasal dari penjualan ekspor, dengan proporsi mencapai 73,7% pada tahun 2020 lalu. Negara tujuan ekspor utama ADRO adalah Malaysia (13,8%), India (10,7%), dan China (10,4%).
“Kami memproyeksikan ASP ADRO di 2021 lebih baik dibanding 2020, seiring dengan kenaikan harga batubara, meskipun dari sisi produksi cenderung flat (datar),” tulis Rahmat dalam riset, Senin (12/4).
KGI Sekuritas merekomendasikan beli saham ADRO dengan target harga Rp1.510. Pada perdagangan Senin (19/4), saham ADRO ditutup stagnan di level Rp 1.185 per saham.
Selanjutnya: PLTU Batang Adaro Energy (ADRO) akan beroperasi awal 2022
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News