REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Tahun 2023 nampaknya bukan menjadi periode cemerlang bagi komoditas nikel. Harga nikel pig iron (NPI) di China saat ini diperdagangkan di bawah harga US$ 13.000 per ton untuk pertama kalinya sejak pandemi Covid-19 tahun melanda pada 2020.
Menurut analis CGS CIMB Sekuritas Ryan Winipta, pelemahan harga ini merupakan kombinasi faktor kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global dan China, lemahnya permintaan baja nirkarat (stainless steel), dan pelemahan biaya energi.
Harga NPI saat ini berada pada kisaran US$ 12.800 per ton, yang mana telah melemah hingga 26% secara year-to-date (YTD).
Koreksi harga NPI ini berkaitan dengan lemahnya permintaan baja tahan karat yang merupakan produk akhir NPI. Pelemahan permintaan baja anti karat ini akibat perlambatan pertumbuhan secara global dan juga melemahnya pertumbuhan di China.
Baca Juga: Sederet Calon Emiten Antre IPO di Tengah Rebound IHSG, Begini Saran Analis
Indeks Harga Konsumen (IHK) China pada Juni 2023 menunjukkan inflasi yang terus turun. Di sisi lain, aktivitas produksi industri juga masih relatif lemah, yang tercermin dari angka Purchasing Manager Index. Adapun PMI manufaktur China turun dari 50,9 pada Mei menjadi 50,5 pada Juni 2023.
Hanya saja, Ryan mencatat pelemahan harga NPI ini tidak berdampak banyak pada saham emiten nikel di Indonesia. Meskipun mayoritas produksi nikel di Indonesia adalah dalam bentuk NPI atau feronikel (FeNi).
Sebab, menurut Ryan, harga saham emiten nikel masih mengikuti pergerakan harga nikel di London Metal Exchange (LME). Namun, pasar akan mulai menyadari dampak pelemahan harga NPI/FeNi saat emiten nikel melaporkan hasil kinerja kuartalan
Dari tiga emiten nikel di bawah cakupan analisisnya, Ryan menilai PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) memiliki sensitivitas tertinggi terhadap perubahan harga nickel pig iron/feronikel.
Berdasarkan perkiraan Ryan, setiap perubahan 1% harga feronikel, akan menyebabkan perubahan laba bersih NCKL sebesar 2,9%.
NCKL lebih sensitif terhadap pergerakan harga Feronikel dibandingkan pergerakan harga mixed hydroxide precipitate (MHP). Sebab. MHP milik NCKL diproduksi oleh Halmahera Persada Lygend dimana NCKL memiliki 45,1% kepemilikan. Sementara penjualan feronikel dikonsolidasikan dalam laporan keuangan Grup Harita ini.
Di posisi kedua ada PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dimana perubahan 1% harga feronikel akan berdampak 1,2% terhadap laba bersih.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Konstruksi dari Analis Berikut Ini
Kemudian, diikuti oleh PT Harum Energy Tbk (HRUM), dimana perubahan 1% harga feronikel akan berdampak 1,1% terhadap laba bersih. Eksposur HRUM terhadap NPI hanya terjadi lewat kepemilikannya di perusahaan asosiasi yakni PT Infei Metal Industry, yang merupakan perusahaan tertutup.
Ryan mempertahankan rating overweight di sektor pertambangan nikel. Dia merekomendasikan add saham ANTM dengan target harga Rp 2.700, add saham HRUM dengan target harga Rp 2.280, dan add saham NCKL dengan target harga Rp 1.200.
“Risiko rating ini di antaranya lambatnya pemulihan permintaan dan situasi ekonomi makro global yang memburuk,” tulis Ryan dalam riset, Rabu (12/7).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News