KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbang 4,42% atau 319,16 poin ke 6.909,75 pada Senin (9/5). Penurunan IHSG pada perdagangan perdana setelah libur panjang ini adalah respons kebijakan Federal Reserve yang menaikkan suku bunga acuan 50 bps pekan lalu.
Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana tekanan IHSG berasal dari efek kenaikan suku bunga The Fed dan antisipasi lonjakan kasus Covid-19 pasca mudik lebaran. Selain itu, dia menilai pasar masih menantikan respons Bank Indonesia (BI) terkait kebijakan The Fed.
Menurut Wawan, pelaku pasar ekspektasi bahwa BI akan menaikkan tingkat suku bunga antara 25 bps sampai 50 bps. Ditambah, Badan Pusat Statistik mencatatkan inflasi pada April 2022 mencapai 0,95% secara bulanan (mom) atau 3,47% secara tahunan (yoy).
Baca Juga: Wall Street Tumbang, Saham Teknologi Makin Tertekan
"Dengan inflasi di atas 3% dan The Fed 1% ekspektasi BI akan menaikkan suku bunga menjadi sangat besar, pasar akan antisipasi hal ini dulu. Justru saat suku bunga naik nanti bisa mendorong investor masuk lagi setelah ada kepastian, saat ini masih menerka berapa kenaikannya," papar Wawan saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (9/5).
Adapun inflasi pada April 2022 yang sebesar 0,95% adalah inflasi tertinggi sejak Januari 2017. Kala itu, inflasi tercatat 0,97%. Sedangkan, secara tahunan, inflasi April ini yang sebesar 3,47% merupakan angka tertinggi sejak Agustus 2019 yang sebesar 3,49%.
Baca Juga: Asing Menjauh, Saham Perbankan Melorot
Senada, Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menjelaskan pelemahan yang terjadi pada IHSG lebih kepada respons pelaku pasar atas kenaikan suku bunga The Fed. Hal ini juga, juga sejalan dengan pelemahan pasar saham di kawasan Asia.
"Pergerakan IHSG, hari ini memang reaksi pasar terhadap keputusan The Fed dan pasar saham Asia pun serempak melemah," kata Ivan kepada Kontan.co.id, Senin (9/5).
Meski begitu, Ivan menilai dalam waktu dekat IHSG masih ada kemungkinan terjadi technical rebound setelah koreksi yang agresif ini dan kembali ke atas level 7.000. Namun, untuk jangka menengah pelaku pasar masih akan melihat seberapa efektif dampak atas kebijakan The Fed untuk mengendalikan inflasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News