EMITEN - JAKARTA. Emiten telekomunikasi PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredo Hutchison (IOH) mengalokasikan dana capex senilai Rp12 triliun tahun 2023.
Dalam paparan Media Update Indosat yang berlangsung virtual, President Director ISAT Vikram Sinha menuturkan alokasi dana akan fokus digunakan untuk pembangunan jaringan di kawasan Indonesia Timur.
"Alokasi dana capex tahun ini akan difokuskan untuk mengembangkan digitalisasi, terutama pembangunan jaringan di kawasan Indonesia Timur terutama Nusa Tenggara. Nusa Tenggara akan menjadi prioritas Indosat," ujarnya pada Senin (13/2).
Baca Juga: Laba Indosat (ISAT) Menyusut 30% Jadi Rp 4,72 Triliun pada 2022, Ini Pemicunya
Chief Financial Officer ISAT Nicky Lee menambahkan bahwa memang tahun ini alokasi capex akan dikhususkan pada ekspansi digitalisasi serta pemerataan infrastruktur.
Pihaknya mengatakan akan fokus pada lokasi dan kawasan yang belum memiliki jaringan IOH. Tak hanya itu, pihaknya juga berencana meningkatkan pengalaman pengguna (cutomer experiences) melalui capex tersebut.
"Selain ekspansi dan fokus pada jaringan yang belum ada, kami juga ingin meningkatkan customer experience," ujar Nicky Lee.
Asal tahu saja, pada 2022 ISAT mengalokasikan dana capex senilai Rp12,01 triliun. Dari besaran tersebut, sebesar 93,3% digunakan untuk meningkatkan dan mendukung permintaan layanan data. Lalu sisanya, dialokasikan untuk infrastruktur, TI serta modal untuk Multimedia, Komunikasi Data dan Internet (MIDI).
Mengenai target pertumbuhan laba dan pendapatan, Vikram menuturkan belum bisa membuka besaran angkanya. Vikram menargetkan, pertumbuhan laba dan pendapatan bisa sejalan dengan pertumbuhan industri telekomunikasi yang tahun 2023 diprediksi bertumbuh 5% sampai 6%.
"Tahun ini, industri telko diekspektasi bertumbuh 5% sampai 6%. Kami percaya industri ini masih akan baik-baik saja sehingga kami menargetkan pertumbuhan secara overall dari industri di atas 5% sampai 6%," tuturnya.
Sepanjang 2022, ISAT meraih pendapatan konsolidasi ISAT sebesar Rp 46,75 triliun atau naik 48,95% dibanding 2021, Rp 31,39 triliun. Namun demikian, jumlah beban ISAT naik 71,92% secara tahunan menjadi Rp 36,16 triliun dari sebelumnya Rp 21,03 triliun.
Kenaikan signifikan ini dipicu oleh lonjakan beban penyelenggaraan jasa menjadi Rp 21,15 triliun dari sebelumnya Rp 13,58 triliun. Kenaikan beban tersebut tak mampu dikompensasi oleh keuntungan selisih kurs. Dengan demikian, ISAT pada 2022 hanya mencatat keuntungan selisih kurs Rp 172,23 miliar.
Dengan struktur keuangan yang seperti itu, ISAT mencatat laba bersih Rp 4,72 triliun atau turun 30% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 6,75 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News