Ini penyebab laba bersih Bank Permata anjlok 60,6% di sembilan bulan pertama 2020

Rabu, 28 Oktober 2020 | 19:15 WIB   Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk
Ini penyebab laba bersih Bank Permata anjlok 60,6% di sembilan bulan pertama 2020


LAPORAN KEUANGAN EMITEN - JAKARTA. Kinerja PT Bank Permata Tbk (BNLI) hingga kuartal III 2020 masih mengecewakan. Menginagt laba bersih yang dicetak Bank Permata malah anjlok 60,6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya atau secara year on year (yoy) akibat peningkatan pencadangan.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, total laba bersih yang dibukukan Bank Permata sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini hanya Rp 429,7 miliar. Padahal di periode yang sama tahun 2019, laba bersih perusahaan masih mencapai Rp 1,09 triliun.

Di sisi lain, biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) aset keuangan Bank Permata meningkat 160,1% menjadi Rp 1,85 triliun hingga September 2020 lalu.  

Baca Juga: Bisnis kartu pembiayaan BNI Syariah mengalami pertumbuhan cukup pesat selama pandemi

Jika mengesampingkan biaya CKPN tersebut, pendapatan operasional Bank Permata sebetulnya masih tumbuh 20,4% menjadi Rp 2,6 triliun. Itu ditopang oleh pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) yang masih tumbuh sebesar 8,6% menjadi Rp 4,45 triliun dan pendapatan non bunga tumbuh 9% yoyo jadi Rp 1,69 triliun. 

Net Income Margin (NIM) Bank Permata juga meningkat dari 4,2% menjadi 4,4%. 

Kredit Bank Pertama tercatat sebesar Rp 133,49 triliun per September 2020, masih tumbuh 3% secara yoy. Namun jumlah ini turun 1,72% jika dibanding dengan akhir tahun lalu (ytd).

Sejalan dengan adanya pandemi Covid-19, perbankan swasta ini juga melakukan restrukturisasi kredit terhadap debitur yang terdampak. Sebanyak 11,6% dari total kredit Bank Permata telah mengajukan restrukturisasi kredit hingga akhir September. 

Non-Performing Loan (NPL) Bank masih dapat dikelola dengan baik di level yang aman. Rasio NPL gross tercatat sedikit meningkat ke level 3,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,3% dengan NPL net yang terjaga pada level 1,5% dibandingkan posisi September 2019 sebesar 1,2%. 

Bank Permata melakukan upaya berkelanjutan untuk perbaikan NPL melalui restrukturisasi kredit bermasalah, penghapusan kredit, penjualan kredit NPL dan pertumbuhan kredit good book.

Baca Juga: Bank Permata luncurkan Permata Net, apa itu?

Posisi likuiditas Bank terjaga dengan baik dibuktikan dengan rasio likuiditas loan-to-deposit ratio (LDR) optimum sebesar 74,5% dan rasio CASA tercatat sebesar 50,8%, meningkat 103 basis poin dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Total dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 11,1% yoy, kontribusi terbesar dari pertumbuhan produk Giro sebesar 18,3%, diikuti oleh Tabungan dan Deposito masing-masing 8,2% dan 8,9% yoy.

Dengan dukungan Bangkok Bank Public Company Limited sebagai pemegang saham pengendali yang baru, PermataBank optimis akan membukukan pertumbuhan bisnis secara berkesinambungan dengan permodalan yang kuat untuk menopang pertumbuhan dan pemulihan kondisi perekonomian di Indonesia pasca pandemi. 

Ridha D.M. Wirakusumah, Direktur Utama PermataBank mengatakan, optimisme di tengah Covid-19 telah membuat perseroan  bisa mempertahankan pembukuan laba usaha, kualitas aset yang tetap terkendali, menjaga likuiditas secara optimal dan posisi permodalan yang sangat kuat. 

Dalam menghadapi tantangan yang timbul sebagai dampak pandemi, PermataBank melakukan upaya strategis dengan tetap menjalankan fungsi sebagai Universal Bank yang memberikan layanan terbaik bagi para nasabah Ritel, Korporasi dan Syariah. Bank tetap memfokuskan penyaluran kredit bagi nasabah yang sehat. 

Baca Juga: Ditopang kontribusi Bank Permata, pendapatan bunga bersih Bangkok Bank tumbuh 7,2%

"Penurunan kredit yang diberikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu terutama disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan kredit yang dikontribusikan oleh perlambatan pertumbuhan perekonomian di Indonesia dan penerapan prinsip kehati-hatian untuk menjaga kualitas portofolio kredit," kata Ridha dalam keterangan resminya, Rabu (28/10).

Disiplin dalam manajemen biaya operasional yang didukung dengan penerapan teknologi digitalisasi dalam transaksi perbankan telah membantu Bank untuk terus meningkatkan rasio efisiensi yang berkelanjutan. Cost to Income Ratio (CIR) tercatat sebesar 59,8%, membaik secara signifikan dibandingkan posisi tahun lalu sebesar 63,6%. 

Hal ini juga sejalan dengan peningkatan jumlah transaksi digital PermataBank selama tahun 2020 dan telah menjadi pilihan utama nasabah dalam beradaptasi dengan masa new normal. Terbukti dengan peningkatan volume transaksi mobile banking sebesar 69% dan API (application programming interface) sebesar 400% di tahun 2020 yang lebih tinggi dibandingkan volume transaksi sepanjang 2019.

 

Selanjutnya: Kredit komersial jadi andalan saat ekonomi mulai pulih

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari

Terbaru