Kinerja emiten konstruksi tertekan, simak rekomendasi sahamnya

Jumat, 30 Oktober 2020 | 21:48 WIB   Reporter: Benedicta Prima
Kinerja emiten konstruksi tertekan, simak rekomendasi sahamnya

ILUSTRASI. PT Adhi Karya (Persero) Tbk. ? ADHI telah menyelesaikan pekerjaan Pembangunan Jalan Tol Ruas Sigli-Banda Aceh Seksi 4 sesuai jadwal. Jalan tol ini merupakan bagiandari mega proyek Tol Trans Sumatera.


INDUSTRI KONSTRUKSI -  JAKARTA. Tiga dari empat BUMN Karya telah melaporkan kinerja keuangan sepanjang Januari-September 2020 yaitu PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT PP Tbk (PTPP) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI).

Ketiganya menunjukkan penurunan kinerja. WIKA mengalami penurunan pendapatan 43,28% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 18,3 triliun, PTPP mengalami penurunan 37,02% yoy menjadi Rp 10,02 triliun dan ADHI mengalami penurunan 5,36% yoy menjadi Rp 8,94 triliun.

Menengok laba bersih, WIKA mengantongi laba bersih Rp 50,19 miliar turun 96,29% yoy. Sementara PTPP mengalami penurunan laba 94,92% yoy menjadi Rp 26,37 miliar dan ADHI turun 95,62% yoy menjadi Rp 15,38 miliar.

Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian menjelaskan meskipun mengalami penurunan secara tahunan, emiten konstruksi pelat merah tersebut akan mengalami peningkatan kinerja di akhir tahun, di mana biasanya penyerapan anggaran APBN lebih baik di kuartal IV-2020.

Baca Juga: Simak rekomendasi saham UNTR usai catatkan penurunan laba di kuartal III

"Namun penurunan kinerja di 2020 memang akan tetap cukup besar, secara sektoral lebih dari 90% secara tahunan," jelas Joey kepada Kontan, Jumat (30/10).

Dari segi likuiditas Joey melihat emiten konstruksi akan cukup tertekan dikarenakan cash in-flow di tahun 2020 yang di bawah ekspektasi. Oleh karena itu, akan ada sedikit kenaikan gearing untuk emiten konstruksi karena penambahan hutang berbunga sekitar 10% sampai 15%.

Di 2021, lanjut Joey, tentunya kinerja tersebut akan mengalami pemulihan yang cukup signifikan didukung oleh kenaikan anggaran infrastuktur menjadi Rp 414 triliun yang naik dibandingkan proyeksi untuk 2020 sebesar Rp 281 triliun dan tentunya progres dari pekerjaan proyek-proyek yang diperoleh di kuartal IV-2020.

Baca Juga: Laba bersih turun hingga 38%, bagaimana prospek saham United Tractors (UNTR)?

Dus, untuk jangka pendek Joey masih merekomendasikan hold untuk keempat kontraktor BUMN, karena sentimen jangka pendek masih akan kurang baik dari laporan keuangan kuartal III-2020 yang dibawah ekspektasi. Serta kenaikan angka kasus baru Covid-19 yang belum mereda di Jakarta.

"Juga delay dari tender proyek diakibatkan oleh pemilik proyek yang masih wait and see dan tidak maksimalnya progres pembangunan proyek berjalan karena pembatasan mobilitas pekerja dan protokol kesehatan yang ketat," jelas Joey.

Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito menjelaskan raihan kinerja WIKA saat ini mencerminkan kemampuan untuk tetap bekerja di tengah tantangan pandemi yang terjadi sejak awal tahun. Hingga September 2020, WIKA telah memperoleh kontrak baru sebesar Rp 6,84 triliun. Saat ini WIKA juga tengah mengikuti proses tender dengan total nilai sekitar RP 20 triliun - Rp 23 triliun.

"Dengan demikian, kami yakin akan mampu memenuhi target kontrak baru pada tahun 2020 sebesar Rp 21,37 triliun dan jika ditambah dengan proyek yang sudah diraih, maka order book WIKA mencapai Rp 100 triliun yang bisa kita produksi hingga beberapa tahun mendatang," lanjut Agung.  

Kemampuan WIKA untuk tumbuh didukung oleh kondisi keuangan yang sehat yang ditunjukkan oleh kas setara pada kuartal III-2020 berada pada posisi Rp 7,69 triliun, sementara gross gearing ratio berada pada level 1,41 kali dengan net gearing ratio pada level 0,94 kali dibandingkan dengan covenant bank berada pada level 2,5 kali.

 

Selanjutnya: Laba bersih Wika Beton (WTON) anjlok 81,89% hingga September 2020

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli
Terbaru