Kuartal I 2021, penjualan lahan industri masih tertahan

Senin, 26 April 2021 | 08:35 WIB   Reporter: Achmad Jatnika
Kuartal I 2021, penjualan lahan industri masih tertahan

ILUSTRASI.


EMITEN - JAKARTA. Penjualan lahan industri di kuartal satu tahun 2021 ini dinilai analis masih belum banyak terjadi. 

Secara sektoral Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian menilai untuk lahan industri di kuartal satu ini masih cukup tertahan. Menurut Joey, dari seluruh perusahaan yang didata Colliers di kuartal satu ini penjualan keseluruhan di sektor ini berada di angka 27,6 hektar (ha). 

Menurutnya penjualan lahan yang dilakukan oleh PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) sebanyak 10,4 ha lahan adalah yang paling tinggi dari sektor ini. Selain itu, ada juga dari PT Jababeka Tbk (KIJA) berhasil menjual 7 ha, dan yang lainnya menjual di bawah 5 ha.

Ia melihat bahwa walaupun beberapa negara sudah mengalami perbaikan ekonomi, tetapi dari segi pasar masih wait and see. Hal ini dikarenakan ekonomi Indonesia yang belum sepenuhnya pulih dan membangun pabrik di Indonesia dengan ekonomi yang belum pulih masih berisiko pada penjualan produk.

 

 

Akan tetapi, Joey melihat bahwa beberapa investor masih ada beberapa pembelian yang tertahan di lahan industri. Beberapa industri yang masih tertahan adalah industri dengan basis teknologi, sektor logistik, dan yang paling banyak tahun lalu adalah data sector.

Baca Juga: Kinerja diprediksi membaik tahun ini, simak rekomendasi saham Puradelta (DMAS)

“Tapi beberapa pemain seperti FnB, dan otomotif akan masuk juga tahun ini dan tetap expect akan ada permintaan dari sektor tersebut,” kata Joey kepada Kontan, Jumat (25/4).

 

 

Sebelumnya, selama tahun 2020 kurangnya penjualan lahan di Indonesia dinilai karena terbatasnya pergerakan untuk melihat lahannya secara langsung, atau misalnya melakukan tes pada tanah yang akan dijadikan lahan industri.

Analis Danareksa Sekuritas Victor Stefano menilai bahwa banyaknya travel ban dari beberapa negara untuk masuk Indonesia, dan Indonesia juga melakukan pembatasan pada penerbangan luar negeri menjadi salah satu faktor untuk pembelian lahan.

“Salah satu faktor untuk melakukan pembelian itu nggak bisa langsung datang, jadi akhirnya tertunda beberapa waktu, dan secara industri itu turun signifikan mungkin tinggal setengahnya dibanding 2019,” kata Victor kepada Kontan, Jumat (23/4).

Selain itu, ia melihat bahwa economic outlook beberapa industri manufaktur yang sempat disetop dan juga secara utilisasi masih sangat rendah, sehingga untuk rencana ekspansi masih dalam penundaan, karena ketidakpastian yang cukup tinggi di tahun lalu.

Selanjutnya: Ingin Tumbuh 55,78%, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk Menggeber Strategi Pemasaran

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .

Terbaru