RUPIAH - JAKARTA. Dalam perdagangan Selasa (21/6), nilai tukar rupiah menguat ke level Rp 14.813 per dolar Amerika Serikat (AS). Membuat rupiah menguat 0,16% dibanding penutupan hari sebelumnya di Rp 14.836 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS melemah terhadap mata uang lainnya karena investor mengawasi sikap dari bank sentral utama untuk mengekang inflasi..
"Bank sentral utama mengambil tindakan untuk menjinakkan inflasi dan menaikkan suku bunga, menambah kekhawatiran investor tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi," ucap Ibrahim dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id.
Dari sentimen domestik, pelaku pasar mengapresiasi kinerja Pemerintah tentang hutang luar negeri yang menyusut di tengah banyak negara diambang kebangkrutan akibat konflik Rusia - Ukraina yang berkepanjangan menjadikan harga komoditas melonjak.
Baca Juga: Sentimen Resesi AS Berpotensi Pengaruhi Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
Dengan lonjakan harga tersebut maka Indonesia mendapatkan keuntungan. Sehingga berimbas terhadap utang pemerintah yang semakin sehat disebabkan oleh penurunan rasio terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Hal tersebut tentu menjadi kabar baik. Mengingat ke depan risiko akan melonjaknya utang menjadi sangat tinggi. Rasio utang terhadap PDB saat ini adalah 39% dengan nominal utang mencapai Rp. 7.040,32 triliun.
Ibrahim menyampaikan dengan penerimaan yang kuat dari lonjakan harga komoditas, rasio utang terhadap PDB sebenarnya telah turun 13%.
Ibrahim memproyeksikan pada perdagangan Rabu (22/6) rupiah kemungkinan akan dibuka berfluktuatif tapi ditutup menguat tipis berada di rentang Rp 14.790 per dolar AS-Rp 14.840 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News