LQ45 Naik Lebih Tinggi Ketimbang IHSG, Berikut Sektor-Sektor yang Masih Jadi Pemberat

Kamis, 24 Maret 2022 | 20:43 WIB   Reporter: Nur Qolbi
LQ45 Naik Lebih Tinggi Ketimbang IHSG, Berikut Sektor-Sektor yang Masih Jadi Pemberat

ILUSTRASI. Indeks LQ45 mencatatkan kinerja yang lebih tinggi dibanding Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Indeks LQ45 mencatatkan kinerja yang lebih tinggi dibanding Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Secara year to date (ytd) sampai dengan Kamis (24/3), indeks LQ45 meningkat 10,18%, sementara IHSG hanya naik 7,11%.

Dari 45 saham yang menjadi anggota indeks LQ45, sebanyak 28 saham mencatatkan kenaikan harga. Mayoritas saham yang menghijau berasal dari sektor komoditas pertambangan, energi, dan perbankan.

Lima saham dengan kenaikan harga tertinggi secara ytd adalah PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang meningkat 44,76% menjadi Rp 6.775 per saham, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 36,27% menjadi Rp 27.800 per saham, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) terkerek 30,90% ke Rp 610 per saham, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) begerak positif 30,37% menjadi Rp 9.550 per saham, dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 28% menjadi Rp 2.880 per saham.

Baca Juga: IHSG Diramal Masih Menguat, Cermati Pergerakan Saham PTPP, ERAA dan CTRA

Di sisi lain, sisa 16 saham yang menjadi konstituen LQ45 mencatatkan penurunan harga. Daftar saham berkinerja kurang baik ini kebanyakan diisi oleh saham sektor barang konsumsi, konstruksi, semen, menara telekomunikasi, poultry, produsen kertas, dan teknologi.

Lima saham dengan penurunan terdalam secara ytd adalah PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) yang merosot 23,26% menjadi Rp 330 per saham, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) turun 17,76% ke Rp 3.380 per saham, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) minus 13,22% menjadi Rp 7.550 per saham, PT XL Axiata Tbk (EXCL) terkoreksi 12,93% ke Rp 2.760 per saham, dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) turun 10,24% menjadi Rp 570 per saham.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya mengatakan, saham-saham yang berkinerja negatif memang sempat diterpa sentimen yang kurang baik. Sebagai contoh, sektor barang konsumsi dipengaruhi kenaikan harga bahan pokok dan meningkatnya inflasi.

Baca Juga: LQ45 Lebih Tinggi Ketimbang IHSG, Ini Sektor Saham yang Masih Jadi Pemberat

Kemudian, sektor konstruksi dipengaruhi proyek Ibu Kota Negara (IKN) yang sedang memerlukan investor baru untuk menggantikan investor besarnya, yakni Softbank. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menambahkan, tekanan pada sektor konstruksi juga disebabkan oleh kinerja keuangan 2021 yang masih belum memuaskan.

Meskipun begitu, untuk ke depannya, Azis melihat potensi kenaikan pada beberapa sektor saham tertentu, seperti sektor poultry dan barang konsumsi. Kedua sektor ini dapat memperoleh sentimen positif dari momentum Ramadan dan Lebaran yang biasanya meningkatkan permintaan masyarakat terhadap daging, ayam, serta kebutuhan pokok lainnya.

Akan tetapi, Azis mengimbau pelaku pasar juga perlu memperhitungkan dampak harga komoditas yang tengah naik. "Kenaikan harga tersebut dapat turut meningkatkan beban bahan baku emiten barang konsumsi dan poultry," kata Azis saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (24/3).

Baca Juga: Wah, IHSG Kembali Melesat di Level 7.000-an

Selain itu, Azis juga melihat peluang kenaikan pada saham sektor konstruksi seiring dengan sudah terlihatnya pemulihan pada sektor properti. Hal itu terlihat dari Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) yang sudah tumbuh 10,2% pada Februari 2022 berdasarkan data Bank Indonesia.

Sementara itu, menurut Cheryl, saham-saham yang menarik dalam jangka pendek adalah saham-saham kertas dan teknologi, yaitu PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK). Cheryl memprediksi ada potensi kenaikan harga di kisaran 5%-10% dari posisi saat ini.

Menurutnya, INKP dan TKIM akan terdorong sentimen minat pelaku pasar terhadap saham-saham yang berkaitan dengan penerapan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). "Pemerintah serius dengan komitmen ESG ini. Semakin banyak juga usaha yang beralih ke kemasan ramah lingkungan sehingga akan menguntungkan produsen kertas," ucap Cheryl.

Terlebih lagi, harga pulp juga sedang naik sehingga akan menambah sentimen positif untuk saham produsen kertas. Sementara itu, ia memprediksi saham EMTK juga akan bergerak naik karena terkena sentimen initial public offering (IPO) GoTo yang dapat mendongkrak saham sektor teknologi.

Baca Juga: Pendapatan Sejumlah Emiten Melonjak di 2021, Begini Rekomendasi Sahamnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati
Terbaru