EMITEN - JAKARTA. PT Mayora Indah Tbk (MYOR) masih optimistis bisa mencetak pertumbuhan kinerja hingga tutup tahun ini. Sekretaris Perusahaan Mayora Indah Yuni Gunawan mengungkapkan, MYOR tidak melakukan revisi target kinerja tahun 2022 meski ada potensi kenaikan inflasi.
Dalam catatan Kontan, MYOR menargetkan pertumbuhan penjualan di angka double digit atau sekitar 10% hingga 15% dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu. Pertumbuhan tersebut setara dengan angka sekitar Rp 30 triliun dan laba bersih di angka Rp 1,3 triliun.
Pada semester pertama tahun ini, MYOR sudah memperoleh penjualan Rp 14,37 triliun atau naik 9,27% dari periode yang sama tahun lalu. Sayangnya, dari sisi laba bersih turun 28,51% menjadi Rp 653,23 miliar pada semester pertama tahun ini sejalan dengan adanya kenaikan beban.
Yuni mengatakan, memasuki high season di akhir tahun menjadi peluang perusahaan untuk mengerek penjualan. Meski begitu, fluktuasi harga bahan baku yang masih belum menentu turut membayangi kinerja MYOR.
Baca Juga: Gihon Telekomunikasi (GHON) Berencana Tambah 90 Tower Sepanjang Tahun Ini
Terkait kenaikan rata-rata harga jual (ASP), Yuni bilang selalu ada kemungkinan untuk mengerek harga di semester kedua tahun ini. Hanya saja, ia belum dapat menyebutkan lebih detail lantaran banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum menaikkan harga jual.
"Harga jual beberapa produk sudah kami sesuaikan sejak awal tahun," ujar Yuni pada Kontan baru-baru ini.
Guna mengerek kinerja, MYOR juga selalu memastikan ketersediaan produk-produknya. Emiten ini memastikan ketersediaan dan distribusi produk-produk di semua channel penjualan.
Hingga Juni 2022, MYOR telah menggunakan sekitar Rp 600 miliar belanja modal. Yuni menambahkan alokasi belanja modal digunakan untuk merampungkan pembangunan pabrik baru mereka. Pada tahun ini, MYOR menganggarkan belanja modal sebesar Rp 1 triliun.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat MYOR memiliki prospek yang positif meskipun masih dalam situasi dan kondisi yang penuh dengan tekanan. Menurutnya, diversifikasi produk menjadi kekuatan utama bagi MYOR. Selain itu, biasanya pada semester kedua MYOR akan mencatatkan peningkatan volume penjualan.
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) Pertahankan Target Produksi Batubara Tahun Ini
Ke depannya, Nico menjelaskan kenaikan inflasi dan tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi sektor konsumer. "Hal tersebut akan membuat penurunan daya beli berpotensi terjadi. Ketika daya beli mengalami penurunan, tentu saja emiten consumer juga akan terkena dampaknya," ungkap Nico pada Kontan, Minggu (9/10).
Sentimen positif lainnya yaitu turunnya harga-harga komoditas yang dapat membantu MYOR dalam melewati situasi dan kondisi saat ini. Tidak hanya itu, volume yang cukup baik dari sisi ekspor juga akan menguntungkan MYOR.
Pada penutupan perdagangan Jumat (7/10) saham MYOR ditutup menguat 2,48% ke harga Rp 2.070 per saham. Nico menilai masih ada peluang untuk mengalami kenaikan harga sahamnya karena secara valuasi MYOR akan berada di Rp 2.200 hingga akhir tahun 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News