EMITEN - JAKARTA. Kinerja saham emiten-emiten properti masih tertekan sejak awal tahun (ytd). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IDX Sector Properties & Real Estate masih turun 5,94% sepanjang tahun berjalan.
Padahal jika mengacu hasil laporan keuangan 2021, misalnya PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) membukukan pertumbuhan laba bersih 378,74%. Lalu, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih 80% dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) yang mencatatkan pertumbuhan laba bersih 48,76%.
Selanjutnya, ada PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) yang juga membukukan pertumbuhan laba bersih 36,62%. Bahkan, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) berhasil memangkas rugi bersihnya hingga 82%.
Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Jumat (8/4)
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai hal tersebut akibat sektor properti belum menjadi pilihan investor tatkala terjadi pemulihan ekonomi. Lalu, sektor ini juga tengah tertekan karena potensi kenaikan suku bunga.
Di sisi lain, kenaikan harga komoditas yang mendorong beberapa kebutuhan pokok meningkat, tentu akan membuat keperluan akan kebutuhan menjadi dinomorsatukan. "Sehingga sejauh ini kami melihat bahwa saham di sektor properti mungkin belum akan diminati dalam waktu dekat, sekalipun kinerja emitennya bagus," ujar Nico kepada Kontan.co.id, Kamis (7/4).
Untuk prospek ke depan, Nico mencermati pengetatan kebijakan moneter akan terjadi dalam kurun waktu yang panjang. Tahun ini dan tahun depan akan menjadi pengetatan kebijakan moneter yang berkelanjutan dan tidak menutup kemungkinan tingkat suku bunga Indonesia juga akan bereaksi.
"Oleh sebab itu, kami melihat saham-saham properti masih akan dihindari karena tentu pelaku pasar dan investor tidak ingin kehilangan potensi untuk mendapatkan keuntungan dari sektor yang lain," imbuh dia.
Baca Juga: Harga Nikel Masih Solid, Intip Rekomendasi Sahamnya
Senada, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, William Wibowo mencermati bahwa tekanan terhadap saham sektor properti dari adanya potensi kenaikan suku bunga bank. Hal tersebut berimbas pada penurunan minat beli konsumen.
"Banyak investor cenderung menahan diri untuk berinvestasi ke emiten-emiten di sektor properti. Di sisi lain, secara historis sektor properti memang sektor yang paling lagging," ujar dia.
Walau begitu, William berpendapat, untuk beberapa bulan ke depan masih bagus prospeknya. Bahkan, berpotensi akan mengalami kenaikan signifikan mengingat bagusnya kinerja laporan keuangan tahun 2021 dan kondisi pandemi yang semakin terkendali.
Sektor properti juga ditopang oleh adanya pelonggaran pajak dari pemerintah yakni pemberian insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) Rumah hingga September 2022.
Baca Juga: Catat Rekomendasi Saham di Tengah Rekor IHSG
Emiten-emiten sektor ini memiliki valuasi yang bagus. Karenanya, Nico menyarankan investor yang ingin berinvestasi pada sektor ini untuk tetap memperhatikan durasi investasinya.
"Karena memang tidak mudah untuk berinvestasi ketika sektornya tidak dilirik meskipun memang secara valuasi perusahaan sudah sangat baik," kata Nico.
Sementara William menilai momentum koreksi sektor properti saat ini bisa dimanfaatkan untuk memulai aksi buy on weakness atau akumulasi, mengingat adanya potensi penguatan lanjutan di bulan-bulan yang akan datang.
William pun menjagokan saham-saham BSDE dengan target harga Rp 1.120 per saham-Rp 1.180 per saham, CTRA dengan target harga Rp 1.240 per saham-Rp 1.270 per saham, dan SMRA dengan target harga Rp 860 per saham-Rp 880 per saham. Sementara Nico merekomendasikan buy untuk BSDE dengan target harga Rp 1.400 per saham, PWON Rp 625 per saham, SMRA Rp 1.100 per saham, dan CTRA Rp 1.400 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News