Menarik Mana Koleksi Saham UNVR atau MYOR? Ini Kata Analis

Jumat, 28 Oktober 2022 | 04:50 WIB   Reporter: Yuliana Hema
Menarik Mana Koleksi Saham UNVR atau MYOR? Ini Kata Analis


REKOMENDASI SAHAM -  JAKARTA. Dua emiten konsumer yakni PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) kompak mencatatkan pertumbuhan kinerja pada kuartal III-2022. Namun MYOR mampu mencetak pertumbuhan lebih tinggi. 

Pada periode Januari-September 2022, MYOR mengantongi penjualan sebesar Rp 22,23 triliun. Capaian itu tumbuh 11,87% secara tahunan atawa year on year (yoy) dari Rp 19,89 triliun.

Sementara UNVR mampu membukukan penjualan bersih senilai Rp 31,53 triliun atau meningkat 5,02 % secara yoy. Pada periode sama di 2021, pendapatan UNVR sebesar Rp 30,02 triliun. 

Dari bottom line, Mayora mencatatkan kenaikan laba bersih 10,92% secara tahunan menjadi Rp 1,08 triliun per September 2022. Adapun laba UNVR mencapai Rp 4,61 triliun atau tumbuh  5,31% yoy. 

Baca Juga: Pendapatan Unilever (UNVR) Naik 5,02% pada Kuartal III, Simak Rekomendasi Sahamnya

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menilai pertumbuhan Mayora masih didukung dari segmen barang konsumsi makanan yang punya prospek pertumbuhan lebih kuat. 

Memang MYOR berfokus di bidang pengolahan makanan dan minuman (mamin). Sedangkan, UNVR punya produk selain mamin, yaitu produk perawatan tubuh.  

 

 

"Kalau UNVR ada segmen personal care itu yang agak berat karena tingkat persaingannya semakin berat," kata Pandhu kepada Kontan, Kamis (27.10). 

Selain itu, kinerja Mayora sepanjang sembilan bulan pertama di 2022 juga dipengaruhi oleh pergerakan harga komoditas, terutama CPO yang turun signifikan di kuartal ketiga. 

Baca Juga: Ada Pemilu dan Inflasi, Begini Strategi Unilever Indonesia (UNVR) untuk 2023

Pandhu menilai kedua saham konsumer secara valuasi tergolong agak mahal. Berdasarkan data RTI, Kamis (27/10), Price Earning Ratio (PER) UNVR mencapai 33,19 kali. Sementara PER MYOR sebesar 37,72 kali. 

"Harga keduanya di kisaran harga wajar masing-masing, bisa buy on weakness kalau ada koreksi 15% sampai 20%," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru