Mencermati Prospek Pasar Obligasi dan Bursa Saham Domestik pada tahun 2023

Kamis, 01 Desember 2022 | 04:55 WIB   Reporter: Nur Qolbi
Mencermati Prospek Pasar Obligasi dan Bursa Saham Domestik pada tahun 2023


PASAR KEUANGAN -  JAKARTA. Hal ini didukung oleh kondisi ekonomi Indonesia yang tergolong solid meski banyak sentimen negatif yang membayangi.

Direktur Utama Trimegah Asset Management Antony Dirga mengatakan, ada tiga faktor yang akan mendukung perekonomian Indonesia. 

Pertama, surplus komoditas yang bakal menguntungkan Indonesia, terutama bila konflik Rusia-Ukraina terus berlanjut.

Kedua, kondisi fiskal Indonesia cukup bagus. Itu tercermin dari kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sepanjang 2022 yang berada dalam jalur positif. 

Baca Juga: IHSG Menguat 0,99% ke 7.081 di Akhir Perdagangan Rabu (30/11), Sektor Keuangan Melaju

Kementerian Keuangan mencatat, kondisi keuangan negara masih membukukan surplus Rp 60,9 triliun per September 2022.

"Berbekal surplus ini, pemerintah Indonesia nantinya akan mampu melakukan belanja fiskal apabila ada ancaman terhadap ekonomi dalam negeri," 

Direktur Utama Trimegah Asset Management Antony Dirga, Selasa (28/11).

Faktor pendukung ketiga berasal dari gelaran Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024. 

Menurutnya, perputaran uang dari rangkaian pesta demokrasi ini akan meningkatkan konsumsi yang pada akhirnya bakal berdampak bagus bagi perekonomian.

Baca Juga: IHSG Naik 0,33% ke 7.035,47 pada Awal Perdagangan Rabu (30/11), Bursa Asia Mixed

Berbagai faktor tersebut menciptakan fundamental yang baik, terutama bagi pasar saham Indonesia. 

Oleh sebab itu, investor dapat memanfaatkan momen penurunan untuk membeli saham ataupun reksa dana saham.

Untuk obligasi maupun reksadana pendapatan tetap, momen pembelian yang tepat diperkirakan terjadi pada semester 1 2023. 

Saat itu, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) diperkirakan mencapai puncaknya sehingga investor dapat memperoleh obligasi di harga murah.

Lalu, BI diprediksi akan mulai menurunkan suku bunga acuan di semester 2 2022.

Kepala Ekonom Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan, obligasi negara dengan tenor panjang dapat menjadi pilihan menarik.

Baca Juga: Prospek Rights Issue Bank BTN (BBTN) Dinilai Menarik, Ini Alasannya

Mengingat, potensi perlambatan ekonomi pada tahun 2023 akan meningkatkan risiko kredit di beberapa negara.

Dana asing juga diperkirakan akan masuk lagi ke pasar obligasi Indonesia pada tahun depan sehingga akan menjadi pendorong kenaikan harganya. 

"Di sisi lain, pelaku pasar juga perlu mencermati berbagai faktor yang dapat memengaruhi kondisi pasar, seperti kebijakan The Fed ke depannya serta keberlanjutan konflik Rusia-Ukraina," kata Budi, Rabu (30/11).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru