KONTAN.CO.ID - Jakarta. Pemerintah membenarkan rencana merger atau penggabungan dua perusahaan aplikasi ojek online yakni Grab dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Lalu, apakah saham GOTO semakin menarik untuk investasi?
Rencana merger Grab dengan GOTO sudah terdengar sejak lama. Terbaru, Menteri Sekretariat Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mengkonfirmasi rencana merger tersebut.
Prasetyo mengatakan, rencana bisnis ini akan melibatkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantar (BPI Danantara). "Kira-kira begitu akan melibatkan Danantara," kata Prasetyo dalam keterangan persnya di Istana Kepresidenan, Jumat (7/11/2025).
Baca Juga: Sukuk Tabungan ST015 Ditawarkan Besok (10/11), Ini Perkiraan Kupon & Cara Investasi
Sayangnya, Prasetyo engga menjelaskan bagaimana peran Danantara nantinya untuk bisnis dua perusahaan aplikator ini.
Yang terang, kata Prasetyo, keputusan ini bagian dari hasil diskusi bersama antara perusahaan Grab dan Goto saat bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto beberapa waktu lalu.
Prasetyo juga menerangkan, alasan pemerintah turun tangan lantaran perusahaan ini dianggap menjadi salah satu penyedia lapangan kerja di tanah air. "Sekarang kita tersadar bahwa ojol adalah pahlawan ekonomi, menggerakkan ekonomi, jadi tujuan utamanya arahnya ke situ," pungkasnya.
Baca Juga: Resmi! BRMS & BREN Masuk Indeks MSCI Global, TINS ENRG RAJA MSIN WIFI di Small Cap
Rekomendasi saham GOTO
Merger dua raksasa teknologi di Asia Tenggara ini akan meningkatkan efisiensi biaya, sehingga berpotensi memperbesar pendapatan perusahaan. Dengan demikian, fundamental perusahaan semakin bagus.
Padahal, sebelum rencana merger ini dikonfirmasi, para analis sudah menilai saham GOTO memiliki prospek cerah untuk investasi. Hal ini karena kinerja GOTO semakin membaik dan berpotensi membalikkan rugi menjadi laba dalam waktu dekat.
Pada kuartal III-2025, GOTO membukukan laba sebelum pajak yang disesuaikan sebesar Rp 62 miliar. EBITDA Grup yang disesuaikan mencapai rekor tertinggi sebesar Rp 5416 miliar selama periode Juni–September 2025.
Jika ditarik lebih jauh lagi, EBITDA Grup yang disesuaikan GOTO mencapai Rp 1,3 triliun di periode Januari–September 2025. Sejalan dengan itu, GOTO menggerek target EBITDA Grup 2025 menjadi Rp 1,8 triliun–Rp 1,9 triliun hingga tutup 2025.
Equity Analyst BCA Sekuritas Ryan Santoso menjelaskan profitabilitas GOTO semakin baik menunjukkan bahwa selangkah lagi perusahaan teknologi bisa mencapai net profit yang positif.
Ryan menyoroti EBITDA Grup yang disesuaikan juga menunjukkan bahwa GOTO mampu menghasilkan laba yang bersifat kas dari aktivitas operasionalnya sendiri.
“Profitabilitas GOTO tidak bisa dilepaskan dari kinerja kedua unit bisnis yang semakin untung,” tulis Ryan dalam keterangannya, Senin (3/11/2025).
Segmen fintech masih menjadi motor pertumbuhan baik dari sisi top-line dan laba, sementara On-Demand Services (ODS) atau Gojek mencatatkan perbaikan marjin laba serta terus berinovasi untuk menggenjot pertumbuhan.
Adapun EBITDA untuk fintech atau yang dikenal dengan Goto Financial (GTF) mencapai Rp 136 miliar di kuartal III-202. Sementara, EBITDA yang disesuaikan ODS mencapai Rp 336 miliar.
Tonton: Utang Whoosh US$ 7,2 Miliar: Siapa Harus Bayar?
Equity Research Samuel Sekuritas Fadhlan Banny juga menilai GOTO berada dalam kondisi keuangan yang semakin baik dan semakin sehat seiring dengan kedua unit bisnisnya yang semakin terintegrasi dan menguntungkan.
Menurutnya, segmen fintech berhasil mengeksekusi strategi mass market sehingga mendongkrak pertumbuhan bisnis transaksi pembayaran karena bisnis payment tumbuh sehingga menggenjot bisnis pinjaman.
“Sementara ODS dengan berbagai inovasi produknya masih tetap bisa tumbuh profitable yang menunjukkan semakin tingginya efisiensi,” jelas Fadhlan.
Di kuartal III-2025, pengguna bertransaksi bulanan fintech tumbuh 29% secara tahunan atau Year on Year (YoY) menjadi 24,2 juta. Dari sisi bisnis pinjaman, nilai buku pinjaman konsumen tumbuh 76% YoY menjadi Rp 7,6 triliun.
“Ekspansi bisnis consumer lending yang prudent dibuktikan dengan nilai tunggakan di atas 90 hari yang rendah di bawah 0,6% turut mendorong pertumbuhan pendapatan dari pinjaman 84% YoY menjadi Rp 1 triliun di kuartal III-2025,” katanya.
Meski kontribusi secara umum masih sepertiga dari total bisnis GOTO, Fadhlan menilai jika fintech mampu menjaga momen pertumbuhan akan membuat kinerja GOTO semakin solid dan menarik.
Dia optimistis kontribusi fintech ke depan akan semakin besar seiring dengan bisnis ODS yang semakin matang. Dus, motor keuangan GOTO tidak hanya semakin berimbang dan terdiversifikasi tetapi juga keduanya bisa saling diintegrasikan dalam satu platform ekosistem.
Selanjutnya: Yuk, Simak Jadwal KRL Solo-Jogja Hari Ini 10-14 November 2025 di Sini
Menarik Dibaca: Jadwal Terbaru KRL Jogja-Solo Hari Ini 10-14 November 2025, Catat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News