Pamor value stock naik lagi, analis jagokan saham-saham ini

Minggu, 12 September 2021 | 20:00 WIB   Reporter: Kenia Intan
Pamor value stock naik lagi, analis jagokan saham-saham ini


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Value stock kembali dilirik oleh investor. Menurut pemberitaan Kontan sebelumnya, manajer investasi melihat adanya kecenderungan perpindahan dana dari growth stock ke value stock

Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menjelaskan, growth stock umumnya dipersepsikan sebagai saham dari emiten yang sedang memiliki pertumbuhan baik dari sisi penjualan ataupun pendapatan. Sementara itu, value stock adalah saham dari emiten yang dipersepsikan murah karena harga saham di bawah harga intrinsiknya. 

Murah yang dimaksud bisa dilihat dengan rasio price earning ratio (PER) atau price book value (PBV) yang lebih rendah dari rata-rata industri sejenis atau dari nilai historis. 

"Di satu sisi saham ini menarik dalam jangka panjang tapi di sisi lain umumnya saham menjadi murah ada alasannya. Bisa jadi ekonomi yang kurang baik atau katalis negatif dari regulasi," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Jumat (10/9). 

Baca Juga: Punya valuasi paling menarik, Henan Putihrai jadikan saham TOWR top pick

Ia menambahkan, value stock umumnya untuk investasi jangka panjang karena menunggu nilainya dilihat kembali oleh investor sehingga harganya bisa naik. Risikonya, bisa jadi harga sahamnya tidur dalam jangka waktu lama. 

Sementara itu, growth stock umumnya emiten yang baru bertumbuh dengan harapan tren tersebut akan berlanjut. Apabila katalisnya berhenti, sahamnya tidak akan bergerak atau bahkan terkoreksi. Ia mencontohkan, saham-saham nikel sempat dipersepsikan menjadi growth stock karena sentimen pabrik baterai listrik. 

Adapun untuk saat ini, persepsi investor lebih kepada saham bank digital dan teknologi. Oleh karena itu, keduanya masuk sebagai growth stock karena ekspektasi peningkatan pendapatan di masa yang akan datang. Umumnya saham-saham growth stock memang akan memiliki valuasi yang luar biasa mahal, sehingga potensi koreksi bila diterpa katalis negatif sangat besar. 

"Sebagian investor bisa saja melakukan profit taking dan diversifikasi melirik saham-saham yang masuk ke value stock," imbuhnya. 

Beralih ke value stock

Analis Sucor Sekuritas Indonesia Hendriko Gani menambahkan, tren perpindahan itu memang terjadi. Sepengamatannya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kisaran bulan Juli dan Agustus banyak ditopang sektor teknologi dan bank digital.

Baca Juga: Penjualan eceran membaik, berikut saham-saham yang bisa dilirik

Akan tetapi, saham di dua sektor itu cenderung mengalami koreksi akhir-akhir ini. Adapun pergerakan IHSG saat ini lebih banyak ditopang oleh saham-saham blue chips dan saham-saham di sektor batubara, walau memang masih dalam tahap awal. 

Hendriko mencermati, peralihan dari growth stock ke value stock yang terjadi saat ini tidak terlepas dari kenaikan harga yang sudah tinggi. Sekadar informasi, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, sektor teknologi sudah menguat hingga 795,33% sejak awal tahun atau year to date (ytd). 

"Itu menjadi salah satu pertimbangan investor apakah benar masih bisa bertumbuh lagi lebih tinggi," ujarnya kepada Kontan, Jumat (10/9).

Kenaikan tersebut akan memicu valuasi yang terlalu tinggi, sehingga investor cenderung tidak yakin dan melepas kepemilikannya atau cenderung wait and see. Di sisi lain, value stock memang tidak memiliki kenaikan harga yang setinggi growth stock, akan tetapi menawarkan valuasi yang murah. 

Melihat adanya tren yang berubah saat ini, Hendriko mengungkapkan growth stock maupun value stock tetap memiliki prospek dan risiko masing-masing. Yang jelas, apabila investor tetap memilih growth stock, investor perlu memastikan bahwa valuasi saham-sahamnya tidak terlalu tinggi. 

Ia pun cenderung menjagokan saham-saham digital banking seperti PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO), dan PT Bank Jago Tbk (ARTO). Kendati harga sahamnya belum akan naik signifikan dalam waktu dekat, ketiga saham itu memiliki potensi dalam beberapa tahun ke depan.

Sepengamatannya, industri bank digital masih cenderung baru di Indonesia. Jika ingin berhasil, bank digital perlu ditopang oleh ekosistem yang mendukung.  "Dari banyak digital bank, saya melihat cukup yakin untuk tiga itu yang bisa bertahan," ungkapnya. 

Untuk investor yang tertarik value stock, bisa memanfaatkan momentum ini dengan hold atau menambah porsinya. Adapun saham yang menurutnya menarik ada PT Astra International Tbk (ASII), PT United Tractors Tbk (UNTR), serta saham-saham perbankan yang mayoritas masih diperdagangkan di valuasi yang menarik. 

Selanjutnya: IHSG diprediksi menguat terbatas pada pekan depan

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi

Terbaru