Pasar Saham Melorot, Cermati Risiko dan Cuan Investasi di Waran Terstruktur

Jumat, 09 Desember 2022 | 06:40 WIB   Reporter: Ridwan Nanda Mulyana
Pasar Saham Melorot, Cermati Risiko dan Cuan Investasi di Waran Terstruktur


WARAN TERSTRUKTUR - JAKARTA. Volatilitas waran terstruktur (WT) sedang berhembus kencang, sejalan dengan pergerakan di pasar saham. Pada Rabu (7/12), mayoritas seri WT sempat ambles, mencerminkan pelemahan harga saham underlying-nya.

Keadaan mulai berbalik, sebagian seri waran terstruktur sudah bergerak positif pada Kamis (8/12). Dari 13 seri waran terstruktur yang diperdagangkan, tujuh seri mencetak kenaikan harga, lima seri merosot, dan satu seri tidak mengalami perubahan.

BMRIDRCK3A turun paling dalam sebanyak 10,7%. Mencerminkan gerak saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebagai underlying yang hari ini merosot 3,13%.

Seri lain yang merosot adalah ADRODRCM3A, dengan penurunan 7,6%. Hingga penutupan pasar, saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sebagai underlying-nya turun 2,35%. 

Baca Juga: Listing Hari Ini, Waran Terstruktur Underlying TLKM Jadi Favorit Investor

Sementara itu, seri MDKADRCK3A menjadi top gainers hari ini dengan kenaikan 10,6%. Selaras dengan lonjakan harga saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang hari ini menguat 4,49%.

Seri waran terstruktur lain yang hari ini naik adalah INCODRCM3A dengan penguatan 6,8%. Di pasar saham, harga PT Vale Indonesia Tbk (INCO) melonjak 4,24%.

Saat ini, RHB Sekuritas Indonesia bertindak sebagai liquidity provider atas perdagangan waran terstruktur tersebut. Underlying asset memakai saham-saham yang masuk dalam konstituen Indeks IDX30. 

Head Sales & Marketing Equity Derivative RHB Sekuritas Steinly Atmanagara mengungkapkan, WT bisa dipakai sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Asalkan investor yakin dengan pasar yang akan bullish hingga tanggal jatuh tempo masing-masing seri WT.

Di tengah pasar saham yang sangat volatile seperti saat ini, WT bisa dipertimbangkan untuk transaksi jangka pendek. Di sisi lain, bisa juga mencari momentum dimana penghuni IDX30 sudah pada posisi yang murah untuk dibeli.

"Ketika momentumnya datang, maka investor bisa menggunakan WT sebagai daya ungkit bagi investasi mereka. Saya melihat ini bisa menjadi momentum yang baik bagi investor waran terstruktur," kata Steinly kepada Kontan.co.id, Kamis (8/12).

Selain gerak saham underlying, investor juga mesti mencermati dua indikator penting di waran terstruktur. Yakni sensitivitas dan efek pengungkit (effective gearing) para masing-masing seri.

Keduanya penting untuk mengukur volatilitas. Semakin tinggi effective gearing, maka waran terstruktur semakin agresif. Sebaliknya, semakin tinggi sensitivitas, maka waran terstruktur semakin tidak agresif.

"Dengan adanya indikator itu, investor tahu berapa kali besarnya risk atau return mereka ketika membeli waran terstruktur dibandingkan dengan investasi di sahamnya secara langsung," terang Steinly.

Baca Juga: Lima Waran Terstruktur akan Segera Dirilis, Simak Prospeknya

Dia melihat antusiasme pasar untuk berinvestasi di waran terstruktur. Hal ini tergambar dari rata-rata transaksi harian yang berada di atas Rp 3 miliar. Kenaikan ini sejalan dengan seri yang terus bertambah.

Transaksi harian waran terstruktur mencapai Rp 5,59 miliar pada perdagangan Rabu (7/12). Sedangkan Kamis ini jumlah transaksinya menembus Rp 6,61 miliar.

Momentum dan Profil Risiko

Research Analyst Reliance Sekuritas, Lukman Hakim mengingatkan kondisi pasar saham yang sedang melemah. Akibat terseret ambles saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan aksi taking profit oleh investor asing pada saham perbankan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun terus turun, belum bisa keluar dari zona merah sejak memasuki bulan Desember. Hingga penutupan pasar Kamis (8/12), IHSG merosot 0,21% ke level 6.804,22. 

"Investor harus lebih berhati-hati dalam melakukan pembelian di saham-saham yang sedang terjadi aksi taking profit. Kemudian dapat memanfaatkan jika terjadi rebound," ujar Lukman.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani, menekankan investor waran terstruktur memang wajib memahami kondisi fundamental dan saham underlying. Kemudian mesti cermat melihat momentum saat ada sentimen bullish. 

Oleh sebab itu, waran terstruktur merupakan instrumen yang lebih cocok bagi investor berpengalaman. Memiliki profil risiko agresif, serta aktif memonitor pergerakan dan sentimen di pasar saham. 

Sehingga waran terstruktur kurang cocok untuk investor pemula. 
"Karena untuk memahami produk ini, tidak semudah seperti mempelajari saham biasa pada umumnya," ujar Arjun.

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya menambahkan, investor WT perlu lebih cermat dalam manajemen risiko. Sebab, karakteristik instrumen ini adalah high risk, high reward.

"Risiko lebih tinggi. Jadi saat (saham underlying) naik, (waran terstruktur) ikut naik signifikan. Saat turun, koreksinya makin dalam," ujar Cheril.

Baca Juga: 5 Waran Terstruktur Akan Meluncur, Intip Prospeknya

Investor perlu mengatur porsi dalam bertransaksi. Jangan hanya melihat potensi profit besar, tapi harus siap juga dengan peluang floating loss yang besar.

Saran Cheril, bisa mulai cermati waran terstruktur yang underlying-nya mulai rebound. Misalnya PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM). 

"Karena koreksi signifikan dan ada gap, jadi ada potensi dalam beberapa hari balik mengisi gap," imbuh Cheril.

Sedangkan Arjun melirik PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang secara fundamental menarik. Pada Desember ini, saham BBCA masih dominan memerah. 

"Tapi kalau ragu dan berpikir bisa jatuh lagi, lebih baik wait and see," kata Arjun.

Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat menyoroti, saham yang menjadi underlying waran terstruktur memang terbilang punya fundamental sehat. Tapi bukan berarti saham-saham bluechip itu tidak bisa turun.

Hanya saja, saham-saham bluechip cenderung mampu rebound kembali. Dalam hal ini investor waran terstruktur juga harus teliti menghitung valuasi saham underlying, untuk memilih saham yang masih murah.

Jika valuasi sudah mahal, momentum koreksi harga saham bisa menjadi ajang untuk mengoleksi waran terstruktur. 

"Ketika saham rebound, maka waran naik lebih tinggi, sehingga profit lebih maksimal," pungkas Teguh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi

Terbaru