EMITEN - JAKARTA. Pemerintah menyiapkan skema untuk menekan harga jagung pakan ternak. Diharapkan dengan skema subsidi tersebut harga jagung dapat ditekan menjadi Rp 4.500 per kilogram (kg) di tingkat peternak.
Analis Erdhika Elit Sekuritas, Ivan Kasulthan menilai langkah pemerintah itu cukup memberikan keuntungan untuk sektor poultry. "Karena akan mengurangi beban pakan ternak itu sendiri," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (17/9).
Selain itu, ia juga menilai juga akan memberikan multiplier effect terhadap pendapatan emiten akibat adanya rencana subsidi tersebut.
Ivan melihat, prospek sektor poultry sendiri tergantung dari perkembangan ekonomi di tengah pandemi covid-19. Menurutnya, di kala ekonomi sudah mulai pulih diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat ke depan sehingga secara tidak langsung diperkirakan juga akan berdampak positif bagi emiten di sektor poultry ini.
Baca Juga: Widodo Makmur Unggas (WMUU) mengincar kenaikan penjualan 300% di tahun ini
Analis Ciptadana Sekuritas Asia, Fahressi Fahalmesta menilai sebetulnya harga jagung dan bungkil kedelai tidak lagi menjadi isu yang hangat. Pihaknya menilai harga jagung di Indonesia berpotensi turun pada 21 Oktober.
Apalagi harga bungkil kedelai saat ini berada di US$ 340. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata harga bungkil kedelai pada kuartal I-2021 dan kuartal II-2021 masing-masing sebesar US$ 425,6 dan US$ 399,8.
Mengikuti berita terbaru dari AS, tampaknya harga bungkil kedelai akan diperdagangkan mendekati level terendah pada tahun 2021.
Dari dalam negeri, pemerintah telah melonggarkan penerapan PPKM. Menurutnya, seiring dengan penyesuaian PPKM, permintaan unggas domestik juga akan pulih.
Menilik tahun-tahun sebelumnya, menjelang akhir tahun harga ayam biasanya naik. "Kami memperkirakan kinerja keuangan integrator unggas di kuartal III-2021 dan kuartal IV-2021 lebih baik dibandingkan periode yang sama taun sebelumnya," sebutnya.
Baca Juga: Siap ekspansi, Sreeya Sewu (SIPD) siapkan modal kerja Rp 700 miliar
Hanya saja, ia memperkirakan erosi margin paling mungkin terjadi di kuartal III-2021 dibandingkan dengan kuartal II-2021. Meskipun demikian, pihaknya percaya pasar telah memperhitungkan kondisi tersebut.
"Kami tetap mempertahankan panggilan Netral kami pada sektor perunggasan Indonesia," ujarnya.
Saat ini, pihaknya mempertahankan rekomendasi hold untuk CPIN dengan target harga Rp 6.300. Sedangkan peringkat Beli di JPFA dengan target harga Rp 2.500 dan MAIN dengan target harga Rp 990.
Sementara Ivan merekomendasikan buy on weakness untuk MAIN dengan target harga Rp 835 - Rp 855, speculative buy untuk CPIN dengan target harga Rp 6.900 - Rp 7.300, WMUU speculative buy dengan target harga Rp 180 - Rp 190, dan wait and see untuk SIPD.
Selanjutnya: PPKM Bakal Menekan Kinerja Emiten Poultry di Kuartal Tiga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News