Penjualan emiten FMCG di kuartal II-2021 terdongkrak momen Lebaran

Senin, 17 Mei 2021 | 08:30 WIB   Reporter: Sugeng Adji Soenarso
Penjualan emiten FMCG di kuartal II-2021 terdongkrak momen Lebaran


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Penjualan emiten Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) diperkirakan akan terdongkrak di kuartal II-2021. Hal ini menyusul adanya tradisi yang dapat meningkatkan konsumsi masyarakat, yakni Lebaran.

Analis Phillip Sekuritas Indonesia, Dustin Dana Pramitha menjelaskan dari beberapa emiten sektor FMCG yakni, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Kino Indonesia (KINO), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) cenderung meningkat.

Peningkatan tersebut terjadi sebelum periode puasa dan hari raya di setiap tahun. "Hal tersebut disebabkan para investor atau trader yang sudah mengambil posisi sebelum rilis kinerja keuangan emiten yang diekspektasikan akan lebih baik selama bulan puasa," jelasnya kepada kontan.co.id, Senin (10/5).

Baca Juga: Kinerja emiten FMCG sepanjang kuartal I-2021 dinilai belum memuaskan

Ia menilai, secara historikal momen bulan Ramadhan yang seringnya terjadi di kuartal II mampu mendongkrak penjualan emiten-emiten tersebut. Menurutnya, hal ini disebabkan adanya tradisi yang dapat meningkatkan konsumsi masyarakat dan adanya kenaikan kemampuan daya beli masyarakat dari pembagian tunjangan hari raya.

"Namun pengecualian selama periode 2020 lalu akibat pembatasan kegiatan yang diberlakukan menekan kinerja penjualan emiten konsumer," lanjutnya.

Sayang, ia belum bisa memproyeksikan pertumbuhan penjualan di periode Ramadhan kali ini. Yang jelas, ia berpendapat dari beberapa emiten FMCG yang telah merilis laporan keuangan kuartal I masih belum memuaskan kendati perekonomian Indonesia juga belum pulih sepenuhnya.

Sekedar mengingatkan, selama Januari-Maret 2021 pendapatan UNVR turun 7,80% YoY menjadi Rp 10,28 triliun. Laba bersih perusahaan juga turun 8,6% YoY menjadi Rp 1,7 triliun. Demikian halnya dengan KINO yang mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1,11 triliun atau turun 13,38% YoY dan laba bersih turun 71,5% YoY menjadi Rp 16,48 miliar.

Hanya MYOR yang mencatatkan pertumbuhan kinerja yang mana pendapatan tercatat sebesar Rp 7,33 triliun atau melesat 36,24% YoY. Kendati begitu, laba bersih Mayora Indah justru melorot 11,65% YoY menjadi RP 822,88 miliar.

Phillip Sekuritas Indonesia merekomendasikan wait and see karena saat ini pergerakan harga sedang menguji level dynamic support ditambah stochastic yang terlihat deathcross di area overbought. "Dalam pattern juga MYOR sedang dalam fase secondary reaction dari major trend up-nya dan jika harga mampu menembus level resistance di 2.680 kami sarankan beli dengan target harga pertama 2.810 dan target harga kedua di 2.940," jelasnya.

 

 

Sedangkan untuk KINO pihaknya menyarankan untuk tidak masuk di fase ini sebab pergerakan harga sudah cenderung tertahan di dynamic resistance dan dari major trend juga masih dalam fase bearish. Sama seperti KINO, UNVR juga belum dapat direkomendasikan beli sebab pergerakan harga masih cenderung turun dan tertahan di area dynamic resistance EMA 13.

"Patut dicermati area support terendah yang pernah dibentuk di level 5.275," sebutnya.

Sementara untuk INDF ia bilang terlihat belum dapat bergerak meninggalkan area magnetic zone nya dan cenderung sideways. "Kami merekomendasikan beli untuk INDF jika pergerakan harga menyentuh level support di 6.425 dengan ruang penguatan di level resistance 6.800," tutupnya.

Selanjutnya: Pendapatan Unilever Indonesia (UNVR) turun 7,8% di kuartal I, ini penyebabnya

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .
Terbaru