IHSG - JAKARTA. Kondisi pandemi tidak menyurutkan aksi pencarian dana di pasar modal. Dana yang terkumpul dari aksi korporasi seperti rights issue hingga initial public offering (IPO) memecahkan rekor tertingginya.
Otoritas bursa setidaknya telah mengantongi lebih dari 40 pipeline rights issue. "Sampai dengan 14 September, total realisasi pendanaan melalui rights issue mencapai Rp 149,27 triliun," ujar I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (17/9).
Nilai tersebut dengan asumsi rights issue PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sudah dilaksanakan seluruhnya. BBRI mengincar dana segar Rp 95,9 triliun melalui aksi korporasi tersebut.
Nilai rights issue yang dicatat BEI berpotensi bertambah. Sebab, masih ada 43 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue dengan estimasi penggalangan dana Rp 23,24 triliun.
Baca Juga: Akan rights issue, Bank Ina Perdana bisa raih dana segar hingga Rp 1,2 triliun
Tahun ini juga menjadi tahun dengan nilai emisi IPO terbesar sepanjang sejarah.
Nyoman menyebut, sudah ada 38 perhelatan IPO sejak awal tahun hingga 16 September kemarin. Dana yang telah terkumpul melalui perhelatan ini mencapai Rp 32,14 triliun.
"Nilai tersebut merupakan perolehan dana terbesar yang dihimpun melalui IPO sejak pemerintah kembali mengaktifkan kembali pasar modal pada 1977," terang Nyoman.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, moncernya pencarian dana di pasar saham tidak terlepas dari campur tangan BEI, dimana BEI pasti memberikan banyak kemudahan untuk meningkatkan minat pasar, sehingga calon emiten yang ingin menggelar IPO bisa terserap oleh pasar.
Baca Juga: Nilai rights issue 2021 diprediksi bakal pecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah
“Kemudian di saat pendemi ini membuat orang mencari alternatif sumber pendapatan baru untuk tetap bisa menghasilkan pundi-pundi uang, maka dari itu, pasar modal menjadi daya tarik calon investor,” terang Sukarno kepada Kontan.co.id, Jumat (17/9) malam.
Hal ini mendorong jumlah investor tanah air terus bertambah. Terlihat dari jumlah Single Investor Identification (SID) yang meningkat menjadi 5,08 juta SID atau melesat 31,11% dibandingkan akhir tahun 2020.
Rata-rata nilai transaksi di bursa juga terus naik dan kerap memecahkan rekor baru. Sukarno menilai, meningkatnya jumlah dan nilai transaksi bisa jadi mengindikasikan pelaku pasar tidak menyimpan dananya di bank. Atau, bisa jadi adanya fenomena peralihan dari instrumen investasi lain ke pasar modal.
Berkaca pada histori, investasi ke instrumen bitcoin sempat menjadi tren, sehingga banyak investor yang berminat trading ke instrument tersebut karena menghasilkan potensi profit yang besar.
“Nah, di sini bisa jadi karena bitcoin sudah tidak dalam tren kenaikan lagi, sehingga banyak yang kembali ke instrumen trading di saham lagi,” pungkas dia.
Selanjutnya: Telkom dan Telkomsel Masih Punya Ribuan Menara, Berpeluang Dioper Lagi ke Mitratel
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News