Penyebab IHSG tertekan dalam selama pekan ini menurut analis

Jumat, 29 Januari 2021 | 06:35 WIB   Reporter: Ika Puspitasari
Penyebab IHSG tertekan dalam selama pekan ini menurut analis

ILUSTRASI.


BURSA EFEK / BURSA SAHAM - JAKARTA. Kasus infeksi virus corona di Indonesia tembus 1 juta kasus. Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta karantina wilayah terbatas dalam rangka penanganan corona diterapkan hingga lingkup RT dan RW.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, Presiden Jokowi meminta kepada jajaran menteri terkait agar melakukan perubahan strategi dan pendekatan agar penanganan corona berjalan lebih baik.

Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali menilai, tingginya kasus positif corona membuat kecemasan para pelaku bisnis dan investor. Menurutnya, kecemasan ini lebih berpangku pada keputusan pemerintah untuk melakukan pembatasan kegiatan bisnis yang lebih dan juga membuat konsumen untuk menahan konsumsi yang ujungnya dapat berdampak pada ekonomi Indonesia.

Hanya saja ia tak dapat berkomentar saat ditanya terkait hal yang harus dilakukan pemerintah "Bukan posisi saya untuk mengkritik atau memberikan saran pemerintah, karena melakukan lockdown tentunya perlu banyak pertimbangan dari dampak ekonomi dan sosial," paparnya, Kamis (28/1).

Baca Juga: Saham-saham ini banyak diserok asing saat IHSG anjlok di sesi I, Senin (28/1)

Jika Pemerintah melakukan lockdown, sambungnya, hal ini bakal berdampak buruk karena berhentinya suatu kegiatan usaha dan turunnya permintaan atas suatu produk dan jasa akan menekan kondisi ekonomi.

Selain itu, secara sosial juga akan memberikan tekanan bagi individu yang sudah terbiasa aktif di lingkunganya. Namun sisi baiknya, ia melihat dengan dilakukan lockdown seharusnya penularan Covid-19 akan menjadi semakin minim dan tertekan menjadi endemi di beberapa wilayah saja. Namun, hal tersebut membutuhkan pengawasan lebih terhadap masyarakat dan belum tentu dapat menyelesaikan masalah pandemi ini dengan mudah.

Sejauh ini ia memandang penanganan Covid-19 kurang optimal. Ia bilang penanganan di lapangan harus lebih diperketat karena himbauan sudah cukup banyak hanya kesadaran masyarakat masih kurang.

"Banyak pengalaman pribadi saya dari pengecekan suhu tubuh yang dilakukan secara asal, tidak semua orang yang masuk atau keluar dari gedung discreening. lalu penanganan orang yang ternyata swab positif ternyata tidak segera ditindak atau diisolasi, namun hanya dianjurkan untuk melakukan laporan kepada pihak terkait. hal tersebut tentunya masih berkontribusi pada jumlah penularan," paparnya.

Dengan demikian, ia menambahkan pasar modal Indonesia akan terkena dampaknya. Pada pekan ini ia mengatakan level support IHSG berada di 6.000. "Ini support yang cukup kuat, dan 6.270 merupakan resistance, hanya saja tekanan turun masih lebih banyak," pungkasnya.

Selanjutnya: Saham-saham ini banyak dilego asing saat IHSG anjlok di sesi I, Kamis (28/1)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli
Terbaru