Peta persaingan operator seluler berubah, simak prospek dan rekomendasi sahamnya

Selasa, 21 September 2021 | 20:09 WIB   Reporter: Nur Qolbi
Peta persaingan operator seluler berubah, simak prospek dan rekomendasi sahamnya

ILUSTRASI. Peta persaingan operator seluler berubah setelah ada merger antara PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT Hutchison 3 Indonesia.


REKOMENDASI SAHAM -  JAKARTA. Entitas hasil merger antara PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT Hutchison 3 Indonesia menghasilkan emiten dengan aset yang jauh lebih besar. Bahkan, aset entitas yang nantinya bernama PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk itu mengalahkan dua pesaing utamanya, yakni PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL).

Per 31 Maret 2021, Hutchison 3 Indonesia memiliki total aset Rp 50,42 triliun. Sementara total aset Indosat mencapai Rp 62,89 triliun. Dengan begitu, jika total aset kedua perusahaan ini digabung, maka nilainya mencapai Rp 113,31 triliun.

Telkomsel, merujuk laporan keuangan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) per 31 Maret 2021 mempunyai total aset sebesar Rp 107,59 triliun. Jumlah ini setara 41,73% dari total aset TLKM.

Sementara EXCL pada periode yang sama memiliki total aset Rp 65,93 triliun. Tadinya terbesar kedua, namun kini tergusur ke posisi ketiga. Sementara PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) masih berada di posisi terbawah dengan total aset Rp 38,7 triliun per 31 Maret 2021.

Baca Juga: Omnibus Law berlaku, Indosat (ISAT) yakin konsolidasi spektrum akan lebih mudah

Namun, dari segi kinerja keuangan, entitas hasil merger Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia tidak ada apa-apanya dibanding Telkomsel. Per 31 Maret 2021, gabungan kedua perusahaan itu menghasilkan total pendapatan Rp 10,63 triliun.

Gabungan pendapatan itu memang berhasil menggeser EXCL yang pada periode sama menghasilkan pendapatan Rp 6,25 triliun. Meskipun begitu, posisi Telkomsel tetap kokoh di puncak lantaran menghasilkan pendapatan Rp 21,22 triliun. Sementara FREN tetap di posisi terakhir dengan pendapatan Rp 2,4 triliun.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai, aksi merger Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia akan menjadi satu tantangan baru bagi TLKM karena keduanya berpotensi saling berebut pangsa pasar. Hal tersebut dapat berpengaruh pada margin EBITDA maupun margin operasi bisnis yang biasanya menjadi perhatian utama investor.

Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas berpendapat, persaingan ketat antara perusahaan hasil merger dan Telkomsel mungkin saja terjadi. Akan tetapi, menurut Sukarno, perusahaan hasil merger membutuhkan proses yang tidak mudah untuk bisa langsung mengalahkan Telkomsel.

"Prospek TLKM tetap menarik karena memiliki fundamental yang bagus dan jaringan yang luas. Telkomsel juga memiliki pelanggan yang banyak sehingga membuat kekuatan Telkomsel akan sulit tergeser," ungkap Sukarno saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (21/9).

Saat ini, Sukarno merekomendasikan buy saham TLKM dengan target harga Rp 4.000-Rp 4.400 per saham. Per Selasa (21/9), harga saham TLKM naik 0,28% ke level Rp 3.530 per saham.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto juga menilai, merger antara Indosat Ooredoo-Hutchison 3 Indonesia tidak lantas menjadi ancaman bagi TLKM karena persaingan ditentukan oleh kualitas produk keduanya. "TLKM saat ini berada dalam posisi aman dan berpotensi menguat. Saya merekomendasikan buy saham TLKM dengan target Rp 3.640 dan Rp 3.700 per saham," ucap William.

Baca Juga: Indosat (ISAT) dan 3 Hutchison merger, potensi pendapatan US$ 3 miliar per tahun

Berbeda dengan Sukarno dan William, Okie saat ini memasang rekomendasi hold saham TLKM karena harga pasar sudah mendekati target harganya yang sebesar Rp 3.600 per saham. Meksipun begitu, Okie melihat peralihan gaya hidup dan momentum pertumbuhan seiring dengan percepatan teknologi menjadi katalis positif bagi kinerja TLKM ke depan.

Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pemakaian internet dan telekomunikasi dinilai dapat berkontribusi terhadap pendapatan TLKM tahun ini. Okie memproyeksi, pendapatan TLKM sepanjang 2021 dapat tumbuh 2,8% year on year (yoy) dengan kenaikan laba bersih 4,1% yoy.

Prospek EXCL, FREN, dan ISAT

Okie menilai, prospek EXCL masih tergolong cerah karena perusahaaan  saat ini cukup masif dalam mengembangkan jaringan 4G dan memperluas cakupan wilayahnya. Ia memperkirakan, trafik dan cakupan jaringan 4G EXCL akan naik sebesar 47% pada 2021 dan 39% pada 2022.

Kenaikan tersebut selanjutnya akan berpengaruh pada penjualan EXCL yang diprediksi bisa naik 3,3% pada 2021 dan 3,4% pada 2022.  Sejalan dengan kenaikan trafik, kontribusi segmen data pada 2021 diproyeksi meningkat 7,7% yoy menjadi sebesar Rp 81 triliun atau menyumbang 58% dari total pendapatan tahun ini.

Sukarno pun menilai, prospek bisnis EXCL masih tetap menarik di tengah ketatnya persaingan antaroperator. "Pasalnya, EXCL berencana menaikkan rata-rata pendapatan per pelanggan (ARPU) untuk mengerek kinerja pada paruh kedua tahun ini," kata Sukarno.

Sukarno merekomendasikan buy saham EXCL pada level saat ini dengan target harga Rp 3.600-Rp 3.800 per saham. Begitu juga dengan William yang merekomendasikan buy saham EXCL dengan area beli di kisaran Rp 2.870-Rp 2.960 dengan target harga Rp 3.300-Rp 3.500 per saham.

Di sisi lain, Okie merekomendasikan hold saham EXCL karena sudah melewati target harganya yang berada di level Rp 2.320 per saham. Per Selasa (21/9), harga saham EXCL bergerak positif 1,34% ke level Rp 3.020 per saham.

Untuk FREN, Okie memprediksi perusahaan ini berpotensi mencatatkan kenaikan kinerja seiring transformasi digital. "Pertumbuhan bisnis IoT menjadi fokus manajemen untuk dapat menopang pertumbuhan berkelanjutan dari FREN," ucap Okie. Saat ini, ia merekomendasikan buy saham FREN dengan target harga Rp 150 per saham

Sukarno juga melihat, kinerja FREN berpotensi membaik berkat kerja sama pengembangan jaringan dengan Moratel melalui penyertaan 20,5% saham pada perusahaan penyedia infrastruktur telekomunikasi tersebut. Secara teknikal, saham FREN masih potensial untuk kembali menguat sehingga Sukarno merekomendasikan trading buy FREN dengan target harga Rp 142-Rp 156 per saham.

William pun memprediksi, FREN masih memiliki potensi rebound sehingga masih berpeluang menguat dengan target harga Rp 150 per saham. "Saya merekomendasikan speculative buy and hold hanya selama harga mampu bertahan di atas Rp 107 per saham," kata William. Per Selasa (21/9), harga saham FREN naik 0,83% ke level Rp 122 per saham.

Untuk ISAT, William juga masih melihat potensi kenaikan lanjutan. Ia merekomendasikan buy saham ISAT di area Rp 6.600-Rp 6.700 dengan target harga terdekat di Rp 7.400-Rp 7.700 per saham.

Sukarno pun menyarankan buy saham ISAT dengan target harga Rp 7.675 per saham yang jika tembus, maka target harga selanjutnya bisa ke level Rp 8.750 per saham. Per Selasa (21/9), harga saham ISAT naik 0,74% ke level Rp 6.850 per saham.

 

Selanjutnya: Merger Indosat-Tri akan ciptakan perusahaan telekomunikasi digital yang lebih kuat

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat

Terbaru