Realisasi IPO 2022 Sudah Lebih Tinggi, Semester Kedua Bakal Makin Semarak

Selasa, 17 Mei 2022 | 20:32 WIB   Reporter: Nur Qolbi
Realisasi IPO 2022 Sudah Lebih Tinggi, Semester Kedua Bakal Makin Semarak

ILUSTRASI. Total nilai emisi IPO dari 19 perusahaan mencapai Rp 18,3 triliun sejak awal tahun.


INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) - JAKARTA. Jumlah perusahaan yang melaksanakan initial public offering (IPO) sudah mencapai 19 emiten, terhitung sejak awal tahun 2022 sampai dengan Selasa (17/5). Total nilai emisi IPO dari 19 perusahaan tersebut mencapai Rp 18,3 triliun.

Realisasi ini lebih baik dari periode sama tahun 2021 yang hanya ada 15 emiten baru dengan keseluruhan nilai emisi sekitar Rp 3,22 triliun. Meskipun begitu, sampai dengan akhir tahun 2021, jumlah emiten baru di BEI mencapai 54 perusahaan dengan total nilai emisi Rp 62,61 triliun.

Pencapaian tahun 2021 tersebut didorong oleh pencatatan saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL) yang baru terjadi pada semester kedua 2021 dengan nilai emisi yang sangat signifikan. Bukalapak mengantongi dana segar dari IPO Rp 21,9 triliun, sementara Mitratel Rp 18,79 triliun.

Baca Juga: Masih Ada 38 Calon Emiten Mengantre IPO

Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo memperkirakan, tren IPO pada tahun 2022 masih akan tinggi. Pasalnya, realisasi jumlah emiten baru sudah mencapai 19 perusahaan secara year to date (ytd), lebih tinggi dari periode sama tahun 2021 yang sebanyak 15 perusahaan.

Menurut Wisnu, perolehan IPO tahun 2022 memungkinkan untuk lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, terutama di semester 2, khususnya memasuki kuartal keempat 2022. "Pasalnya, biasanya di semester kedua, kondisi ekonomi dan bisnis lebih kondusif," kata Wisnu saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (17/5).

Ada beberapa faktor pendorong yang membuat tren IPO di 2022 dapat lebih tinggi dari 2021. Mulai dari pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, kebutuhan dana murah untuk ekspansi pascapandemi, aktivitas masyarakat yang mulai normal, dan daya beli masyarakat membaik.

Baca Juga: IHSG Diproyeksi Melanjutkan Penguatan, Katalis Ini yang Menopang

Meskipun begitu, Wisnu melihat ada kemungkinan perusahaan untuk menunda pelaksanaan IPO apabila kondisi pasar tidak kondusif hingga akhir tahun. "Misalnya, konflik geopolitik antara Rusia-Ukraina makin panas dan inflasi makin tidak terkendali. Ada kekhawatiran tidak terserap secara maksimal emisinya, jika dipaksakan," ucap Wisnu.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), masih ada 38 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI per tanggal 10 Mei 2022. Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, dari 38 calon emiten tersebut, salah satunya adalah afiliasi BUMN.

Baca Juga: Kurs Rupiah Masih Berada di Kisaran Paling Lemah Dalam 19 Bulan Terakhir

"Beberapa perusahaan BUMN dan anak perusahaan BUMN juga telah menemui BEI untuk berdiskusi dan mempersiapkan rencana IPO dalam waktu dekat," ucap Nyoman kepada sejumlah wartawan melalui pesan singkat, Selasa (10/5).

Secara sektoral, sebanyak tujuh perusahaan dalam pipeline berasal dari sektor barang konsumsi nonprimer, tujuh perusahaan barang konsumsi primer, dan lima perusahaan infrastruktur. Kemudian, empat perusahaan termasuk sektor transportasi & logistik, empat perusahaan properti dan real estat, dan tiga perusahaan energi. Lalu, masing-masing dua perusahaan berasal dari sektor barang baku, perindustrian, teknologi, dan kesehatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati
Terbaru