Saham Bank Digital & Teknologi Mendominasi Penghuni Baru Indeks, Begini Prospeknya

Selasa, 26 Juli 2022 | 19:47 WIB   Reporter: Yuliana Hema
Saham Bank Digital & Teknologi Mendominasi Penghuni Baru Indeks, Begini Prospeknya

ILUSTRASI. Di Indeks LQ45 misalnya, terdapat pergantian tiga saham pada indeks paling likuid di pasar saham Indonesia ini.


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) telah melakukan evaluasi mayor terhadap sejumlah indeks. Di Indeks LQ45 misalnya, terdapat pergantian tiga saham pada indeks paling likuid di pasar saham Indonesia ini.

Tiga saham baru yang bergabung dalam indeks LQ45 meliputi  PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), dan PT Indika Energy Tbk (INDY). BEI mengeluarkan tiga saham dari indeks LQ45 yakni PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT PP Tbk (PTPP), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM).

Untuk indeks Kompas100, BEI memasukkan 21 saham baru. Mayoritas dari penghuni baru indeks ini merupakan saham perbankan digital dan emiten berbasis teknologi, sebut saja PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO), PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR), PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA), PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA), dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).

Di sektor teknologi, ada saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX), dan PT Multipolar Tbk (MLPL).

Baca Juga: Ini Saham-Saham Pengisi Indeks Kompas100 Periode Agustus 2022-Januari 2023

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, Indeks seperti Kompas100 dan LQ45 menggunakan aspek likuiditas atau banyaknya transaksi dalam pemilihan konstituennya. Ini artinya, semakin sering diperdagangkan, maka semakin besar potensi untuk masuk ke indeks tersebut. Banyaknya transaksi ini menggambarkan minat investor yang mulai tertarik pada sektor teknologi dan  bank digital.

Menurut Wawan, bank digital saat ini memang masih pada taraf promosi dan menggaet nasabah sebanyak-banyaknya nya, sehingga diperlukan permodalan yang kuat dan juga ekosistem teknologi yang mendukungnya. Dengan dukungan ekosistem inilah investor meyakini bahwa penambahan user, promosi, dan juga transaksi memberikan potensi pertumbuhan laba di masa yang akan datang.

“Saat ini penyaluran kredit via bank digital masih relatif belum besar dan masih banyak melakukan promosi, sehingga kenaikan suku bunga belum menjadi katalis negatif utama,” terang Wawan kepada Kontan.co.id, Selasa (26/7)

Baca Juga: Simak Saham-Saham Penghuni IDX80 Periode Agustus 2022-Januari 2023

Senada, Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy mengatakan, salah satu persyaratan masuk sejumlah indeks seperti LQ45 adalah likuiditas transaksi serta kapitalisasi pasar. Dalam hal ini, ARTO memiliki kapitalisasi pasar (market cap) dan transaksi yang besar, serta fundamental yang terus membaik juga.

“Jadi (masuknya saham-saham ini) bukan karena berasal dari sebuah sektor tertentu,” terang Jimmy, Selasa (26/7).

Jimmy menilai, saat ini adalah ujian dan pembuktian terhadap eksekusi dan bisnis model masing-masing bank digital. Dia meyakini, bank digital yang kebanyakan sekarang masih merugi, bisa mulai mencetak profit dalam paling cepat dua tahun ke depan.

“Jika terlihat adanya tren positif tidak hanya dari growth users digital bank, tetapi kondisi keuangannya, seharusnya bisa menjadi sentimen pendorong,” sambung Jimmy.

Baca Juga: Daftar Saham LQ45 Periode Agustus 2022-Januari 2023

Analis Reliance Sekuritas Lukman Hakim menilai, saham teknologi seperti GOTO, MLPL, DMMX dapat dikatakan saham  growth stock. Namun, saham-saham ini masih dibayangi oleh kenaikan suku bunga. Emiten-emiten tersebut memiliki pendanaan berbasis bunga, sehingga untuk growth stock masih akan tertekan beberapa waktu ke depan, menunggu sentimen kenaikan suku bunga mereda.

Menurut Lukman, dari saham-saham yang baru masuk Kompas100, investor dapat mencermati emiten yang masih membukukan kinerja yang positif, seperti PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Investor mengapresiasi masuknya saham tersebut ke Indeks Kompas100, namun investor juga dapat memperhatikan volatilitas saham tersebut.

Lukman bilang, sentimen kenaikan harga komoditas sudah dimulai pada awal tahun. Namun, dengan masuknya saham BRMS dan ENRG, para investor bisa merespon dengan baik seiring dengan kinerja kedua emiten ini yang positif. Misal, adanya  penemuan cadangan minyak baru untuk ENRG dan cadangan emas baru untuk BRMS. “Hal ini juga menjadi sentimen positif untuk mereka, maka para investor juga dapat mencermati BRMS dan ENRG,” terang Lukman, Selasa (26/7).

Baca Juga: Ini Daftar Lengkap Penghuni IDX30 Periode Agustus 2022-Januari 2023

Sementara untuk bank digital, investor dapat mencermati BRIS yang didukung oleh kinerja yang terus positif. Masuknya saham BRIS di jajaran indek LQ45 membuat para investor mengapresiasi saham anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ini.

Jimmy menilai, emiten teknologi seperti GOTO masih dalam proses monetisasi dari bisnis modelnya. Dia percaya, prospek GOTO ke depan bakal semakin baik, baik dari sisi perkembangan users dan juga kelanjutan monetisasinya. Jimmy merekomendasikan beli saham GOTO dengan target harga Rp 444.

Sementara sebagai diversifikasi, Wawan bilang investor dapat mempertimbangkan saham bank seperti ARTO atau BRIS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati

Terbaru